Sukses

Lifestyle

#JagainKamu Sampai Akhir Waktu adalah Janji Terindahku sebagai Istrimu

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Setiap kata yang terukir dalam tulisan ini adalah ungkapan hati seorang istri. Tentang semua penggambaran rasa di dalam hatinya. Sesungguhnya setiap kalimatnya belum pernah sekalipun aku utarakan padamu bahkan mungkin kepada orang lain. Tapi setelah cukup lama aku menyimpannya, aku mencoba untuk membaginya dengan banyak orang agar mereka tau bahwa ikhlas dan sabarĀ  itu lebih utama dari apapun di dunia ini.

Suamiku, kelak jika kamu menemukan tulisan ini dan membacanya, ketauilah bahwa sejujurnya, apapun yang telah engkau lakukan padaku, aku akan tetap bertahan untuk selalu mendampingimu sampai akhir waktu.

Copyright pixabay.com

Lelah. Itulah satu kata yang sering aku keluhkan saat aku tidak mampu menahan amarahku menghadapi sikapmu yang tiba-tiba menjadi temperamental hanya karena masalah sepele yang aku buat. Padahal aku berpikir bahwa yang kulakukan sudah tepat. Sudah sesuai dengan keadaan bahkan benar secara logika. Tapi nyatanya tidak seperti itu bagimu.

Kadang aku berpikir apakah kamu benar-benar mencintaiku? Seperti janji saat ijab qabul dulu. Yang dengan tegasnya hanya kamu ucapkan dengan satu tarikan napas. Bagiku ijab qabul itu adalah kalimat sakral yang berarti sumpah setia mencintai, menerima, juga selalu bersama dan berbagi saat suka maupunĀ  duka. Namun kenyataannya mengapa di saat kita bersama justru kamu malah sering menyakiti dan menggerus-gerus perasaanku.

Copyright pixabay.com

Sikapmu yang sering semena-mena kepadaku memang bukan alasan bahwa kamu memiliki perempuan lain di luar sana. Aku sangat yakin itu. Aku mengenalmu bukan sebulan atau dua bulan. Bahkan setahun atau dua tahun. Aku sudah mengenalmu selama sepuluh tahun. Aku tahu sifatmu yang pencemburu, keras, tempramental dan emosional sejak kita berpacaran dulu. Dan baiknya kamu, kamu bukan tipe lelaki yang suka tebar pesona atau suka menggoda perempuan lain. Namun dengan kekuranganmu, aku tidak mempedulikan itu.

Yang aku yakini adalah sikapmu yang seperti ini tercipta karena latar belakang keluargamu yang broken home. Di saat-saat seperti itu aku tahu betul tidak ada yang bisa memberimu senyuman saat kamu sedang bahagia dan tidak ada yang memberikan pundaknya saat kamu berduka. Kamu terbiasa sendiri dan aku tahu itu sangat berat. Kamu tidak bisa menemukan jati diri dan solusi hingga akhirnya apapun yang kamu lakukan atas dasar pikiranmu sendiri sudah tepat. Dan kamu mengabaikan antara benar atau salah.

Copyright pixabay.com

Saat pacaran dulu aku mencoba menguatkan hati agar aku bisa menerima kamu yang hampir tidak sempurna secara sifat. Namun di sisi lain aku percaya kamu punya kebaikan yang mungkin tidak dimiliki orang lain di luar sana. Hanya saja butuh waktu untuk membuktikannya.

Ketika aku memutuskan untuk menikah denganmu, terus terang saat itu ada keraguan luar biasa dari diriku. Aku tidak bisa membayangkan kelak jika kita sudah menikah kehidupan seperti apa yang akan kita jalani. Toh kenyataannya saat berpacaran saja kamu sudah menuntut aku untuk ini itu.

Kamu juga membatasi pergaulanku dan kita juga sering bertengkar karena hal sepele. Kamu juga sangat protektif apalagi kalau aku sedang berhubungan dengan teman priaku. Kamu selalu menunjukkan ketidaksukaan. Namun herannya, di balik sifat egoismu itu, kamu begitu sayang dan perhatian dengan keluargaku. Khususnya pada kedua orangtuaku. Kamu juga bertanggung jawab atas mereka. Kamu suka memberi perhatian lebih pada mereka. Kadang aku mengalami rasa takut atas sikapmu yang berubah-ubah. Sesungguhnya siapa kamu yang sebenarnya?

Copyright pexels.com/ylanite koppens

Akhirnya di ujung rasa bimbang yang aku alami, selain menghadapi kamu, juga godaan akan hadirnya pria-pria lain yang menjanjikan kasih sayang padaku, akupun menghadirkan Allah dalam masalah ini. Karena kenyataannya, sejelek apapun kamu, aku selalu merindukan dan memikirkanmu.

Aku mencintaimu justru dari kurangmu.Kalau ini terjadi pada wanita lain mungkin mereka akan memutuskan untuk pergi dan mencari tambatan hati lain yang lebih berkualitas. Tapi aku tidak. Aku justru bertahan di sini. Lalu aku bermunajat sekuatku dalam istikharah. Memohon agar Allah memberikan petunjuk padaku. Memantapkan hati ini kepada siapa kelak akan berlabuh.

Aku yakin pasti akan banyak orang yang menganggapku bodoh akan keputusanku saat itu. Tapi nyatanya Allah menguatkanku dalam firasat dan mimpi untuk memilih kamu menjadi bagian terpenting dalam hidupku.

Dan sepuluh tahun pun berlalu. Kita sudah dikaruniai dua orang putri yang cantik dan solehah. Yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya sehat dan bahagia. Di sinilah hasil kerja keras itu. Setelah aku menjalani kehidupan bersamamu yang penuh liku. Penuh rasa sakit karena kamu tak pernah menilai aku baik di matamu, ternyata Allah tidak akan pernah ingkar janji. Allah memberiku hadiah malaikat-malaikat kecil yang dihadirkan di tengah keluarga kita. Yang senantiasa memberikan terang, kedamaian dan kesejukan saat dirimu sedang diselimuti kegelapan.

Suamiku, aku tidak menyesali telah memilihmu. Aku tidak kecewa telah menjadi pendampingmu. Meski aku selalu kamu rendahkan, selalu kamu sudutkan, tapi aku percaya ini hanyalah sekelumit ujian dari Allah yang diberikan padaku karena aku yakin Allah memberiku semua ini karena aku sanggup. Aku tidak ingin kamu merenungkan betapa banyak aku berkorban untukmu sampai aku hampir kehilangan duniaku juga air mata yang aku keluarkan saat kamu gerus hatiku. Aku hanya bisa berharap semoga semua pengorbanan ini menjadi jalan bagimu agar kelak kamu bisa berubah menjadi lebih baik lagi.

Suamiku, aku sadari inilah cinta yang sesungguhnya. Mencintaimu saat aku melihat kekuranganmu. Aku rela dikatakan bodoh dan buta akan cinta. Tapi bagiku cinta itu tidak ada yang buta.

Cinta itu perihal mengabdikan diri pada orang yang menurut kita layak untuk dicinta. Sekalipun tidak ada kesempurnaan di dalamnya. Akupun juga berpikir bahwa ini bukan kebodohan. Karena di mataku, kekurangan yang kamu miliki itu masih layak untuk diterima akal. Dan akhirnya aku selalu mengucap syukur pada Allah karena dikirimnya kamu untukku menjadikan aku pribadi yang lebih bijak dan dewasa. Inilah wujud sayangnya Allah padaku. Di satu sisi aku sadar Allah pun ingin agar aku senantiasa dekat dengan-Nya. Sadar atau tidak Allah mencintai kita.

Copyright pexels.com/carl attard

Aku ingin bahagia bersamamu. Mungkin saat ini belum kurasakan itu. Namun aku percaya, suatu saat kamu akan menjadikanku bahagia lebih dari yang kubayangkan. Karena aku yakin di lubuk hatimu tersimpan rasa cinta yang lebih besar daripada cintaku kepadamu. Rasa sayang yang lebih tulus daripada aku. Hanya saja kamu sulit untuk menunjukkannya karena kamu tidak terbiasa melakukan itu. Kamu lebih suka menggambarkan cintamu dengan hal-hal aneh yang sulit kumengerti sampai membuatku berpikir buruk tentangmu.

Aku mengenalmu dengan sempurna. Di balik sikap posesifmu itu kamu tetap bertanggungjawab atas hidup istri dan anakmu. Bahkan kamu bisa sangat luluh di depan anak-anakmu. Aku juga tahu betul kamu tidak menduakanku di belakangmu. Inilah wujud pembalasan cinta darimu. Terima kasih.

Aku juga berterima kasih pada Allah sudah menunjukkanku yang terbaik, mengingatkan kalau aku harus lebih dekat dengan-Nya, karena hanya Engkau lah yang pantas mendapatkan cinta yang sepenuhnya.

Suamiku, aku tidak ingin menyerah mendampingi kamu. Aku juga tidak akan pernah mengeluh. Aku masih sangat ingin mengambil banyak hikmah dari perjalanan hidup kita. Aku ingin menunjukkan bahwa ikhlas dan sabar ini akan ada balasannya. Kalaupun tidak di dunia ini di akhirat nanti insyaallah aku akan mendapat surga. Aku masih ingin terus menyebut namamu dalam doaku. Mendoakan kamu dengan harapan-harapan terbaik.

Kamu harus tahu bahwa kamu adalah satu-satunya lelaki yang akhirnya membuatku jatuh hati. Jatuh hati yang tidak biasa. Yang akhirnya menjadikanku pribadi yang tangguh. Aku tidak menyalahkan Allah dan kamu. Justru aku husnudzon pada-Nya. Karena setiap ujian adalah berkah dari-Nya.

Selama aku bersamamu, aku tidak akan membuatmu buruk di hadapan semua orang. Justru aku akan semakin membanggakanmu sebagai suamiku yang sangat kucintai dan kurindukan setiap saat. Aku masih akan menggenggam tanganmu dan melangkah bersamamu. Juga menopangmu saat kamu terjatuh. Aku akan setia padamu sebagaimana setiamu padaku sampai detik ini. Dan hanya untukmulah aku berjuang. Sampai tiba akhirnya aku usaikan tugasku untuk menjagamu di dunia ini.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading