Sukses

Beauty

Tips Berkomunikasi Dengan Anak Penyandang Autisme

Setiap manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangan yang setiap individunya pasti berbeda. Dalam hal ini, kelebihan dan kekurangan itu juga terdapat dalam diri seorang anak yang terkena autisme. Saat ini anak-anak penyandang autisme masih saja dipandang sebelah mata oleh khalayak. Cara pandang khalayak kepada anak-anak penyandang autisme memang tidak selalu buruk, namun masyarakat pada umumnya merasa bahwa untuk berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan mereka tidaklah mudah.

Hal ini disebabkan karena sedikitnya pengetahuan akan pentingnya cara berkomunikasi yang tepat dengan anak-anak autisme. "Menurut saya cara berkomunikasi yang paling efektif terhadap anak-anak autisme adalah memahami bagaimana cara pertama kali mereka mengajak kita untuk berinteraksi terlebih dahulu." ujar Ibu Lina seorang pengajar di SLB Negeri 5, Jakarta.

Anak-anak penyandang autisme biasanya dilihat dari dua segi permasalahan yang dialami anak tersebut; segi verbal dan segi performa. Jika dilihat dari segi verbal maka anak tersebut mengalami kesulitan di bidang komunikasi interaksi sosial. Sedangkan jika dilihat dari segi performa maka anak tersebut sulit memproses gambaran visualisasi atau menyelesaikan suatu permasalahan.

“Pengunaan kalimat kiasan, abstrak, atau memiliki makna ganda harus dihindari ketika berbicara dengan anak autisme. Penyederhanaan kalimat juga harus dilakukan agar mereka dapat mudah memahami ucapan kita. Hal ini dapat kita lakukan dengan memberikan instruksi yang jelas terhadap mereka. Dalam berkomunikasi dengan anak autisme jangan menuntut mereka untuk memahami kita tapi sebaiknya kita yang harus memahami mereka.” ucap Priska, seorang psikolog yang juga seorang pengajar di London School Beyond Academy.

Sebagian dari anak autisme memang cukup hiperaktif, namun dalam beberapa konteks lainnya merasa bisa saja menjadi pasif dan menjadi begitu tidak peka terhadap lingkungannya. Karena hal tersebutlah anak-anak penyandang autisme sulit dalam berinteraksi sosial. Sifat hiperaktif juga bisa dipicu dari pola makan mereka, semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi semakin hiperaktif pula perilaku mereka.

Ketangkasan anak penyandang autisme untuk bisa beradaptasi dengan keadaan lingkungan sekitarnya juga dapat dinilai dari IQ yang dimiliki anak tersebut. Saat ini para ilmuwan di bidang psikologi menggolongkan hal tersebut dengan istilah Autistic Spectrum Disorder (ASD) --berdasarkan DSM – 5 (Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders) fifth edition. Semakin tinggi IQ yang dimiliki anak autisme, semakin mudah dia menangkap maksud seseorang dan belajar memahami keadaan sekelilingnya.

Dukungan dari orangtua yang bisa menerima dan memahami keadaan anaknya akan memberi kemudahan bagi orang-orang di sekeliling si anak untuk berkomunikasi dengannya. Karena melalui bimbingan orangtua, anak-anak belajar untuk lebih bisa memahami dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

(vem/zzu)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading