Sukses

Fashion

Review: Novel The Hate U Give Karya Angie Thomas

Judul: The Hate U Give
Penulis: Angie Thomas
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Mery Riansyah
Penyelaras aksara : Lulu Fitri Rahman
Perancang sampul : IG sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

"Starr Carter, gadis kulit hitam berusia enam belas tahun, hidup di antara dua dunia berbeda. Lingkungan kumuh tempatnya lahir lalu tumbuh besar, dan SMA bergengsi di pinggiran kota tempatnya bersekolah. Keseimbangan dua dunia yang mati-matian ia jaga itu hancur berantakan ketika Starr menjadi satu-satunya saksi dari tragedi penembakan sahabatnya, Khalil, oleh seorang polisi. Padahal saat itu Khalil tidak bersenjata.

Segera saja tewasnya Khalil jadi tajuk berita utama. Mereka menyebut pemuda itu preman, pengedar narkoba, bahkan anggota geng. Demo besar-besaran memenuhi jalanan atas nama Khalil. Semua orang ingin tahu, apa yang sebetulnya terjadi saat Khalil terbunuh.

Satu-satunya yang bisa menjawab adalah Starr. Yang akan ia katakan, bukan hanya bisa menghancurkan lingkungannya. Kemungkinan besar, itu bisa membuatnya terbunuh."

***

Apa yang akan kamu lakukan bila kamu jadi satu-satunya saksi mata dalam kasus pembunuhan sahabatmu sendiri? Keputusan yang paling benar memang melakukan kesaksian sesuai kenyataan yang ada. Tapi bagaimana jika ada risiko nyawamu sendiri yang akan melayang jika nekat melakukan kesaksian tersebut? Situasi seperti ini memang penuh dilema. Dan hal inilah yang dirasakan oleh Starr Carter.

Gadis berusia 16 tahun ini menjadi satu-satunya saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sahabatnya, Khalil yang tidak melakukan kesalahan dan tidak bersenjata ditembak oleh polisi. Tragedi tersebut terjadi saat mobil mereka dihentikan oleh seorang polisi. Khalil yang dipaksa keluar oleh polisi itu diperiksa tapi kemudian ditembak begitu saja. Perlu diketahui juga bahwa Khalil berkulit hitam dan oknum polisi tersebut berkulit putih. Starr yang juga berkulit hitam sangat sadar akan ada sesuatu yang tak beres bila ia memberi kesaksian atas kejadian yang ia lihat tersebut.

Lingkungan tempat tinggal Starr, Garden Heights, memang sudah terkenal dengan tempat di mana kerusuhan geng sering terjadi. Banyak kasus penembakan yang terjadi. Bahkan beberapa tahun sebelumnya, Starr menyaksikan sendiri sahabatnya, Natasha tewas ditembak oleh orang tak dikenal saat sedang bermain. Starr jelas memiliki trauma sendiri. Ia pun dilema, ingin memberi kesaksian soal pembunuhan Khalil nyawanya dan keselamatan keluarganya terancam. Tapi kalau ia tak memberi kesaksian, dia akan terus dihantui rasa bersalah mengingat Khalil adalah sahabatnya sejak kecil.

Aku sudah melihatnya terjadi berulang kali: seorang kulit hitam terbunuh hanya karena berkulit hitam, dan kekacauan merajalela. Aku pernah menulis tagar RIP, membagikan ulang foto-foto di Tumblr, dan menandatangi setiap petisi yang beredar. Aku selalu bilang kalau sampai melihat hal itu menimpa seseorang, aku akan bersuara paling lantang, memastikan dunia tahu apa yang telah terjadi.

Sekarang aku menjadi orang itu, dan aku terlalu takut untuk bicara.
(hlm. 42)

Novel The Hate U Give karya Angie Thomas./Copyright Vemale/Endah
Dalam kehidupan sosialnya, Starr berusaha untuk bisa menempatkan dirinya dengan baik. Bersekolah di Williamson, tempat mayoritas orang kulit putih tinggal, Starr selalu berusaha untuk berhati-hati dalam berbicara dan bersikap. Dia sangat berhati-hati agar bisa tetap jadi "cewek normal" terlepas dari dirinya yang berkulit hitam dan masih sering diperlakukan dengan cara berbeda. Hanya saja dengan kasus pembunuhan Khalil, Starr jadi harus berusaha lebih keras untuk bisa membawa dirinya dengan baik.

Mendengar Khalil jadi makin disudutkan, Starr tak bisa tinggal diam begitu saja. Starr tahu betul siapa Khalil sebenarnya saat masih hidup meski memang ia punya masa lalunya yang begitu kelam. Mendengar Khalil yang sebenarnya korban malah terus disalahkan, Starr mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Apakah kasus Khalil akan mendapat keadilan? Atau justru memancing lebih banyak masalah dan konflik baru lainnya?

Kadang-kadang kita melakukan semuanya dengan benar tapi tetap saja ada masalah. Kuncinya adalah jangan pernah berhenti berbuat benar.
(hlm. 167-168)

Novel The Hate U Give mengangkat isu penting./Copyright Vemale/Endah

Novel The Hate U Give mengangkat isu yang sensitif tapi juga begitu penting. Kita akan diajak mengetahui kehidupan masyarakat di wilayah penuh gangster dan pengedar narkoba. Tapi nggak selalu berkonotasi negatif, karena ternyata ada kisah-kisah yang juga sangat mengharukan yang dialami oleh warganya. Isu sosial kulit hitam memang tak bisa dipungkiri terus ada hingga saat ini. Diskriminasi dan perlakuan yang berbeda hanya karena warna kulit yang berbeda juga masih sering terjadi.

Topik yang diangkat pun sangat universal. Soal kehidupan masyarakat yang jadi minoritas, menghargai perbedaan, menegakkan keadilan, berdamai dengan ketidakadilan, dan juga soal kemanusiaan. Kehidupan keluarga Starr pun memiliki kisahnya sendiri. Kisah kelam ayah Starr yang melewatkan masa kanak-kanak putrinya karena harus mendekam di penjara. Perjuangan keluarga mereka untuk bertahan hidup. Juga besarnya cinta dalam keluarga mereka untuk bisa tetap saling melindungi terlepas dari semua hal buruk yang pernah ada.

Cerita soal keluarga, persahabatan, hingga percintaan khas anak remaja juga diangkat di novel ini. Cinta Momma untuk Starr begitu besar meski kadang sering berbeda pendapat, tapi kasih sayang keduanya sangatlah kuat. Ayah Starr yang kadang memang agak kasar tapi ia bakal jadi orang pertama yang akan melakukan segalanya untuk melindungi keluarganya. Kenya, Seven, dan Sekani yang memiliki tempat tersendiri di hati Starr. Persahabatan Starr dan Maya yang saling menguatkan dengan hidup mereka yang menjadi minoritas di lingkungannya. Juga hubungan Starr dan kekasihnya Chris yang berkulit putih yang mungkin masih dianggap tak biasa di keluarganya.

The Hate U Give menyuarakan soal pentingnya menyuarakan keadilan dan sifat untuk tetap saling menghargai serta melindungi antar sesama. Sekalipun kadang ketidakadilan menghadirkan pengalaman yang begitu pahit, tapi akan selalu ada suara-suara yang mendukung perdamaian. Novel ini pun sangat nyaman untuk dinikmati (terima kasih juga untuk penerjemah dan editornya), membacanya dari awal hingga akhir benar-benar memberi kesan tersendiri.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading