Sukses

Fashion

Review: Novel Ikan-Ikan Mati Karya Roy Saputra

Judul: Ikan-Ikan Mati
Penulis: Roy Saputra
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Agus Wahadyo
Desainer Cover: Budi Setiawan
Penata Letak: Didit Sasono
Cetakan pertama, 2017
Diterbitkan pertama kali oleh Mediakita (mediakita.com)

Tak perlu susah-susah menentukan pilihan. Karena mengapa harus berbeda ketika kita bisa sama?

***

Seberapa banyak waktu yang kita habiskan setiap hari untuk menggunakan media sosial? Sudah seberapa besar ketergantungan kita pada penggunaan aplikasi di genggaman tangan kita? Hidup di era digital seperti ini, tak bisa kita pungkiri kalau sebagian besar hidup kita sudah sangat bergantung pada internet. Internet memang memudahkan banyak hal. Media sosial dan aplikasi kekinian sangat membantu kita mengatasi berbagai persoalan sehari-hari. Tapi apakah selama ini kita sudah menggunakannya dengan cukup  bijak?

Ikan-Ikan Mati, novel yang satu ini mengangkat tema yang benar-benar dekat dengan keseharian kita. Bahkan sangat menyentil kebiasaan dan gaya hidup generasi saat ini. Mengangkat gambaran Jakarta belasan tahun mendatang. Digambarkan saat itu ada aplikasi bernama Indonesia Kindness Application (IKA) yang merupakan produk inovasi yang dibuat pemerintah. Aplikasi ini dibuat untuk menyatukan kembali keberagaman yang ada di Indonesia. Didesain sedemikian rupa untuk menyortir berita hoax. Bahkan jika pemiliknya mengeluarkan kata-kata kotor, akan ada sangsi yang diberikan. Yang paling menarik dari aplikasi ini adalah ada poin yang bisa dikumpulkan untuk dibelanjakan dengan promo khusus. Kebayang kan bisa nongkrong di kafe keren dengan lebih hemat pakai poin IKA?

Gilang Kusuma, seorang pria menengah metropolis ibukota yang berprofesi sebagai bankir merupakan salah satu pengguna setia IKA. Dari tempatnya bekerja di Bank Republik, ia pun didelegasikan untuk bergabung dengan task force aplikasi IKA. Dia menjadi bagian tim untuk merumuskan fitur baru IKA. Sosok Monita yang sempat ditemuinya di sebuah klub pun ternyata bagian dari tim yang sama dengannya.

Di tengah kesibukan barunya, tak disangka Gilang bertemu kembali dengan Citra. Perempuan yang pernah membuatnya jatuh hati di masa SMA kembali muncul di hadapannya. Setelah mengumpulkan keberanian, Gilang berusaha untuk menemuinya. Citra masih merupakan sosok yang sama seperti yang dikenalnya dulu. Menghabiskan waktu mengobrol dengan Citra, Gilang sering mendapatkan sudut pandang baru bahkan sindiran yang cukup menyentil, seperti soal konsep ikan mati.


“The real question is,” Citra memberi jeda. “Why do we have to be the same?Kita bukan ikan mati kan, Lang? Yang ngampang dan hanyut terbawa arus?”
(hlm. 132)

Novel Ikan-Ikan Mati./Copyright Vemale/Endah

Semakin lama Gilang mulai mencium ada sesuatu yang tak beres dengan IKA. Meski selama ini hidupnya sangat dimudahkan dengan bantuan aplikasi IKA, tak bisa dipungkiri ada pertanyaan-pertanyaan yang cukup membuatnya terganggu. Salah satunya adalah soal promo dan diskon yang begitu mudah ia dapatkan hanya dengan menukar poin IKA  yang dikumpulkannya. Apakah produsen tidak dirugikan dengan diskon tersebut? Siapa yang mensubsidi itu semua?

Gilang mulai menyelidiki lebih jauh. Ada temuan-temuan yang kemudian membuatnya cukup tercengang soal IKA dan dalang yang ada di baliknya. Ia pun memutuskan untuk melakukan sesuatu. Sesuatu yang gila. Ia melakukan sebuah misi setengah bunuh diri. Nasib dan pekerjaannya pun ia pertaruhkan dengan misi yang ia lakukan bersama teman-temannya.

Masalah hati memang tak pernah dapat diterka. Kemarin bilang apa, hari ini bisa berubah. Terbawa masukan yang sebetulnya tak pernah diminta.
(hlm. 190)

Bacaan yang bakal menyentil kita semua./Copyright Vemale/Endah

Membaca novel ini sempat teringat dengan novel karya Dave Eggers berjudul The Circle. Soal gambaran hidup di masa depan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Ketika manusia justru malah dikendalikan dan dikontrol oleh teknologi dan aplikasi, ada tatanan yang akan berubah kemudian. Kebebasan yang bukannya makin leluasa malah dibatasi.

Ikan-Ikan Mati sangat menghibur juga sangat menggelitik. Ada kisah romansa juga persahabatan Gerombolan Sirkus yang memberi warna sendiri. Ada sisi lucu dan humoris tapi juga ada banyak sindiran yang sangat ngena dengan kebiasaan yang sering kita lakukan saat ini. Setelah membaca novel ini pun kita akan dibuat untuk bercermin sendiri. Apakah selama ini sudah menggunakan teknologi, internet, dan aplikasi dengan bijak? Atau malah selama ini kita malah terkekang karena tak bisa membuat pilihan-pilihan sendiri?

“Sekarang atau nanti, kita pasti harus memilih. Karena hidup ini memang tentang pilihan. Sampai kapan kita nggak mau belajar mengambil risiko atas keputusan yang kita ambil? Mau terus bergantung pada aplikasi?” (Gilang)

Ikuti lika-liku cinta Gilang, Citra, dan kehadiran Monita, juga persahabatan Gilang dengan Gerombolan Sirkusnya, hingga terungkapnya sosok Ayah Citra yang sebenarnya dan dalang di balik pembuatan aplikasi IKA dalam novel ini. Seru banget deh pokoknya! Dan buat kamu yang selama ini sudah kecanduan media sosial dan gadget, bersiaplah untuk dibawa kembali ke “jalan yang benar” dengan moral cerita di novel ini.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading