Sukses

Fashion

[Vemale's Review] Novel 'Angan Senja Senyum Pagi' - Fahd Pahdepie

Judul: Angan Senja Senyum PagiPenulis: Fahd PahdepiePenyunting: Falcon PublishingIlustrasi cover: lukisan karya Leonid AfremovPenerbit: PT FalconCetakan pertama, Maret 2017

Hujan malam itu lambat dan panjang. Angan dan Pagi saling mematung, terpisah jarak dari kisah mereka yang beku di ujung waktu. Lanskap taman seolah tak ingin menunjukkan diri, lampu merkuri temaram di antara mereka berdua, dikaburkan rintik hujan.

Angan memerhatikan wajah Pagi. Wajah itu, wajah yang pertama kali ia lihat belasan tahun lalu dan membuat matanya nyalang semalaman, wajah yang entah bagaimana diciptakan Tuhan dengan alis yang sempurna, hidung yang sempurna, bibir yang sempurna… Tak pernah bisa pergi dari inti memorinya selama ini.

Angan melangkah mendekat ketika payung miliknya lepas dari genggaman. Kemudian ia menarik ujung payung bening milik Pagi. Angan masih bisa melihat wajah Pagi dari balik payung bening itu, meski titik-titik hujan masa lalu sedikit mengaburkannya. Namun, itu cukup buat Angan… Itu cukup. Sebab ketika ia mengecup payung itu, seolah di kening Pagi, ia tak perlu menjelaskan apa-apa lagi…

Tentang Angan Senja yang tak pernah berhenti menanti Senyum Pagi.

***

Keduanya memiliki nama yang unik. Angan Senja dan Senyum Pagi. Kisah mereka berawal manis tapi juga malah harus berujung pada kepahitan. Hingga kemudian dipertemukan kembali pada suatu keadaan yang rasanya terlambat untuk memperbaiki yang sudah terjadi.

Foto: copyright Vemale/Endah Wijayanti

Kisah dibuka dengan sosok Angan yang harus menghadapi sebuah kabar duka. Sang ibunda meninggal dunia. Ibun, begitu biasa Angan memanggilnya, meninggalkan sebuah wasiat. Wasiat tentang sosok yang sangat diinginkan Ibun untuk menjadi pendamping hidup Angan. Angan sudah cukup usia, pekerjaan dan hidupnya sudah mapan, tak salah jika ibunya ingin agar ia cepat-cepat berumah tangga. Tapi ada hal yang mengusik Angan, ia masih terbayang akan sosok perempuan yang dulu pernah hadir di hidupnya. Senyum Pagi.

Angan si juara olimpiade Matematika dan Pagi si cewek populer di sekolah pertama kali bertemu dan berkenalan saat masih berseragam putih abu-abu. Persahabatan terjalin di antara keduanya. Meski Angan adik kelas Pagi, tak bisa dipungkiri bahwa ada rasa yang berbeda dalam hatinya. Terlebih saat mereka kemudian mengumumkan sesuatu yang menghebohkan.

"Hidup tetap indah meski kita tak bisa menyelesaikan hitungan-hitungan matematika. Sebab hidup jadi indah karena kita tak selalu dapat memperhitungkannya."(hlm. 66)

Hubungan Angan dan Pagi awalnya berjalan manis. Cuma ada maksud dan pesan yang kemudian belum bisa tersampaikan. Lalu masing-masing mengambil keputusan yang malah berujung luka.

Foto: copyright Vemale/Endah Wijayanti

"Rasa cinta akan menemukan jalan dan muaranya masing-masing. Sekuat apa pun setiap orang menahannya, sejauh apa pun jalan yang harus ditempuh... Jika mereka ditakdirkan bersama dan saling mencintai, mereka akan bersama pada waktunya.(hlm. 159)

Bertahun-tahun kemudian, Angan dan Pagi kembali bertemu. Karena sebuah proyek yang melibatkan Embun Fajar (anak perempuan Pagi) dan Pak Jarett, Angan dan Pagi kembali bertemu. Pertemuan itu kemudian mengubah banyak hal.

Tapi di sisi Angan ada seorang perempuan bernama Dini. Ada wasiat yang harus dipenuhi oleh Angan. Namun, hatinya tak bisa berbohong begitu saja.

Sementara itu, Pagi dalam waktu dekat akan menikah dengan Hari. Setelah kepergian suaminya, Pagi merawat putrinya Embun seorang diri. Embun yang memiliki bakat musik luar biasa di tengah sakit yang dideritanya merupakan putri yang paling disayang oleh Pagi. Kehadiran Hari diharapkan bisa jadi sosok ayah yang baru bagi Embun. Pertemuannya kembali dengan Angan kembali menyulut sebuah kepedihan. Tapi waktu bagaimana pun tak bisa diputar mundur.

"Meskipun ada seseorang yang pernah mengisi hati kita.... Apakah kita tidak boleh jatuh cinta pada orang lain dan membuat cerita baru untuk berbahagia dengannya?"(hlm. 287)

Novel ini mengangkat kisah yang sederhana. Tentang rasa yang belum tersampaikan hingga soal perkara takdir dan jodoh. Salah satu karakter yang menurut saya berkesan adalah Embun. Putri Pagi yang berusia 13 tahun ini begitu dewasa dalam menyikapi persoalan yang dihadapi ibunya. Bahkan, dari Embun lah, Pagi berani membuat keputusan yang sulit dalam hidupnya.

Infinity. | Foto: copyright instagram.com/fahdpahdepie

Yang menarik lagi dari novel ini adalah soal konsep infinity (tak terbatas). Angan dalam suatu kesempatan mengatakan, "Sebab hidup jadi indah karena kita tak selalu dapat memperhitungkannya, kan? Banyak hal dalam hidup ini nggak bisa dihitung. Cinta, persahabatan, misalnya. Perasaan manusia punya ketakterbatasan yang nggak bisa dimatematikakan."

Jadi, bagaimana kisah Angan dan Pagi berakhir? Apakah penuh dengan kejutan dan di luar perhitungan? Biar nggak penasaran, buruan deh baca novel Angan Senja Senyum Pagi ini. Perasaan dan emosimu akan ikut hanyut dan teraduk mengikuti kisah Angan dan Pagi.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading