Sukses

Lifestyle

Terpaksa Menikah Tanpa Cinta, Haruskah Dilakukan?

Bagi wanita, menikah adalah hal yang membahagiakan. Pernikahan impian adalah saat Anda menikah dengan orang yang Anda cintai, tanpa paksaan dari siapapun. Namun fakta membuktikan, banyak orang menikah tanpa cinta, karena terpaksa.

Ada orang yang bahagia saat menikah tanpa cinta, karena pada akhirnya dia bisa mencintai pasangannya dengan tulus. Namun ada juga (bahkan banyak) yang mengaku menyesal karena menikah dalam paksaan. Sedihnya lagi, paksaan ini sering datang dari orang tua, dan sang anak tidak punya pilihan.

"Membahagiakan orang tua adalah hal yang baik, tapi pada akhirnya saya tidak bahagia dengan pernikahan saya,"

Curhat seperti itu sudah sering dikeluhkan para wanita. Sebuah survey terbaru menunjukkan bahwa 1 dari 7 orang menikah tanpa cinta. Angka yang sangat banyak bukan? Pilihan yang sulit saat wanita dihadapkan pada keputusan menikahi pria yang tidak dicintai karena paksaan.

Inilah beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum Anda nekat menikah tanpa cinta.

Lebih Cuek dan Seenaknya

Wanita yang menikah tanpa cinta biasanya cuek pada pasangannya. Dengan anggapan "Aku kan menikah dengan kamu karena terpaksa, suka-suka aku mau ngapain, ngapain juga aku ngurusin kamu," Banyak wanita yang pada akhirnya lebih banyak bersenang-senang dengan urusannya sendiri ketimbang memperhatikan suami atau anak-anaknya.

Rumah Tangga Tidak Bahagia

Banyak pernikahan tanpa cinta yang diisi pertengkaran, beda pendapat dan sebagainya. Kehidupan pernikahan juga sering terasa hambar. Hanya menjalankan aktivitas sebagai suami dan istri sebagai kewajiban saja, tanpa adanya rasa cinta. Rasa bosan sering dialami pasangan yang menikah tanpa cinta. Jika sudah begini, godaan selingkuh lebih besar.

Anak Jadi Korban

Bayangkan perpaduan dua poin di atas dan dampaknya pada anak-anak. Orang tua sering menganggap bahwa anak tidak tahu apa-apa. Padahal anak bagai spons yang dapat mempelajari keadaan orang tuanya dengan cepat. Anak bisa merasakan bahwa orang tuanya tidak bahagia, sering melihat pertengkaran dan sangat mungkin dibesarkan tanpa melihat ada cinta pada orang tuanya. Bukankah sangat disayangkan?

Sekali lagi, kami mengerti sulitnya pilihan menikah karena sebuah unsur terpaksa, apalagi jika pertimbangannya adalah membahagiakan orang tua. Ingat, perjalanan Anda masih panjang. Membahagiakan orang lain tidak harus dengan mengorbankan kebahagiaan Anda saat ini bahkan kebahagiaan anak Anda kelak bukan?

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading