Sukses

Parenting

Gengsi Pria, Duka Wanita

Vemale.com- Kami percaya Anda para pembaca FITNESS adalah wanita yang memiliki kepedulian tinggi akan kesehatan. Namun, sudahkah Anda memerhatikan kesehatan pasangan maupun anggota keluarga terdekat? Usia harapan hidup dan status kesehatan pria di Indonesia ternyata lebih rendah dari wanita. Penyebabnya bermacam, mulai dari kultur budaya hingga aktivitas fisik. Saatnya kita para wanita peduli dan mengambil tindakan demi keselamatan orang terkasih.

Menjadi kepala keluarga, suami, ayah bahkan kakak atau adik yang harus selalu siap diandalkan adalah salah satu dari sekian banyak beban yang dipikul para pria. Besarnya tanggung jawab ini seringkali membuat mereka mengesampingkan urusan kesehatan. Persepsi umum sejak lama mengenai kejantanan pria dan berbagai faktor eksternal menjadi dasar cueknya pria pada kesehatan diri mereka. Angka harapan hidup wanita di Indonesia menurut data tahun 2000 adalah 70 tahun, sedangkan pria 'hanya' 65 tahun. Meskipun di berbagai negara termasuk Indonesia terjadi peningkatan usia harapan hidup. Tapi, para pria hidup lebih pendek dibanding wanita. Hal ini ternyata terjadi pada banyak negara. Bahkan, baru Australia dan Inggris yang memiliki program kesehatan terfokus pada pria.

Budaya masyarakat, terutama di Indonesia, yang menekankan pentingnya pencapaian dan kompetensi merupakan salah satu penyebab kurang diperhatikannya aspek kesehatan pada pria. Budaya ini mendorong sifat atau perasaan takut, malu, atau gengsi dan tidak mau mengalah. Takut eksistensinya sebagai pria diragukan, malu atau gengsi mengatakan dirinya sakit karena tidak mau dianggap lemah, dan selalu berusaha menampilkan diri serba bisa sehingga muncul sifat tidak mau mengalah. Faktor lainnya adalah kepercayaan masyarakat akan kejantanan dan keberanian, yang membuat pria lebih banyak melakukan pekerjaan yang potensial berbahaya di luar ruangan, serta cenderung tidak menggunakan alat pengaman yang cukup.

Pria Terancam

Masalah ini menjadi semakin serius bila Anda tahu bahwa penyebab tertinggi kematian pria di Indonesia sama dengan penyebab kematian tertinggi di dunia, yaitu penyakit jantung koroner. Menurut Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RSCM, sepuluh teratas penyebab kematian pria di Indonesia di antaranya adalah penyakit jantung, kanker, luka-luka atau kecelakaan dan stroke. "Bila ditilik lebih jauh, ternyata kematian yang terjadi, khususnya pada pria, banyak yang bersifat prematur dan seharusnya dapat dicegah. Kita harus paham sehingga pencegahan dini dapat dilakukan," papar Dr. Edy.

Penyakit jantung koroner merupakan satu dari tiga bentuk penyakit kardiovaskular. Faktor resiko pria menderita penyakit ini, antara lain usia. Pria, yang telah memasuki usia 45 tahun, wajib menyadari pentingnya kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit jantung,. Selain itu, jika terdapat riwayat keluarga memiliki penyakit jantung, diabetes, merokok, tekanan darah tinggi, obesitas, gaya hidup tidak sehat dan stres juga harus waspada. Karena, ada kemungkinan terkena penyakit jantung atau memiliki resiko tinggi. Segera periksakan ke dokter bila merasakan gejala seperti nyeri di dada, jantung berdebar, pusing, pingsan, lelah atau mengantuk pada tengah hari dan sulit bernapas.

Problem kesehatan pria yang juga harus mendapat perhatian adalah gangguan seksual. DR. Dr. Nur Rasyid, SpU(K), Ketua Departemen Urologi FKUI-RSCM menjelaskan, ada lima kelompok besar gangguan seksual pria yaitu: gairah seksual rendah, disfungsi ereksi, ejakulasi dini, disfungsi orgasme dan kelainan fisik penis. Fokus gangguan seksual pria biasanya pada disfungsi ereksi. Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan. Penyebab dari DE bisa dari kelainan pembuluh darah, kelainan persyarafan, obat-obatan, kelainan pada alat kelamin pria maupun masalah psikis yang memengaruhi gairah seksual. Berdasarkan kepustakaan, pada tahun 2025 diperkirakan penderita DE bertambah menjadi 300 juta orang.

Banyak pria yang enggan mengatakan bahwa mereka mengalami DE karena gengsi. "Seringkali DE merupakan masalah yang memalukan bagi pria dan mereka enggan mengemukakan serta mencari pertolongan dokter. Padahal, bila segera diperiksakan, mungkin saja dokter akan menemukan beberapa penyakit penyebab DE," ujar Dr. Nur Rasyid.

Perlu ditekankan bahwa DE bisa saja bukan penyakit tunggal, tetapi 'alarm' akan penyakit lain dalam tubuh. DE sangat mungkin terjadi sebagai gejala awal dari penyakit pembuluh darah seperti diabetes mellitus, kolesterol tinggi, darah tinggi bahkan penyakit jantung. Faktor lain yang dapat menyebabkan DE adalah pertambahan usia, riwayat operasi daerah panggul, obat-obatan dan gaya hidup buruk seperti: merokok, minum alkohol, narkoba dan kurang olahraga. Selain itu, faktor psikologis juga turut berperan serta menyebabkan DE. Penanganan DE adalah melalui psikoterapi, terapi obat dan terakhir bila diperlukan dengan pembedahan.

Bukan Hal Sepele

Kaum pria cenderung mementingkan pencapaian target hidup dibanding kesehatannya. Coba simak penjelasan mengenai perbedaan pria dan wanita yang dipaparkan Dr. Charles E. Damping, SpKL, psikiater dari Departemen Psikiatri FKUI-RSCM, Jakarta. Pria adalah makhluk yang mengutamakan logika, cenderung hanya melihat pada target atau tujuan hidupnya. Inilah yang kemudian membuatnya menjadi kurang perhatian pada diri sendiri. Pria juga memiliki corpus collosum otak lebih kecil dibanding wanita. Sehingga, mereka cenderung untuk berbicara lebih sedikit. Pria akan segan membicarakan keluhan kecil yang mereka rasakan dan memilih diam. Selain itu, pusat memori yang lebih kecil dibanding wanita membuat pria mudah lupa akan hal-hal kecil seperti gejala sakitnya yang dianggap ringan.

Respon pria terhadap stres dan mekanisme coping (pertahanan diri) mereka bersifat eksternal. Mekanisme coping sangat berperan pada baik atau buruknya status kesehatan pria. Mekanisme coping tiap pria berbeda-beda. Pria dengan pemicu stres berat bisa saja melalui stresnya dengan bila memiliki kematangan kepribadian, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu peran wanita sebagai pendamping maupun kerabat terdekat merupakan pendukung primer untuk membantu pria. "Wanita terlibat dalam kesehatan pria karena tiga alasan: terlibat dalam pengambilan keputusan, cenderung tahu lebih banyak tentang kesehatan dan yang terakhir adalah kepedulian," tambah Dr. Charles. Wanita lebih banyak tahu mengenai informasi dan pelayanan kesehatan yang ada. Kesehatan pria akan berdampak langsung pada kesehatan wanita, kenikmatan kehidupan sosial serta jalan hidup keluarga tersebut. "Pendamping kita sebenarnya orang yang rapuh karena mereka tidak sempat untuk memeriksakan diri, karena itu sebagai wanita kita harus peduli," kata Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K) Ketua Yayasan Pengembangan Medik Indonesia.

Ayo Bertindak!

Mulai sekarang, mari kita ambil tindakan atas kesehatan pria dalam hidup kita. Lakukan check up setahun sekali terutama bagi pria yang berusia di atas 40 tahun. Terapkan pola hidup sehat dari makanan hingga olahraga yang baik untuk tubuh karena tidak semua penyakit harus bergantung pada obat, perilaku hidup sehat tentu akan mencegah banyak penyakit. Selain itu wanita diharapkan untuk tidak pernah bosan mengingatkan pria agar tidak meremehkan kesehatan mereka. Pria cenderung lebih sulit mengekspresikan perasaannya sehingga kita para wanita harus menciptakan suasana kondusif agar pria mau terbuka. "Wanita sebagai pasangan harus bersikap arif, sabar dan tidak mencela, terutama pada pria yang menghadapi masalah DE. Ketidaksabaran akan membuat pria malu dan mencari jalan pintas yang memperparah DE mereka," papar Dr. Charles. "Wanita sangat mungkin bantu memperhatikan kesehatan pria sehingga pencegahan bisa dilakukan lebih dini. Untuk itu wanita juga harus memiliki pola hidup sehat," ucap Prof. DR. Dr. Akmal Taher, Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sepertinya, memulai olahraga bersama pasangan secara rutin akan menyenangkan, bagaimana menurut Anda? [initial]

Source: Fitness Magazine, Edisi April 2011, Halaman 81

(Fitness/miw)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading