Sukses

Lifestyle

Banyak Mahasiswi Jadi Ayam Kampus, Apa Penyebabnya?

Di Indonesia, praktek prostitusi masih banyak ditemukan, bahkan terang-terangan ada di sekitar kita. Sebagian dari mereka masih berstatus mahasiswi. Profesi mereka lebih dikenal sebagai ayam kampus.

Sadar atau tidak, mereka ada. Kehadiran mereka ada di kampus-kampus negeri ataupun swasta. Semakin hari, makin banyak mahasiswi yang menjadi ayam kampus. Benarkah keputusan mereka untuk menjual diri karena ekonomi yang kurang?

Kerja 'Tambahan' Untuk Memenuhi Gaya Hidup

Kasus yang menimpa Maharany Suciyono setelah mendapat uang perkenalan sebanyak Rp 10 juta dari orang yang diduga suruhan Luthfi Hasan Ishaaq, membuat masyarakat curiga dan bertanya-tanya. Kejadian tersebut sangat ganjil, tidak heran jika banyak orang menduga bahwa Maharany memiliki kemungkinan besar berprofesi tambahan.

Dilansir Merdeka.com, Sosiolog Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar mengatakan, ada beberapa hal yang membuat seseorang wanita memilih bekerja sebagai ayam kampus. Antara lain untuk memenuhi kebutuhan akan gaya hidupnya.

"Dalam kasus saudari M, saya bisa mengategorikannya ke dalam corruption by need. Dia memerlukan biaya untuk mengikuti gaya hidupnya," kata Musni Umar kepada Merdeka.com, Minggu (3/2).

Ada juga faktor corruption greed, yaitu dilakukan oleh mahasiswi yang sebenarnya tidak punya masalah keuangan. Jika mahasiswi berasal dari keluarga mampu, bisa menempuh pendidikan di bangku perguruan tinggi bermutu, dapat uang saku, tetapi masih memilih sebagai ayam kampus, maka faktor ingin hidup mewah bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Perlunya Kepedulian Orang Tua

Musni Umar menambahkan, perlu adanya perhatian orang tua pada perubahan yang terjadi pada anaknya. Hal tersebut perlu dilakukan agar sang anak tidak semakin jatuh dalam kehidupan prostitusi. Perhatikan apakah anak tiba-tiba memiliki barang mewah atau peralatan elektronik mahal. Tanyakan baik-baik agar anak tidak merasa dimata-matai.

Fenomena makin banyaknya ayam kampus tidak bisa ditanggung sendiri oleh sang mahasiswi atau remaja.

"Lingkungan tidak boleh tidak peduli dengan permasalahan ini. Lingkungannya seperti orang tua, teman, tempatnya kuliah harus mengontrol dalam memilih pergaulan, memberi informasi agar jangan terjerembab dalam perbuatan yang tercela," tutupnya.

Menyedihkan memang, di saat seorang gadis muda harus menempuh pendidikan dan meraih cita-cita, mereka justru terjerumus dalam dunia prostitusi.

Suarakan pendapat Anda akan fenomena ini, ladies!

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading