Sukses

Lifestyle

Awas, Berkedok Pemeriksaan Kesehatan Payudara, Berujung Pelecehan

Modus pelecehan seksual terhadap wanita, semakin beragam. Adanya media digital semakin mempermudah dan memberi ruang para penjahat cyber untuk mencari dan memancing mangsanya.

Beberapa hari yang lalu, seorang teman saya menuliskan pengalaman yang tidak mengenakkan. Hampir saja ia masuk dalam jebakan predator seksual yang berkeliaran menggunakan chat messenger LINE. Berikut cerita yang dituturkan oleh HS, di akun Facebooknya:

"Jadi begini kronologi ceritanya. Awal mulanya kemarin tiba-tiba aja ada yang ngechat atas nama Annisa yang bilang "Accept ya de ini Nisa". Dia ngakunya kakak kelasku di SMA. Tapi emang dasarnya pelupa ya saya iya-iyain aja. Sempet minta maaf juga sih kalo saya lupa sama dia. Lagian yang namanya Annisa kan banyak yah.

Terus dia basa basi tanya saya kuliah di mana jurusan apa. Basa basinya cuman sampe di situ doang abis gitu dia nanya lagi saya lagi sibuk apa engga. Dia bilang dia mau wawancara untuk tugasnya pake basa basi lagi bilang "Tapi ga enak ih takut ga sopan". Sebenernya udah agak ngerasa aneh sih wawancara dari LINE, udah gitu saya lupa juga lagi orangnya kayak gimana, dia dapet LINE saya aja nggak tau dari mana. Tapi mengingat yah itung-itung bantu orang deh buat ngerjain tugasnya.

Nah, jadi dia menjelaskan kalo dia ambil jurusan kedokteran dan mau wawancara untuk tugasnya tentang pencegahan kanker payudara dan kanker serviks dengan sexology pada usia 15 - 30 tahun. Dia harus mencari 15 orang responden dari pengguna sosial media untuk mensosialisasikan soal kanker (gagal paham tapi begitulah dia menjelaskannya). Tapi saat itu saya memang mau keluar rumah jadi wawancaranya ditunda dulu dan baru pulang sekitar jam 12 malam. Sekitar jam 7 malam dia ngechat, "De, udah bisa de?"

Akhirnya saya balas chatnya. Singkat cerita dia akhirnya mulai wawancaranya (padahal saat itu sudah jam 12 malam). Pertama-tama dia tanya tinggi badan, berat badan dan usia. Abis dijawab, dia kasih tips-tips mencegahah kanker serviks dan kanker payudara. Terus dia mulai tanya apakah pernah merokok, minum-minum atau seks bebas, pernah masturbasi atau nggak, ganti bra berapa kali sehari, tidur pake bra atau nggak, pakai bra kawat atau nggak, payudara suka ngilu atau nggak, suka pijat payudara atau nggak, payudara sering gatal atau nggak, sampai tanya ukuran bra. Dia kasih tips dan cara memijat payudara yang benar untuk mencegah kanker payudara.

Foto: dokumen pribadi HS

Setelah pertanyaan-pertanyaan di atas, yang terakhir ini menurut saya aneh. Dia minta foto saya pakai bra dan dikirim ke dia dengan alasan untuk nyocokin hasil wawancara sama pemeriksaan dengan cara 'gynelogitech'. Dia bilang kalo dia juga ga keberatan untuk kasih contoh fotonya. Langsung dong, the power of mbah Google, search apaan tuh gynelogitech. Hasilnya no result. Di gambar pun keluarnya malah foto-foto brand Logitech.

Foto: dokumen pribadi HS

Dia mohon-mohon deh supaya saya kirim foto pake bra, dengan janji langsung dihapus fotonya habis dilihat. Dan bener, dia kirim fotonya pakai bra buat ngeyakinin saya kalo dia juga melakukan foto yang sama. Nggak tau sih itu beneran foto dia atau ngambil dari Google atau apalah. Dia juga bilang kalo untuk pengecekannya harus berfoto seperti itu.

Tapi untung aja yah otak saya masih bisa berpikir jernih meskipun sudah jam segitu. Soalnya yang saya tau pengecekkan kesehatan payudara ya hanya bisa ketemu langsung. Kalo dari foto gimana cara ngeceknya coba? Bahkan saya sampe nge-Googling 'pemeriksaan kesehatan payudara dari foto' hasilnya nihil. Bisa dari foto tapi tetep harus pake alat khusus dan pake sinar-X gitu. Istilahnya mammografi.

So, Ladies, please bewareyaaa. Ternyata bukan cuman saya yang pernah kena tipuan ini. Sahabat saya bilang kalau temennya, yang temen saya juga pernah kena tipuan ini. Dia juga imintain foto aneh-aneh. Jangan mau deh diperiksa-periksa sama orang random apalagi dari LINE. Mending langsung ke rumah sakit atau ke puskesmas aja udah paling aman.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kalian semua dan tetaplah berhati-hati. Kadang kita yang nggak mau suudzon malah didzolimi."

Begitu banyak pelecehan seksual yang terjadi dengan kedok bagian dari pemeriksaan medis. Adanya social media dan messenger chat yang sangat mudah diakses, memberikan peluang bagi para predator online 'membuka' pintu komunikasi selebar-lebarnya dan sedekat-dekatnya dengan calon korban. Jangan sampai kita, atau anak-anak kita menjadi korban-korban berikutnya yang dimanfaatkan oleh pemangsa tak bertanggung jawab ini.

Tak perlu hiraukan pesan-pesan janggal yang mampir di akun social media dan chat messenger kita. Bentengi diri dengan akal sehat dan bijaklah membagi informasi pribadi di ranah digital.

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading