Sukses

Parenting

Duh Buku Bahasa Indonesia Berisi Kata-Kata Kasar

Buku pelajaran adalah acuan bagi siswa sekolah untuk mendapatkan materi dan untuk belajar. Buku pelajaran yang baik adalah buku pelajaran yang mudah dipahami, berisi ilmu yang diperlukan dan enak dibaca. Tapi bagaimana bila buku pelajaran berisi kata-kata kasar yang seharusnya tidak berada di dalam buku anak sekolah?

Di Kota Semarang, Jawa Tengah, beredar buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII SMP di dalamnya terdapat kata-kata kasar. Padahal, buku terbitan 2013 itu diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Setelah buku anak SD di Bogor berisi cerpen yang vulgar, rupanya Kementrian belum juga melakukan pengawasan ketat terhadap isi buku. Bahkan buku terbitan mereka sendiri pun tidak luput dari kesalahan seperti ini.

Buku pelajaran Bahasa Indonesia ini membuat cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu bentuk soal cerita. Di dalam salah satu cerpen yang ada di dalam buku itu, ada satu cerpen berjudul 'Gerhana'. Dalam cerpen Gerhana inilah terdapat rangkaian kata-kata kasar. Cerpen karangan Muhamad Ali berisikan beberapa kata kasar seperti 'bangsat' dan 'kurang ajar'. Kata-kata yang sangat tidak pantas dimasukkan ke dalam sebuah materi di buku pelajaran sekolah.

Halaman buku yang berisi kata kasar | (c) merdeka.com

Buku yang berisikan kata kasar | (c) merdeka.com

Buku setebal 200 halaman lebih itu mendapat sorotan dari para siswa dan beberapa guru. Walau mereka sudah SMP bukan berarti buku pelajaran bisa berisi materi dengan kata-kata kasar seperti itu. Siswa merasa buku ini tidak layak digunakan, terlebih seharusnya buku pelajaran Bahasa Indonesia harusnya berisi tata bahasa yang baik dan benar.

Wahyu, salah satu guru SMPN 2 Semarang saat dimintai konfirmasinya mengatakan, ia sudah membaca isi buku tersebut. Wahyu berharap buku ini segera diganti dengan edisi revisi yang tidak terdapat kata-kata kasar dan menyimpang dari materi inti buku pelajaran sekolah. "Kami akan memberikan masukan dan melapor tentang kejadian ini kepada pusat (Kementerian Dinas Pendidikan) dan setelah mendapat arahan dari beberapa pihak kami berharap buku yang tidak layak ini nantinya akan ditarik," ujar Wahyu lagi.

Banyaknya buku pelajaran yang terbit kerap menjadi alasan kenapa pengawasan untuk buku pelajaran tidak bisa maksimal. Mungkin ada beberapa buku pelajaran yang langsung naik cetak tanpa proses editorial terlebih dahulu. Semoga ke depannya Kementrian Pendidikan lebih teliti dan tidak ada lagi buku pelajaran berisi kata kasar atau tidak senonoh seperti ini.


BACA JUGA

Anak Mengalami Penindasan dari Temannya

Ngemil, Sehat Gak Ya?

Masalah Yang Mengancam Kondisi Mental dan Fisik Anak

Tidak Pakai Helm Demi Gaya Rambut, Pemuda Ini Koma Setelah Kecelakaan

Sekilas Tentang Tumor Epitel, Germinal dan Stroma

Kenali Gejala Fobia Sosial Pada Anak


(vem/sya)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading