Sukses

Lifestyle

Mata-Mata Mengintai di Balik Serunya Main Kuis Kepribadian di Facebook

Ladies, bagi kamu yang mengikuti isu dunia digital media, tentu sudah tidak kaget lagi dengan kasus Facebook dan Cambridge Analytica. Dalam minggu ini, skandal besar soal kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dalam rangka pemenangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menggegerkan dunia.

Kasus ini bisa dibilang kasus besar yang dilakukan secara sistematis. Bagaimana tim kampanye Donald Trump saat itu menggunakan jutaan data dari profil pemakai Facebook, menganalisis perilaku mereka secara online dan menargetkan berita serta informasi yang penuh tendensi melalui Facebook Ads untuk kemenangan Donald Trump.

Tanpa disadari, kamu menyerahkan data pribadi digitalmu secara cuma-cuma

Foto: pexels.com

Mungkin banyak orang yang bingung, "Dari mana sih data-data krusial itu didapatkan? Wong aku 'kan CUMA pakai Facebook." Data-data krusial mengenai demografis dan perilaku seseorang didapatkan tim Cambridge Analytica sejak tahun 2014 silam.

Dilansir dari liputan6.com, Cambridge Analytica mengembangkan teknik untuk mendapat data para pengguna dari kuis kepribadian. Ya, tipikal kuis yang populer dan memancing rasa ingin tahu ini, telah menyekap 50 juta pengguna Facebook di Amerika di dalam kotak manipulasi data digital.

Kuis kepribadian ini dijalankan melalui app yang bernama "thisisyourdigitallife." Kuis ini menawarkan fitur prediksi kepribadian yang 'membaca' kita berdasarkan profil yang kita cantumkan di akun Facebook kita. Misalnya, interest, lokasi tempat tinggal, siapa teman-teman kita bahkan pembicaraan kita yang terekam dalam post-post di Facebook.

Tak ada yang menyangka awalnya jika hal ini berujung kecurangan yang tersistematis. Dilansir dari qz.com, 270.000 orang yang menggunakan aplikasi ini secara tidak sadar dan cuma-cuma, memberikan informasi tentang dirinya kepada tim Cambrige Analytica dan Trump. Dari 270.000 users ini, tim Cambridge Analytica tidak hanya mendapatkan data per orang, melainkan juga data dari teman-teman orang yang memainkan aplikasi ini.

Mereka dengan penuh kesadaran, mengklik persetujuan agar bisa memainkan kuis kepribadian tersebut. Tetapi mereka tidak sadar, 'kesadaran akan persetujuan' itulah yang sebetulnya membawa mereka ke dalam lingkaran kecurangan digital yang dilakukan oleh tim pemenangan Trump.

Kuis kepribadian yang populer dan menciptakan validasi palsu

Foto: pexels.com

Sejak tahun 2015 hingga kini, di Facebook seliweran teman-teman yang memainkan kuis kepribadian melalui aplikasi. Mereka membagikan hasilnya ke timeline. User lain yang melihatnya pun tertarik untuk memainkan dan akhirnya timbullah efek bola salju tersebut.

Memainkan kuis kepribadian memang menyenangkan. Buktinya, website-website yang menyediakan fitur kuis seperti Buzzfeed pun pernah menikmati masa kejayaan dengan gelimang pageviews serta share yang melimpah ruah karenanya. Padahal kita tahu, kuis-kuis kepribadian ini hanyalah untuk bersenang-senang. Tak semuanya didasarkan dari penelitian psikologi kepribadian yang sebenar-benarnya.

Namun, mengapa kita tetap 'mempercayainya'? Begini, kuis-kuis kepribadian memiliki daya tarik saat kita merasa mendapatkan afirmasi dari jawaban-jawabannya yang 'valid'. Saat seseorang menerima umpan balik tentang diri mereka sendiri, mereka menjadi korban 'ilusi' dari validasi pribadinya. Kita merasa jawaban-jawaban yang kita terima dari kuis tersebut adalah akurat. Padahal bisa jadi tidak.

Hal yang sama terjadi saat kita membaca ramalan bintang. Efek ini disebut dengan efek Barnum. Kita tetap mempercayai apapun hasilnya. Mengutip dari tulisan Susan Krauss Whitbourne, Ph.D. yang tertulis dalam laman PsychologyToday.com, "Sederhananya, orang akan mempercayai kumpulan deskripsi kepribadian yang tidak jelas dan generik tentang diri mereka sendiri jika tampaknya deskripsi tersebut berasal dari sumber yang bereputasi baik."

Reputasi baik, jika dalam kasus kuis "thisisyourdigitallife" bisa diterjemahkan dengan "banyaknya orang-orang di sekitarku yang ikut memainkan kuis ini, maka aku juga 'mempercayainya'."

Dijelaskan lagi oleh Whitbourne, alasan orang jatuh pada kuis kepribadian di internet atau pun ramalan bintang adalah karena umpan balik yang diberikan begitu umum, jawaban-jawaban yang sangat general, sehingga praktis mudah disetujui setiap orang.

Dr. Aleksandr Kogan, seorang profesor bidang psikologi University of Cambridge, memanfaatkan kecenderungan perilaku manusia secara psikologis tersebut, dan menciptakan "thisisyourdigitallife" yang akhirnya menimbulkan kasus besar di kemudian hari.

Hindari penyalahgunaan data di social media

Foto: pexels.com

Jika kamu termasuk orang yang gemar bermain kuis-kuis kepribadian melalui Facebook atau social media sejenis, kamu bisa menghindari risiko perampokan data diam-diam dengan cara berikut ini:

  • Berhati-hati dengan data permissions yang meminta izin untuk mengakses profil social mediamu saat akan terkoneksi dengan suatu aplikasi
  • Revoke aplikasi-aplikasi yang mencurigakan dan sudah tidak lagi kamu gunakan dari laman akun social mediamu. Untuk lebih jelasnya tentang app privacy settings di Facebook, bisa diakses di sini

Meskipun kasus Cambridge Analytica ini terjadi di Amerika Serikat, tetapi tak ada salahnya kita juga berhati-hati, karena sesungguhnya jejak dan profil digital bisa diakses siapa saja dan di mana saja. Yuk lebih bijak lagi menggunakan social media dan stop menyebarkan fake news serta data pribadimu.

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading