Sukses

Lifestyle

Fakta! Berikut Waktu yang Kamu Habiskan Ketika Jalanan Sedang Macet

Kemacetan memang bukan hal yang asing lagi bagi warga Jakarta atau bagi pencari nafkah di ibu kota. Jangan harap perjalananmu akan cepat sampai di jam-jam sibuk atau pulang kantor.

Bahkan, dampak kemacetan dan parkir di kota-kota besar di Asia salah satunya Jakarta, semakin bertambah buruk setiap tahun. Rata-rata pemilik mobil di Jakarta menghabiskan 68 menit terjebak macet dan 21 menit mencari tempat parkir setiap harinya - setara 22 hari per tahun. Di Asia, rata-rata warga setiap hari terjebak macet selama 52 menit dan menghabiskan 26 menit untuk mencari parkir - setara 19 hari per tahun.

Akibat kesulitan mencari tempat parkir, 72 persen warga di Asia dan 74 persen di Jakarta pernah melewatkan atau terlambat datang ke momen-momen penting seperti pernikahan, kontrol kesehatan dengan dokter, wawancara kerja, kedukaan, dan konser musik.

Temuan-temuan terkait masalah kemacetan dan parkir ini didapat dari studi yang diprakarsai oleh Uber terhadap 9.000 responden di sembilan kota besar di Asia, terrmasuk Jakara.

Hasilnya, 29 persen dari pemilik mobil di Jakarta kini mempertimbangkan ulang apakah mereka sebenarnya perlu memiliki mobil atau tidak. Sementara di Asia, empat dari 10 pemilik kendaraan telah mempertimbangkan untuk berhenti mengemudikan mobil mereka sepanjang tahun lalu. Angka ini bahkan lebih tinggi di kalangan generasi muda, dengan 50 persen diantaranya menyatakan kurang tertarik membeli mobil, berdasarkan temuan survei tersebut.

Uber/copyright redaksi vemale/anisha

Uber juga menunjuk the Boston Consulting Group untuk mengkaji dampak penggunaan mobil pribadi serta potensi manfaat diadopsinya konsep berbagi tumpangan (ridesharing) secara lebih luas bagi kota-kota di Asia, termasuk Jakarta.

Kajian tersebut menemukan bahwa kita tidak menggunakan mobil kita secara efisien. Pada jam-jam sibuk di Jakarta, terdapat 50 persen mobil lebih banyak dari yang bisa ditampung oleh jalanan dan 50 persen mobil hanya mengangkut satu orang.

Akibatnya durasi perjalanan ketika jam-jam sibuk memakan waktu 1,8 kali lebih lama dibanding jam-jam biasa. Kajian ini juga menemukan bahwa Jakarta berpotensi mendapat manfaat signifikan dari ridesharing untuk membatasi pertumbuhan jumlah kendaraan, membantu pemerintah mengoptimalisasi waktu investasi untuk infrastruktur, dan menawarkan tambahan penghasilan yang fleksibel.

"Jika situasi kemacetan dan parkir di Asia berlanjut seperti ini, kota-kota seperti Jakarta ada risiko terjadi macet total hanya dalam beberapa tahun ke depan,” ujar John Colombo, Head of Public Policy and Government Affairs, Indonesia, Uber, saat ditemui di Jakarta.

The Boston Consulting Group memperkirakan 60 persen dari kendaraan pribadi saat ini di jalanan Jakarta dapat berkurang jika ridesharing menjadi pengganti alternatif dari kepemilikan kendaraan pribadi dan carpooling (saling berbagi perjalanan atau nebeng) menjadi hal biasa. Hal ini akan mengurangi 2,5 juta mobil di jalan dan mengurangi kemacetan di Jakarta, serta membebaskan lahan parkir setara dengan 14.600 lapangan sepak bola.

"Ridesharing juga dilihat sebagai alternatif yang dipilih untuk menambah penghasilan. Kajian ini menunjukkan bahwa para pemilik mobil di Jakarta cenderung lebih memilih aplikasi berbagi tumpangan untuk menambah penghasilan. 27 persen pemilik mobil mengaku sangat ingin, sementara 44 persen responden mengaku ingin menggunakan aplikasi berbagi tumpangan untuk menambah penghasilan," tambahanya.

Didukung oleh temuan-temuan hasil penelitian tadi, Uber juga menyoroti absurditas masalah kemacetan dalam sebuah film singkat sebagai bagian kampanye #UnlockingCities.

#UnlockingCities adalah inisiatif untuk menyoroti mendesaknya solusi masalah kemacetan dan parkir serta bagaimana warga dan solusi inovatif seperti ridesharing punya peran untuk membuka potensi kota-kota dengan berbagi sumber daya.

Rangkaian kampanye ini berupa sejumlah aktivitas yang membuka mata, diantaranya peluncuran film singkat “Boxes”, temuan hasil kajian the Boston Consulting Group dan presentasi hasil riset konsumen Uber di sejumlah pasar utama di Asia Pasifik, peluncuran sebuah website yang didedikasikan sebagai referensi bagi warga terkait penelitian ini, dan berbagai aktivitas online dan offline .

"Alasan masyarakat menggunakan transportadi online ialah murah, cepat, serta aman. Untu itu semua transport masal kita focus akan lebih diperbaiki karena untuk kebaikan bagi semua," tutur Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta.

(vem/asp/apl)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading