Sukses

Lifestyle

Air Mata Ibu Risma Bukan Pertanda Lemah, Itu Menandakan Dia Manusia

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak bisa menahan tangis ketika tahu kotanya kembali diguncang teror bom, Senin (14/5). Ia langsung lemas terbungkuk dan sampai harus ditolong oleh anak buahnya.

Ia kemudian dibawa ke lokasi perkara yakni di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya di mana terjadi ledakan bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga; sepasang orangtua Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43) dan tiga anak mereka; DA (18), DS (14), AIS (8). Kesemuanya meledakkan diri kecuali AIS --satu-satunya yang selamat dan jadi saksi kunci.

(Baca: Cara Memperlakukan Anak Terduga Pengebom Mapolrestabes Surabaya)

Kejadian itu adalah bom kedua dalam dua hari berturut-turut. Sehari sebelumnya, Minggu (13/5), terjadi ledakan bom di tiga gereja berbeda. Pelakunya adalah satu keluarga yang terdiri dari Dita Oepriarto bersama istrinya, Puji Kuswati, melibatkan empat anaknya; F (12), P (9), Y (18), dan F (16).

Jangan anggap emosi yang ditunjukkan Risma adalah bentuk kelemahan. Tangis adalah bentuk emosional yang menunjukkan bahwa Risma adalah manusia. Ia tergerak akan tragedi yang menimpa kotanya. Ia gemas dengan para pelaku yang melibatkan anak dan perempuan untuk menjadi pion menegakkan nilai yang mereka yakini.

Menjadi pemimpin perempuan itu memang tidak mudah. Seperti dikatakan oleh mantan calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton, dalam bukunya What Happened, tidak mudah menjadi pemimpin perempuan dalam dunia politik.

"Jika kami (perempuan) terlalu tenang, kami dibilang sosok yang dingin atau palsu. Tapi jika kami mengungkapkan sesuatu yang kami pikirkan tanpa pikir panjang, kami malah dikritik," ujar Hillary dalam buku yang menceritakan pengalamannya pasca kalah dari Donald Trump di pemilihan Presiden AS pada 2016 silam.

Tangisan dari politisi perempuan akan dianggap lemah. Sedangkan tangisan dari politisi pria dianggap sebagai bentuk kepekaan yang luar biasa --bahkan dipuji. "...mereka (politisi pria) bisa terjerumus dalam momen yang sangat sentimen. Itu masuk akal karena mereka manusia dan manusia terkadang menangis," tulisnya lagi.

Namun, tetap saja, tangisan atau luapan emosional apapun dari politisi perempuan akan melekat sepanjang hidupnya. Nantinya akan ada kerikil-kerikil yang mengkritik politisi perempuan, dalam kasus ini Risma, sebagai sosok emosional.

Tapi jangan salah sangka, Ladies, being emotional doesn't make you weak, it actually makes you strong. "Orang yang emosional sesungguhnya merasakan hidup lebih dari pada mereka yang tidak (emosional). Mereka merasakan koneksi yang lebih personal dengan kenyataan yang ada dan pada akhirnya menjadi lebih hidup," puji Paul Hudson selaku filsuf muda dalam tulisannya di Elite Daily.

So buat Risma, semangat terus jalani tugasmu, Bu! Pimpin kotamu dengan sebaik mungkin dan tetaplah menjadi dirimu sendiri. 

(vem/zzu)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading