Sukses

Lifestyle

5 Cerita Pendek Kisah Romantis

Kata orang cinta itu manis di awal-awalnya saja. Setuju dengan pernyataan itu?

Kami sih tidak. Memang cinta itu seperti bunga yang harus dirawat dan diberi pupuk serta air, sehingga ia tetap segar dan hidup. Demikian juga dengan kisah asmara Anda, terkadang ada kejenuhan di mana sebenarnya Anda butuh sebuah penyegaran baru. Bukan dengan mencari seseorang yang kelihatannya seperti lebih baik dari pasangan. Tetapi menggali dan mengingat lagi apa yang manis dan bikin hubungan Anda berdua hidup.

Nah, beberapa cerita pendek tentang cinta ini mungkin dapat menghangatkan kembali cinta Anda dan si dia.

(vem/bee)

Cerita Cinta 1: 12 Tangkai Mawar

Seperti biasanya, di hari Valentine selalu diwarnai dengan bunga mawar dan cokelat. Kali ini seorang pria datang terburu-buru di tengah hujan demi kekasihnya tercinta.

Tahu bahwa ia terlambat dan hujan keburu turun, iapun meminta maaf pada kekasihnya yang terlihat cemberut. Hari itu mereka berencana makan malam berdua, persis seperti yang diinginkan si wanita di film-film yang ditontonnya.

Wanita itu lupa, bahwa romantisme bukan sekedar meniru adegan di film saja, yang terkadang justru tidak nyata. Ia juga lupa, bahwa sebenarnya romantis itu datang dari berbagai cara, seperti yang dibawa oleh kekasihnya.

"Aku membawakanmu bunga ini," sodor si pria. Ia tetap membisu dan memasang wajah tak suka.

Akhirnya ia menerima 12 tangkai mawar yang masih basah karena tersiram air hujan. Iapun kaget, "kenapa ada satu mawar plastik di sini? kamu nggak rela ngasih aku bunga mawar?" kemarahannya memuncak lagi.

Masih dengan sabar, si pria menjawabnya, "aku memang sengaja membawa 11 mawar segar dan setangkai mawar plastik. Bagiku, aku akan mencintaimu hingga si mawar plastik itu mati..."

Merasa bersalah karena ledakan kemarahannya, si wanita menangis berurai air mata dan memeluk kekasihnya. "Maafkan aku, aku sudah berpikiran jelek padamu..."

11 tangkai bunga mawar segar itu memang cantik seperti di film yang dilihatnya, tetapi setangkai mawar plastik yang dibawa kekasihnya itu melambangkan cinta yang abadi dan tak pernah mati.

See, romantisme itu tak hanya harus dipandang dari satu hal yang pernah dilakukan di film-film saja.

Cerita Cinta 2: Tiga Kata Itu Tidak Cukup, Sayang

Kalau diingat lagi, berapa kali si dia mengatakan 'Aku cinta kamu'? Satu kali? dua kali? atau dulu pernah mengatakan saat sedang menembak saja dan sekarang hampir tidak pernah? Ladies, jika saat ini Anda meragukan cintanya karena ia tak pernah lagi mengucapkan tiga kata tersebut, ada sebuah hal yang perlu Anda tahu...

Suatu hari, sepasang kekasih yang bernama Arya dan Aryani sedang duduk di tepi danau. Saling bergandengan tangan dan terdiam. Tak lama kemudian, pasangan Aryani membuka suara.

Aryani: Apakah kau benar mencintaiku?

Arya: Tentu saja, sayang.

Aryani: Aku ingin mendengar dari bibirmu sendiri. Bukan kau mengatakannya saat aku bertanya saja.

Arya: Ahhh... kukira aku tak harus sampai begitu.

Aryani: Lho, mengapa tidak?

Arya: Hmm... karena apa yah...

Aryani: Aku kan hanya ingin kau mengatakan kalau kau mencintai aku. Itu saja, kenapa sepertinya sulit sih?

Arya: Tapi aku tidak bisa

Aryanipun mulai menangis sesenggukan. Pikirannya kalut dan ia mulai yakin bahwa Arya tidak serius kepadanya. Ia hanya bermain-main, dan ia tak pernah mencintainya.

Aryani: Kalau begitu kau tidak mencintaiku!

Masih terdiam dan memandangi air yang mengalir tenang. Aryani membiarkan air mata membasahi pipinya.

Aryani: Mengapa? Mengapa kau begitu tega terhadapku?

Arya: Jadi, apakah kau benar-benar ingin tahu?

Aryani: Tentu saja! (bentaknya)

Aryapun meraih bahu Aryani dan memeluk tubuh kecilnya itu dengan erat. Mencium keningnya dengan perlahan dan berbisik di telinganya, "karena tiga kata itu tidak cukup untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu, sayang..."

Cinta. Tak pernah cukup diungkapkan lewat tiga kata 'Aku cinta kamu'. Percayalah, cinta itu lebih dari sekedar itu...

Cerita Cinta 3: Kisah Cinta Dalam Secangkir Kopi Asin

Ini adalah kisah cinta antara kakek Arun dan nenek Gemma. Mendengar kisah cinta mereka, aku menyadari bahwa ternyata cinta sejati itu memang ada. Dan ingin segera kulupakan sakit hatiku karena kisah cintaku sendiri.

Semoga cerita ini juga bisa menyembuhkan kekecewaan akan cintamu saat ini...

Nenekku populer sebagai gadis yang tercantik di kotanya saat itu. Banyak pemuda yang menaruh hati pada nenek dan bersedia memberikan cintanya. Mulai dari yang tampan hingga yang kaya berusaha menarik perhatian nenek, tetapi nenek tak pernah tertarik pada semua pemuda itu.

Hingga suatu saat kakek bertemu nenek di sebuah pesta. Kakekku adalah pemuda yang biasa-biasa saja. Tidak tampan, dan tidak kaya. Hari itu ia mengumpulkan semua keberanian dirinya untuk menyapa nenek. Mengajaknya sekedar menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop di ujung kota. Entah mengapa nenek mengiyakan ajakannya. Berharap segera keluar dari hiruk pikuk pesta.

Di sana mereka duduk berhadapan, dengan wajah cemas kakek berharap bisa berbincang banyak dengan nenek yang saat itu cuek dan tak terlihat tertarik sama sekali. Kata nenek sih, ia menerima ajakan kakek karena telah merasa bosan dengan pesta tersebut. Nenek menggunakan alasan kakek agar ia bisa pergi dan segera pulang. Di tengah perbincangan yang membisu, kakek memanggil pelayan coffee shop tersebut. "Pak, bolehkah aku meminta sedikit garam untuk dimasukkan pada kopi ini?" Semua orang yang ada di sekitar kakek dan nenek keheranan. Untuk apa garam dimasukkan ke dalam secangkir kopi?

Hal tersebut berhasil menarik perhatian nenek. "Untuk apa kau menaruh garam di dalam kopimu?" tanya nenek.

"Oh... ini hanya sebuah kebiasaan lama ayahku. Dulu aku tinggal di sebuah desa dekat pesisir pantai. Di sana kami biasa menambah garam pada kopi agar tetap ingat pada laut, tempat tinggal kami. Dan, hari ini aku rindu kampung halamanku. Aku juga rindu pada orang tuaku yang sudah meninggal. Agar aku tak lupa akan mereka, aku terbiasa menaruh garam di dalam kopiku," tutur kakek.

Nenekpun merasa tersentuh. Tak pernah ditemui pemuda semanis kakek. Sejak saat itu, mereka selalu pergi berkencan dan bercerita panjang lebar. Merekapun akhirnya menikah. Hidup bahagia, hingga punya banyak anak dan cucu.

Suatu kali, di ulang tahun pernikahan ke-50, kakek akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Di sebuah kotak berisi perhiasan kado ulang tahun pernikahan, ditinggalkannya secarik surat untuk nenek. Karena mata nenek sudah kurang awas untuk membaca, maka ia memintaku untuk membacanya. Kira-kira beginilah isi surat itu...

Gemma yang terkasih,

Aku meminta maaf akan sebuah kesalahan yang sangat besar, yang pernah kulakukan sepanjang hidupku. Aku menyimpan sebuah kebohongan besar selama ini. Ingatkah saat aku mengajakmu ke coffee shop hari itu? Saat itu aku sangat gugup sekali. Saking gugupnya aku ingin meminta tambahan gula untuk kopiku. Namun, entah kenapa yang terucap adalah aku meminta garam.

Aku tak ingin terlihat konyol di depanmu. Dan akhirnya aku mengarang cerita itu. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Kau terlihat begitu cantik dan sempurna, hingga aku tak ingin melepaskanmu.

Tetapi, percayalah sayang... bahwa sepanjang hidupku aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin kehilangan diriku. Sehingga sekalipun setiap pagi kau buatkan kopi asin itu, semua selalu terasa manis karenamu. Jujur saja, kau mungkin tak akan suka rasanya, karena sebenarnya rasanya sungguh tidak enak.

Gemma, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.

Air mata nenekpun turun membasahi pipinya. Ia sadar betapa besarnya cinta kakek padanya. Sejak saat itupun ia selalu menambahkan garam di dalam kopinya. Setiap kali ada orang yang bertanya bagaimanakah rasa kopi bila ditambah garam, ia akan menjawabnya "rasanya manis sekali :)"

Cerita Cinta 4: Mengapa Kamu Mencintaiku?

Pernahkah bertanya pada kekasih atau suami, "kenapa kamu mencintaiku?" Setidaknya 3 dari 5 orang pernah menanyakan hal ini pada kekasih atau suaminya. Dan, jawaban yang diperoleh tak selamanya romantis, kan? Bahkan sebagian besar pria malah meresponnya dengan gemas, "tak cukupkah kehadiranku menjawabnya?"

Berikut adalah sebuah kisah yang dititipkan oleh para pria tentang cinta mereka...

Suatu hari, seorang pasangan kekasih sedang berjalan-jalan di taman. Dipetiknya sebuah bunga yang cantik oleh si pria dan diberikan kepada kekasihnya, "ini untukmu sayang." Di luar dugaan, kekasihnya justru terdiam. Tak berapa lama kemudian ia bertanya pada kekasihnya?

Wanita: Kenapa kau menyukaiku? kenapa kau mencintaiku?

Pria: Aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu, sayang.

Wanita: Kamu jahat. Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu alasanpun mengapa kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yang lebih cantik dari aku pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang kau mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?

Pria: Aku benar-benar tidak tahu alasannya, sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?

Wanita: Bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?

Pria: Baiklah, akan kucoba cari alasannya. Eum... karena kamu cantik, kamu punya suara yang indah, kulitmu halus, rambutmu lembut... Cukupkah alasan itu?

Kekasihnya kemudian mengangguk, dan menerima bunga itu dengan senang hati.

***

Beberapa hari kemudian, sebuah kecelakaan menimpa wanita tersebut. Ia harus kehilangan rambutnya yang panjang dan lembut karena terjepit dan terpaksa harus dipotong. Ia juga harus kehilangan suara dalam beberapa waktu karena pita suaranya terbentur keras. Kulitnya yang dulu halus mulus kini terpapar beberapa jahitan. Ia terbaring tak berdaya.

Di sampingnya ada secarik surat. Iapun membacanya.

"Kekasihku,

Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?

Dan karena rambutmu kini sudah tak panjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu.

Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yang dulu mulus.

Jika benar cinta itu butuh alasan, kurasa aku benar-benar tak bisa mencintaimu lagi sekarang.

Tetapi....

Cintaku bukan cinta yang palsu.

Cintaku kepadamu tulus. Aku menyukai dirimu yang apa adanya. Aku tidak jatuh cinta karena kau punya suara yang merdu, rambut yang indah serta kulit yang mulus. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun.

Sampai kapanpun, aku tetap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.

Menikahlah denganku..."

Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuat hidupmu bahagia.

Cerita Cinta 5: Serendipity, Sebuah Kebetulan Yang Sangat Indah

Serendipity sendiri adalah istilah dari bahasa Inggris yang artinya 'kebetulan'. Dikatakan 'kebetulan' bukan sesuatu yang dianggap meremehkan, namun sebuah 'kebetulan' yang tampaknya sudah direncanakan dengan sangat baik oleh-NYA. Seperti yang kurasakan ini...

IPK cemerlang ternyata tak pernah menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Di dunia kerja yang keras, persaingan jauh lebih ketat ketimbang modal IPK saja. Dan beginilah aku, prestasi yang selama ini kubanggakan bak selembar kertas yang hanya dikirim-kirimkan ke berbagai perusahaan. Sudah banyak panggilan yang kudatangi, hasilnya... hingga sekarang tak satupun pekerjaan yang bisa kujalani. Aku nyaris putus asa ketika seorang teman mengajakku untuk ikut job fair di sebuah hotel terkenal. Dan apabila ini adalah kesempatan untuk meraih mimpi, tak akan pernah kulewatkan lagi.

Sebuah suara mengejutkanku, "ada yang bisa dibantu?" dengan senyum yang ramah dan manis ia menawarkan bantuannya. Aku memang tak pernah berpengalaman mengikuti job fair. Alhasil di sana aku hanya bengong melihat ke sana kemari dan membaca semua daftar nama perusahaan yang terpampang di depan booth itu. "Ah, enggak. Masih lihat-lihat saja kok," jawabku. Iapun kemudian menyodorkan sebuah lembar kertas, yang isinya posisi kerja di tempat perusahaannya. Setelah kulirik, ah rasanya aku sama sekali tak tertarik. Namun entah mengapa akhirnya aku menyodorkan amplop berisi CV-ku padanya.

Setidaknya hanya itulah hal yang bisa kuingat dari peristiwa setahun lalu. Aku bahkan tak ingat bahwa ternyata Bara yang dulu menyodoriku info lowongan itu. Aku begitu meremehkannya, walaupun ternyata bekerja di sini sangat menyenangkan.

Ngomong-ngomong soal Abimanyu, dialah topik yang ingin kubicarakan. Ia sosok yang sopan, ramah, penuh senyum dan ahh... rasanya ia begitu sempurna untuk kuceritakan. Haha... biarlah saja orang mengira aku cinta buta. Tetapi jatuh cinta kepadanya adalah sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan. Sesuatu yang tak pernah kuduga sebelumnya, dan nyatanya memang kami sengaja dipertemukan.

***

"Ta, kamu yang harus mengatur event futsal antar divisi nanti yah. Pak Bambang akan datang lho!" kata Silvia, manajer sekaligus sahabatku. Oh tidak, batinku, kalau Pak Bambang datang artinya semua harus dalam kondisi yang perfect. Dia tak akan suka kalau ada kekurangan di sana sini. Atasanku yang satu itu adalah sang empunya perusahaan ini. Pewaris tahta ketiga yang diberikan turun temurun dari kakeknya. Orangnya sangat cerewet dan minta ini itu. Dan... seketika lamunanku dibuyarkan oleh sosok manis yang kutahu namanya adalah Abi. "Ini daftar pesertanya, tolong disusun dan dirapikan. Kalau kamu belum tahu gimana cara ngaturnya, tanya saja pada Silvia," katanya membuatku terbengong. Ia berbicara cepat, tidak memandangku dan langsung pergi. Huh! Buyarlah semua pujianku kepadanya, ia tak lagi menjadi sosok yang manis dan kukagumi. Ia begitu jutek dan angkuh.

Seperti dugaanku, Pak Bambang memang memeriksa semua detail event kali ini. Mengomentari semuanya dari A sampai Z, bahkan hingga ke sepatu pemain tak lepas dari komentarnya. Namun ternyata usahaku tak sia-sia "Kerja bagus Tita!" katanya memujiku. Apa yang sudah kususun membuatnya puas walau masih diwarnai komentar darinya.

***

Aku terduduk lesu. Masih kuingat peristiwa semalam ketika aku bertengkar hebat dengan kekasihku di telepon. Kuberanikan diri untuk menemuinya hari ini, berharap bahwa permasalahan di antara kami bisa diselesaikan baik-baik dan hubungan kami kembali seperti dulu. "Ngapain kamu di sini?" katanya ketus. Aku memang sengaja pulang lebih awal dan mampir ke kantornya agar ada kesempatan untuk bertemu langsung dengannya. Dan di luar dugaanku, sikapnya membuat nyaliku nyaris mengerut. "Jangan ngobrol di sini, kita pergi saja," sambungnya. Kamipun berkendara dan melanjutkan debat semalam di dalam mobil yang melaju kencang. Aku takut. Tapi hatiku mengatakan ini adalah usaha terakhirku untuk mempertahankan komitmenku dengannya. Komitmen yang telah kuhargai selama setidaknya 3 tahun ini. Aku punya mimpi menikah dengannya. aku sangat mencintainya.

"Turun!" bentaknya. Di dekat sebuah perempatan jalan ia membentak dan menurunkanku. Dengan penuh emosi dan sikap cuek seperti biasanya. Kekasihku ini memang orangnya sangat temperamental. Ini bukan pertama kalinya ia menurunkanku di tengah jalan ketika bertengkar. Aku tak ingat berapa kali ia melakukannya padaku, sampai-sampai rasanya aku telah terbiasa. Dalam hatiku, keesokan hari ia akan menyesal dan datang pagi-pagi dengan membawa permohonan maaf padaku.

Hari itu lain. Hatiku tak berkata begitu. Dan mungkin inilah pertemuan terakhir kami, di mana ia sudah tak ingin lagi melanjutkan hubungan kami. Aku sendiri merasa ini adalah hal yang aneh. Hubungan kami bukanlah hubungan pasangan kekasih yang berjalan normal seperti biasanya. Ia sering bersikap kasar, meninggalkanku dan menganggapku sudah cukup dewasa serta mandiri untuk melakukan berbagai hal. Pikirku, memang ia adalah orang yang sibuk, dan ia bukan tipe pria yang romantis serta inginnya nempel ke mana-mana berdua. Aku menghargai sikapnya itu. Aku sendiri juga bukan tipe wanita yang ingin selalu nempel ke mana-mana dengan kekasihnya (awalnya kupikir begitu, ternyata aku juga ingin diperlakukan manis oleh kekasihku.)

Aku terdiam sejenak melihat mobilnya pergi meninggalkan dan semakin jauh, sampai tak terlihat lagi. Belum terpikir dalam benakku hendak ke mana ini. Akhirnya aku berjalan saja membiarkan kedua kaki ini membawaku. "Mau ke mana? kok kamu di sini?" sebuah suara mengejutkanku. Suara yang kukenal. Itu suara Abi. "Oh, iya aku mau pulang" kataku singkat. "Naiklah. Kau kuantar saja," katanya. Tak berpikir panjang aku naik ke atas motornya. Diboncengnya aku dan kamipun turun di sebuah cafe kecil yang tak begitu ramai. "Yuk kita ke sini dulu, kamu butuh ketenangan tampaknya," katanya lagi.

Aku tak tahu kenapa ia seperti sangat mengerti aku. Aku tak pernah mengenal dirinya. Tak pernah bicara panjang lebar kepadanya. Bahkan menurutku ia adalah sosok pendiam dan angkuh, yang bahkan sekantorpun ia tak mau menyapaku seperti rekan lainnya. Namun hari itu aku bercerita panjang lebar tentang kejadian yang baru saja kualami. Aku tak pernah seterbuka itu tentang kehidupan pribadiku. Tapi rasanya bercerita kepadanya membuatku sangat lega, dan nyaman.

***

"Tita, Abi datang. Sudah ibu suruh masuk dan menunggumu. Cepatlah keluar," kata ibu mengetuk pintu kamarku.

Tak berapa lama aku keluar dan memberikan sambutan hangat dan menggandeng tangan Abi pergi. Sejak hari aku ditinggalkan oleh kekasihku, Abi memberikan perhatian dan kenyamanan yang tak pernah kutemukan di diri orang lain. Di balik sikap pendiamnya, ternyata ia penuh kehangatan dan kasih sayang. Tak pernah ia memperlakukan aku dengan kasar sekalipun kami berbeda pendapat. Kami selalu membahas semua hal dengan sangat menyenangkan. Dengan sopan ia selalu menemani dan mengantarku sampai ke tempat tujuan. Membuatku merasa dilindungi sebagai kekasih, dan seorang wanita. Ia tak pernah meremehkan dan merendahkan aku. Bahkan ia yang selalu memberikan dukungan pada setiap hal yang kulakukan. Yah... kuakui memang ia bukan sosok yang selalu sempurna. Tetapi bagiku ia tetap sempurna. Sesempurna pertemuan kami dulu. Pertemuan yang serba kebetulan dan sangat indah.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading