Sukses

Lifestyle

Setelah 8 Tahun Pacaran, Pernikahan Sempat Batal karena Hadirnya Mantan

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Aku mengenalnya sejak awal kuliah. Perjumpaan yang tanpa sengaja saat menunggu bus pulang kuliah. Beberapa kali curi pandang hingga akhirnya berkenalan dan resmi pacaran.
 
Enam tahun kami lalui bersama saling mengisi dan memahami kekurangan masing-masing. Hal yang asyik saat bersama hingga akhirnya LDR, maklum aku kerja di luar kota. Komunikasi selalu intens namun tetap saja selalu ada pertengkaran karena rasa cemburu dan posesif yang berlebihan darinya. Dan aku yang selalu mengalah, menjelaskan dan memberi pengertian bahwa aku tetap dan selalu setia padanya.

Alhamdulillah hubungan kami berjalan lancar hingga aku dimutasi kembali ke kotaku. Bonus yang luar biasa bagiku. Aku bisa lebih dekat dengannya dan aku dipromosikan sebagai supervisor. Dia pun juga sudah mempunyai pekerjaan tetap dan kami berencana ke jenjang yang lebih serius. Delapan tahun pacaran, rasanya sudah sama-sama mengenal kulit luar dan dalam begitu juga kedua keluarga.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Acara lamaran pun digelar. Aku bahagia sekali artinya satu tahap lagi lembaran baru akan kami lalui bersama. Semua pernak-pernik pernikahan diserahkan semua padaku dan keluarga. Mengingat pekerjaannya yang yang padat dan tak cukup waktu, jadi aku memaklumi kesibukannya. Namun semakin mendekati hari pernikahan ada perubahan yang drastis dari dirinya.

Dia yang biasa kalau ditanyai pendapat atau saran pasti memberikan ide. Tapi sekarang cuek dan sensitif. Sering kali aku mendengar dia berkata, "Terserah baiknya." Memang kata orang mengurus pernikahan membuat mempelainya stres. Bobotku turun 4 kg dan dia juga sering uring-uringan. Tidak ada lagi kata manis. Menanyakan kabar atau sekadar telepon sudah makan atau belum. Selalu aku yang mencari dan menunggu. Dan puncaknya saat aku membawa contoh undangan untuk dicetak.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Aku menanyakan pendapatnya. Dia hanya diam dan mematung. Aku marah! Sudah 80% semua persiapan pernikahan. Aku melakukannya dengan semangat karena ini memang untuk kebahagiaanku. Sedang dia seolah terpaksa. "Jadi mau kamu apa Mas? Apa kita batalkan saja?" Ledakku dengan emosi melihatnya tetap dingin. "Iya. Sebaiknya kita tunda dulu pernikahan kita," katanya sambil menghampiriku. Seperti disambar petir aku mendengar pernyataannya.

Ada kecewa, marah dan sedih jadi satu. Dan aku mulai menangis. Sambil membelai rambutku dia berkata, "Aku belum siap." Aku terhenyak mendengarnya. Belum siap! Setelah 8 tahun pacaran. Aku marah dan berdiri. Kutatap wajahnya yang lusuh dan spontan tanganku menamparnya. Lalu aku berlalu dengan air mata berderai.

Empat hari sejak kejadian itu kami tidak saling kontak. Padahal hari pernikahan tinggal hitungan jari. Akhirnya aku menemui sahabat karibnya. Menanyakan apa yang terjadi padanya. Aku memohon dan akhirnya kudapatkan jawabannya. Bahwa dia sedang bimbang karena wanita cinta pertamanya yang kemarin belum selesai datang lagi. Dan kata sahabatnya hari ini mereka janjian di sebuah kafe.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Aku sedih dan kecewa. Tidak hanya itu, melalui adikku yang bekerja di operator seluler yang dia pakai, aku mendapati print out percakapan yang intens selama 2 pekan. Pantaslah, dia tidak perhatian lagi padaku. Tanpa banyak pikir lagi, aku membatalkan semua persiapan pernikahan dari gedung, catering, dan semua persiapan lainnya. Aku bilang pada keluargaku bahwa kami sudah PUTUS.

Aku minta mutasi kerja keluar kota. Entah itu jabatanku diturunkan aku tidak peduli. Kepada rekan kerjaku, kuwanti-wanti agar jangan memberitahu keberadaanku pada siapapun. "Bilang saja aku sudah berhenti!" pesanku. Juga pada keluargaku, kusuruh mereka tutup rapat.

Dua minggu aku menjalani hidup terasing dan hampa bersama rasa sakit hati. Kulampiaskan sedih dan sakit hati dengan gila kerja. Hingga saat aku pulang lembur ada dia yang sudah menunggu di lobi kantorku. Aku terkejut sekali. Ada rasa rindu yang menggebu. Rasanya ingin sekali berlari memeluknya. Tapi mengingat perbuatannya aku jadi datar.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Aku beri dia waktu untuk menjelaskan semua. Tidak ada apa-apa, bahkan saat wanita itu mengajaknya kembali. Saat janji temuan di kafe dengan wanita itu,  dia menjelaskan kalau dia akan menikahiku. Bagi dia hubungan mereka sudah lama berakhir dan aku adalah masa depannya.

Sejak aku menghilang, dia selalu mencariku kemana-mana seperti orang gila. Betapa merasa sangat kehilangan, dan menyesali atas keacuhannya kemarin. Terlihat jelas wajahnya yang lelah, dengan mata yang cekung kurang istirahat. Aku iba melihatnya. Dia meminta maaf telah menyakitiku. Memintaku untuk tetap selalu mendampingi dan menjadi istrinya. Aku memeluknya, karena memang aku masih sangat-sangat menyayanginya. Dan kami pun merancang perkawinan yang indah bersama.

Alhamdulillah hingga kini kami dikaruniai 3 putra dan putri. Semoga sakinah selalu. Amin.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading