Sukses

Lifestyle

Menggelar Acara Pernikahan Juga Perlu Memikirkan Perasaan Keluarga

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Pernikahan merupakan momen penting dalam kehidupan manusia, apalagi untuk seorang perempuan. Pernikahan menyempurnakan agama seseorang. Selain itu di dalam pernikahan juga banyak unsur budaya yang melekat. Sebagai orang Indonesia yang di dalamnya terdapat banyak jenis suku, pemanis pernikahan di luar akadnya sendiri dapat dilakukan dengan cara berbeda tergantung dari mana asal sang pengantin. Pernikahan yang sakral, memiliki konsep dan kental akan budaya adalah satu paket pernikahan yang diinginkan oleh setiap pengantin. Namun dalam kenyataannya, untuk mewujudkan pernikahan semacam itu butuh kerja ekstra keras dan kerjasama banyak orang.

Namaku Fitri Andriani, aku terbiasa dipanggil Nani. Usiaku saat ini menginjak angka 25 tahun. Kata orang, wanita seusiaku sudah sepantasnya untuk menikah. Namun sepemahamanku, menikah itu bukan hanya soal umur, tapi juga kesiapan. Kesediaan seseorang untuk bersama seumur hidup mereka. Bukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tapi untuk menikmati proses menua dalam suka dan duka bersama orang yang kita cinta. Komitmen seumur hidup yang seharusnya dijaga sampai mati.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Persoalan mental sudah harus dimatangkan dan itu tergantung pribadi masing-masing, tidak dipatok dalam usia tertentu. Dalam kasusku sendiri, aku sudah ingin menikah. Dan pada saat ini, aku dan pasangan sedang menanti dan mempersiapkan hari pernikahan kami. Saat pernikahan melintas dalam pikiran kami, kami memikirkan sesuatu yang indah dan sederhana. Dihadiri hanya kerabat dekat dan sarat suasana kekeluargaan. Kami ingin menyapa semua undangan dan bercengkrama dengan tamu undangan. Dalam suasana yang hangat dan terbuka, bukan di dalam ruangan.

Langkah awal yang kami lakukan adalah mendata semua teman dan kerabat dekat, karena kami berencana hanya menyebar 300 undangan dan siapa yang harus diundang adalah persoalan penting bagi kami. Aku dan pasanganku sudah menyamakan konsep yang kami inginkan, dan berangkat dari konsep itu, kami mulai mencari restoran-restoran outdoor yang ramah lingkungan di sela-sela kencan kami yang seringkali tanpa tujuan.

Beberapa tempat sudah kami masukkan ke dalam list dan sudah kami tanyai kontaknya masing-masing. Alasan pribadiku menjadikan ini sederhana adalah demi menghemat pundi-pundi yang mungkin keluar, untuk apa aku mengeluarkan banyak uang hanya untuk pesta 2 jam yang kelak akan dilupakan orang? Perdebatan pertama kami muncul pada tahap ini.

Orangtua pasanganku adalah seorang guru yang supel dan banyak teman, ketika calon ibu mertuaku bilang, “Saudara dan kenalan ibu ngajar ‘kan banyak, Nak? Apa mau tidak diundang?” maka pada saat itulah aku tahu konsep wedding resto dengan suasana intim ini tidak dapat kami lanjutkan. Memang, pernikahan adalah sesuatu yang penting untuk kami berdua, tapi bukan hanya kami yang penting.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Keluarga kami dan perasaan mereka adalah hal yang juga harus kami pertimbangkan. Setelah perubahan konsep ini, kami mulai mendata ulang tempat-tempat yang memungkinkan untuk acara pernikahan kami. Alot dan panjang, itulah yang kami alami. Sulitnya jadwal untuk berkeliling mencari tempat adalah kendala yang tak terelakkan. Seringkali tempat yang kami datangi terlalu mahal, kapasitas ruang yang kecil, akses yang sulit, tempat parkir kendaraan yang sempit, dan banyak hal lainnya.

Beberapa tempat bahkan hanya kujelajahi melalui internet. Singkat cerita, akhirnya kami menemukan venue yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kami. Tanpa pikir panjang, kami langsung membayar uang muka untuk tempat tersebut pada tanggal yang kami inginkan. Maklum, rencana pernikahan kami akhir tahun, dan kami yakin akan ada banyak pasangan lain yang juga merencanakan hal yang sama dengan kami.

Setelah permasalah venue sudah clear, kami mulai mencari vendor paket pernikahan karena kami sepertinya tidak punya begitu banyak waktu untuk mencari masing-masing vendor. Selain itu, harga masing-masing vendor akan lebih mahal jika dibandingkan dengan vendor paket. Dan ternyata hal yang satu ini juga tidak kalah merepotkan.

Pernikahan pada era saat ini adalah bisnis yang menguntungkan. Orang-orang yang jeli melihat peluang akan berusaha untuk memanfaatkannya dengan baik. Kebanyakan vendor paket pernikahan tidak buka saat weekend. Dan lagi-lagi, cuti kantor yang harus dikorbankan. Pasanganku adalah seorang calon pegawai negeri sipil suatu badan pemerintahan. Dan ketika kami merencanakan pernikahan, dia baru saja jadi salah satu anggotanya. Selain tidak punya cuti, dia juga harus menjalankan semacam diklat tertentu, tidak bisa pulang selain hari sabtu dan minggu selama 33 hari. Hal ini tentu membuatku semakin ketar-ketir.

Rencana pernikahan yang sudah di depan mata dan persoalan pasanganku yang sedang diklat membuatku harus berjuang sendirian sementara waktu ini. Aku pergi ke beberapa vendor setelah jam kerja, aku mendatangi beberapa acara pernikahan untuk test food, dan bayangkan ini kulakukan seorang diri, atau kadang bersama ibuku. Tidak jarang aku kesal sendiri melihat calon mempelai lain yang datang bersama pasangan mereka, atau bahkan dengan calon mertua mereka, pernah juga pada suatu kesempatan aku menangis kesal karena seringkali ditanyai pertanyaan, “Pasangannya nggak diajak Mbak?” huft tapi apa mau dikata? Inilah risiko yang harus aku hadapi.

Pencarian panjang pun akhirnya bermuara pada satu vendor paket pernikahan lengkap yang ada di daerah Kalibata. Vendor ini adalah spelialis outdoor, sesuai dengan konsep pernikahanku. Selain itu, ini adalah sebuah vendor yang dikelola oleh sebuah keluarga. Perbedaannya jelas sangat terasa. Kebanyakan vendor yang aku datangi adalah vendor professional yang sudah memiliki nama yang kudapat dari hasil penjelajahanku di internet. Perbedaan yang sangat terasa adalah cara mereka berinteraksi dengan calon pelanggan.

Vendor profesional ternama yang kutemui rata-rata sangat sulit dihubungi. Pesan singkatku bisa dibalas setelah dua hari kukirim. Bukan semangat yang ada malah aku kesal sendiri dengan kelakuan vendor yang semacam ini. Pada saat inilah semangatku seringkali naik turun. Beruntunglah aku akhirnya menggunakan jasa vendorku ini.

Saat pertama kali datang ke kantornya aku disambut ramah oleh banyak orang, aku dijelaskan secara mendetail tentang apa saja proses pernikahan yang harus aku lalui. Oh ya kali ini aku juga datang bersama ibuku. Selagi mendengarkan penjelasan salah satu staf vendorku ini, lidah kami dimanjakan beberapa makanan test food.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Selain itu, hal yang tidak aku temukan pada vendor lain adalah, aku langsung berkonsultasi dengan staf dekorasi dan langsung dibuatkan layout untuk acaraku nanti. Jelas dan sangat detail. Karena dikelola oleh sebuah keluarga, vendor ini juga benar-benar menganggap calon pelanggan adalah keluarga mereka. Aku merasakan betul semangat staf dekor ini untuk memberikan yang terbaik dalam acaraku nanti, dan inilah salah satu alasan mengapa akhirnya aku memantapkan hati dan membujuk pasanganku untuk menggunakan jasa vendor ini.

Setelah berhasil menemukan vendor yang sesuai, aku baru tersadar ternyata jatuh bangunku mencari venue dan vendor benar-benar tidak seberapa dengan perintilan-perintilan pernikahan yang sudah harus mulai kami putuskan dari sekarang. Permasalahan busana yang akan dipakai saat akad dan resepsi, busana orang tua saat akad dan resepsi, referensi tata rias yang mau kuaplikasikan, foto prewed, rundown acara, undangan, souvenir, musik, dekorasi, menu makanan, surat nikah, penghulu, dokumentasi, dan masih banyak hal lain yang ternyata sangat menguras banyak tenaga.

Ternyata sebuah pernikahan yang biasa kami hadiri prosesnya sangatlah panjang dan butuh perhatian pada setiap detailnya. Dan inilah yang pasti akan dihadapi oleh setiap pasangan pengantin ketika mereka memantapkan hati untuk menikah. Melelahkan memang, tapi sejujurnya menyenangkan. Meskipun di tengah-tengah persiapan banyak drama yang terjadi. Namun di sinilah kita bisa melihat sedewasa dan sesiap apa kita dan pasangan menghadapi proses hidup yang penting ini. Aku sendiri yakin semua ini akan terlewati dengan baik dan akan berbuah senyum banyak orang-orang yang kami sayang. Hanya satu tipsku untuk para calon pengantin, bersabarlah dan nikmati prosesnya karena semua akan indah pada hari resepsinya.







(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading