Sukses

Lifestyle

Meski Seumuran Waktu Sekolah, Takdir Menikah Belum Tentu Sama

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.

***

Kapan nikah? Mungkin udah biasa ya. Kapan nih calonnya dikenalin? Kapan undangannya disebarin? Yah, pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan kepada muda mudi dengan usia yang dianggap sudah waktunya menikah, dengan sedikit modifikasi. Dianggap hal biasa sih bagi yang bertanya, tapi bagi yang ditanya, mungkin akan merasa marah, kesal, jengkel. Ups, tenang, kamu tidak sendirian. Hehe.

Seyogyanya menikah merupakan hal yang pribadi. Karena meski seumuran waktu sekolah, takdir menikah belum tentu sama. Bukan karena tidak ingin, banyak faktor yang mempengaruhi seseorang belum menikah. Bisa karena belum menjadi prioritas utama saat ini, atau bahkan memang belum dipertemukan dengan jodoh terbaiknya. Lalu, bagaimana sebaiknya menanggapi pertanyaan ‘biasa’ yang datangnya dengan frekuensi tidak biasa itu. Senyumin aja? Mungkin itu sudah bisa pula kan. Lalu kenapa tidak kita ubah saja mindset kita terhadap fenomena tersebut. Mungkin memang benar kata orang bahwa orang yang kepo itu sebenarnya perhatian tingkat dewa. Betapa tidak, bahkan dia yang tidak pernah kita pikirkan, justru meluangkan waktunya untuk memikirkan kehidupan kita sampai pada hal-hal yang pribadi.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Tak perlu risau masalah jodoh, sebab sama seperti rezeki, hal itu sudah digariskan bahkan sejak kita masih dalam kandungan. Memang, tak ada yang tanpa usaha sebagai bentuk ikhtiar kita, tapi bukan berarti kita dapat langsung menuntut untuk segera dikabulkan sesaat setelah kita berusaha yang bahkan belum mencapai puncaknya. Banyak hal positif yang bisa kita lakukan pada masa penantian ini. Apalagi di zaman sekarang ini sudah banyak komunitas yang menaungi orang-orang dengan hobi yang sama. Alih-alih dipusingkan dengan pertanyaan klise, kita justru bisa berkarya sesuai dengan passion. Kalau yang bingung hobinya apa, mungkin bisa meet up dengan teman. Dari pertemuan itu, akan terjalin komunikasi, saling bercerita atau berbagi, bahkan, mungkin saja jodoh kita dipertemukan melalui teman kita itu, siapa tahu kan?

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Lalu, bagaimana jika pertanyaan itu muncul saat kita kumpul-kumpul dengan teman? Hadapi dengan tenang, kawan. Kamu bisa aja kok menjawab dengan sedikit bercanda, toh pertanyaan itu tidak harus kamu jawab saat itu juga. Kalau kata iklan sih, talk less do more. Sekarang sih kamu cuma bisa becandain, nanti saat waktunya tiba kamu akan datang dengan sepucuk undangan resmi perayaan hari bahagiamu.

Masa penantian itu tidaklah selamanya. Meski tak tentu kapan penantian itu berakhir, masa penantian pun mengajarkan betapa kesabaran dan keteguhan dalam berjuang itu menjadikanmu menjadi pribadi yang lebih tangguh. Jangan sampai masa penantianmu hanya dihiasi dengan ratapan yang semakin membuat hidup lebih menyedihkan. Karena ketika berpikir positif, hidupmu akan berubah dari kelabu menjadi berwarna. Kapan lagi bisa mengeksplorasi segala kemungkinan potensi dalam diri? Kapan lagi bisa jalan-jalan dan mengeksplorasi keindahan pesona Indonesia dan dunia saat belum harus memikirkan suami/istri, anak-anak dan seluruh urusan rumah tangga? Sesungguhnya hidup akan menjadi indah jika kita membuatnya indah. Kita lah yang menentukan bagaimana kita menciptakan cerita dalam hidup kita, tentulah disertai dengan nuansa dan suasananya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Bahwa perjalanan hidup tidaklah berhenti ketika kamu menemukan sosok tambatan hati yang menjadi pendamping hidupmu. Justru itu akan menjadi modal awal dalam mengarungi dahsyatnya bahtera rumah tangga kelak. Bahwa masalah lah yang menjadikan kita merasa hidup dan akan terus berjuang untuk dapat menaklukkannya. Dan bagaimanapun kondisi kita dalam menjalani hidup, akan selalu saja komentar yang datang kepada kita. Karena memang begitulah hidup, Sang Maha Pencipta yang menentukan, kita yang menjalani, dan orang lain yang mengomentari. So, teruslah berjuang kawan, lakukanlah apa yang menurutmu baik sesuai kaidah dan norma yang berlaku, karena yang paling tahu yang terbaik untuk kau jalani adalah dirimu sendiri bukan orang lain. Semangat!

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading