Sukses

Lifestyle

Bukan Pembelaan, Tapi Inilah 4 Alasan Saya Tak Ingin Cepat-Cepat Menikah

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.
***
Sebagai manusia, kita perlu merasakan roda kehidupan yang terus berjalan. Dunia ini tak pernah memiliki kepuasan. Ketika telah lulus SMA kita sibuk mencari universitas yang diinginkan. Ketika lulus kita ditanya kapan selesainya? Setelah itu pasti akan timbul pertanyaan baru seperti kapan daftar kerjanya?  Begitu seterusnya. Tentu saja hal tersebut menjadi salah satu beban pikiran tersendiri.

Tak semua manusia memiliki sifat yang sama. mungkin sebagian dari mereka menanggapinya biasa–biasa saja. Namun sebagiannya lagi? Tentu akan menyelesaikannya secepatnya. Saya sendiri tak begitu senang ketika pertanyaan semacam itu didaratkan kepada saya. Pertanyaan seperti itu akan hadir ketika timbul kekhawatiran dari keluarga atau teman dekat kita. Mereka cemas jika apa yang seharusnya telah kita alami masih saja terus tertunda. Untuk itu, bagaimana kita sebagai manusia menyikapi pertanyaan semacam itu dengan bijaksana.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/dustin dagamac

Pertanyaan yang belakangan ini membanjiri saya adalah kapan mau nikah? Boro–boro nikah, pacaran saja saya tak begitu kepikiran. Melihat beberapa teman saya yang sudah menikah dan memiliki anak tentu membuat keluarga dan teman saya yang lainnya melayangkan pertanyaan demikian. Namun saya menanggapinya berbeda.

Jodoh telah ada yang atur, ketika saatnya tiba, ia akan dipertemukan dengan kita. Dan sebagai perempuan, menikah bukanlah sebuah peristiwa mudah yang akan terus membawa kebahagiaan. Melihat beberapa teman saya saja sudah memberikan pengalaman tersendiri bahwa menikah itu harus siap lahir dan batin. Jika hanya bermodalkan cinta belaka, lantas kehidupan selanjutnya bagaimana? Dulu ada yang mengajak serius, namun saya masih merasa belum tepat waktunya dan masih ada hal yang perlu diselesaikan terlebih dahulu.

Saya memiliki alasan tersendiri. Pertama,saya adalah gadis introvert. Susah untuk bergaul dengan mudahnya seperti gadis–gadis lainnya. Saya bahkan selalu menampakkan wajah jutek atau tak peduli kepada laki–laki. Saya masih sulit untuk menampakkan diri saya karena saya masih mau menikmati kesendirian saya. Saya masih ingin mencari yang benar–benar serius menerima apa adanya.

Kedua, saya masih berstatus mahasiswa aktif, jadi yang jadi beban pikiran terberat saya pastinya penyelesaian skripsi hingga wisuda. Bahkan setelah lulus kuliah pun saya berniat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mencari lebih banyak pengalaman. Untuk itu, prioritas saya saat ini adalah belajar dan belajar agar kelak dapat berkuliah di universitas luar negeri yang saya inginkan. Bagi saya, seorang wanita harus berpendidikan kelak anaknya pun akan terdidik dengan baik.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/jordan heath

Ketiga,saya ingin bebas. Kebebasan yang saya inginkan bukanlah semata–mata ke hal yang negatif. Saya ingin bebas melakukan segala aktivitas yang saya suka tanpa adanya ikatan seseorang yang membatasi saya. Saya masih ingin mengembangkan skill menulis saya, membantu masyarakat lainnya yang membutuhkan, serta menikmati masa muda saya. Keterikatan yang terjalin bagi pasangan yang menikah tentu tak membiarkan diri kita menikmati kebebasan bermain bersama teman–teman. Untuk itu, saya memasang target usia tersendiri jika akan menikah nantinya.

Keempatdan paling saya inginkan adalah membahagiakan kedua orangtua. Bagi saya, mereka adalah sosok yang telah mendidik dan membesarkan saya dengan layak. Jika saya sudah memberikan yang sepatutnya saya beri maka menikah akan menjadi prioritas sesudahnya.

Sejujurnya saya trauma melihat berbagai kejadian yang ada di indonesia mengenai pernikahan dan saya perlu lebih banyak mencari tahu hal–hal tentang pernikahan. Saya perlu mencari sosok pria yang mampu menjaga dan menafkahi saya lahir dan batin karena cinta sendiri akan tumbuh ketika dua sejoli saling menyayangi. Namun bagaimanapun tanggapan mengenai pertanyaan Kapan, kita perlu menyikapi bahwa hal tersebut memang perlu dilakukan tanpa adanya paksaan jadi kehidupan seseorang bisa bahagia sebagaimana mestinya.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading