Sukses

Lifestyle

Pernikahan adalah Urusan Pribadi, Tidak Perlu Diumbar Juga di Medsos

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.

***

Dear Vemale,

Menjadi wanita karier dan memiliki pekerjaan yang menjanjikan merupakan impianku, dengan begitu aku bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat dengan hasil dari pekerjaanku. Banyak dari teman-temanku yang sudah menikah dan memiliki anak, walaupun belum seluruhnya. Ketika dilihat dari status media sosial beberapa teman, mereka terus saja membahas masalah pernikahan. Tidak salah kok dengan umur mereka saat ini, tapi bagiku sedikit mengganggu.

Saat ini aku masih belum kepikiran untuk menikah, dan aku masih cenderung jaga jarak dengan laki-laki. Bagaimana mereka selalu membicarakan pernikahan di media sosial, bagiku terlihat seperti mereka “ngebet nikah”.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com'almos bechtold

Sebelumnya, aku pernah mendapat nasihat dari teman sekantor yang sudah menikah. Kata mereka, “Pernikahan itu memang awalnya manis Dek, tapi kalo kamu nikah hanya karena temanmu yang lain sudah menikah, karena nafsu atau karena biar ada yang tanggung jawab, bisa jadi boomerang sendiri buat kamu. Kalau belum siap, mending sekolah dulu selesaikan pendidikan lalu bekerja di tempat yang baik dan menggapai cita-citamu.” Aku bersyukur masih ada orang yang memberi nasihat baik seperti itu, daripada bahas dan tanya kapan nikah melulu. Hello, hidup ini nggak cuman tentang hubungan sepasang kekasih, masih banyak pertanyaan lain yang lebih bermanfaat ketika bertemu dengan teman atau sahabat kalian.

Bagiku, pernikahan adalah masalah pribadi yang tidak perlu diumbar dimana-mana bahkan di media sosial. Aku lebih suka ketika ditanya bagaimana sekolahmu, kariermu, atau bagaimana keadaanmu dan keluargamu. Setiap bertemu dengan teman dan mengobrol, tidak sedikitpun aku membahas pernikahan tapi anehnya mereka menyambungkan sendiri ke arah itu. Atau memang mungkin sudah saatnya bagi mereka, tapi belum saatnya buatku.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/chansereypich seng

Sejauh ini, orangtua belum menyuruhku untuk menikah, kadang mereka suka menjodoh-jodohkanku tapi belum berniat melepaskan aku. Mereka tahu betul, kalau aku punya ambisi tentang sesuatu, aku cenderung tidak bisa diganggu. Jadi mereka tidak pernah sedikitpun membahas sesuatu diluar topik jika sedang mengobrol. Karena aku lebih suka mengobrol tentang karier, pendidikan, atau berita yang sedang hangat saat ini jadi mereka tidak pernah membahas apapun di luar topik tersebut. Bahkan saudara-saudaraku lebih suka tanya tentang pendidikanku atau hobiku ketimbang tanya tentang pernikahan. Aneh memang, ketika keluarga dan saudaraku sendiri belum berpikiran di umurku yang masih sangat muda ini untuk menikah, tetapi malah orang lain yang sibuk dengan urusan pribadiku itu.

Di umurku sekarang yang akan menginjak 23 tahun, aku masih berpikir bagaimana agar menjadi wanita karier yang hebat. Mengepakkan sayap, mengasah kemampuan, dan menambah banyak pengalaman. Cukup untuk bekal cerita inspiratif untuk anak-anakku kelak, tidak melulu menceritakan kisah bagaimana pertemuan ibu dan ayahnya. Setidaknya mereka terinspirasi dari cerita inspiratif ibu dan ayahnya agar mereka juga terpacu untuk terus berkarya dan menggapai impian mereka.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/soragrit wongsa

Bukankah di umurku ini, aku masih bisa berkarya dan berjasa untuk bangsaku? Sembari memperbaiki diri dan mempersiapkan untuk seseorang di masa depan, aku bisa menambah banyak pengalaman dan memperluas relasi. Aku bisa berkarya, melakukan banyak hobi, mengeksplor banyak hal, dan tahu banyak tentang dunia ini.

Hidup hanya sekali, bagiku sangat rugi apabila stagnan memikirkan satu hal saja. Selagi kita hidup, kita bisa melakukan banyak hal untuk orang lain, bergerak bebas tanpa hambatan, menjelajahi banyak tempat, bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam perbedaannya, dan menjadi sukses. Karena sukses bukan melulu tentang banyaknya hal yang kita punya tapi seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang lain.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/virgil cayasa

Jadi stop tanya kapan nikah, karena bagiku pernikahan adalah masalah pribadiku yang tidak perlu orang lain mengetahuinya. Kalian tidak perlu mendikte, aku tahu hal apa yang harus aku lakukan. Dan tidak semua hal aku bagikan dengan orang lain, berilah aku ruang untuk masalah pribadiku. Karena sebagian kecil dari teman kalian, akan sangat risih apabila ditanya tentang masalah pribadi.

Nanti kalau memang sudah saatnya, aku akan membahasnya dengan kalian. Dan tenang saja, kalian akan segera mendengar kabar baiknya. Sekarang aku sedang sibuk memperbaiki diri sembari berkarya, semoga kalian bisa paham kalau tidak semua orang suka dengan pertanyaan itu. Setidaknya hargai privasi mereka sebagai sesama manusia.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading