Sukses

Lifestyle

Mengapa Perselingkuhan dan Poligami Menyebabkan Sakit Hati?

Isu soal perselingkuhan memang selalu menarik untuk dibahas. Perselingkuhan memang menjadi salah satu penyebab hancurnya rumah tangga seseorang. Perselingkuhan dan poligami atau menduakan cinta pasangan memang menyebabkan sakit hati yang cukup mendalam. Pingkan C. B. Rumondor, Psikolog Klinis Dewasa dan Dosen di Jurusan Psikologi, Binus University, Jakarta mencoba menjawab beberapa pertanyaan terkait isu ini.

1. Bisa dijelaskan lebih detail pada orang awam, apa itu monogomi?

Menurut kamus istilah psikologi (VandenBoss, 2015), Monogami ialah sistem berpasangan yang eksklusif antara dua individu tanpa adanya pihak ketiga. Contoh monogami ialah pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan, tanpa ada pihak ketiga. Bahasa sederhananya: monogamy ialah hubungan eksklusif dimana dua orang saling “setia sampai mati”. Ada dua macam monogamy yaitu genetic monogamy dan social monogamy. Genetic monogamy ialah hubungan monogamy yang dipengaruhi oleh genetic dan bukan dipengaruhi oleh norma sosial. Pada spesies yang monogamy secara genetic, maka jantan dan betina hanya akan menemukan pasangannya satu kali dan bertahan seumur hidup. Jadi, semua keturunan dari betina pasti berasal hanya dari satu jantan. Sementara social monogamy ialah hubungan monogamy yang dipengaruhi oleh norma sosial. Manusia adalah salah satu spesies yang biasa menampilkan serial monogamy, yaitu adanya ikatan sosial yang ekslusif antara dua orang pada waktu-waktu tertentu.

2. Dalam konteks pernikahan, apakah manusia memang diciptakan sebagai makhluk monogami?

Penelitian evolusi menemukan bahwa manusia bukan manusia yang monogamy secara genetik, lebih ke social monogamy, yaitu monogamy karena norma sosial. Oleh karena itu, maka masih mungkin terjadi perselingkuhan, atau tertarik secara seksual dengan orang lain meskipun sudah memiliki pasangan. Salah satu bentuk monogamy sesuai norma ialah pernikahan. Menurut kamus istilah psikologi (VandenBoss, 2015) pernikahan adalah institusi sosial dimana dua orang (atau kadang lebih), berkomitmen terhadap suatu hubungan yang diresmikan secara sosial, dimana hubungan tersebut melegalkan hubungan seksual dan memberlakukan tanggung jawab hukum terhadap keturunan dan pada satu sama lain. Dalam hukum, setidaknya hukum perkawinan di Indonesia, pernikahan dilihat sebagai persatuan suami dan istri untuk membangun keluarga.

Dari definisi tentang pernikahan, terlihat fungsi pernikahan, yaitu untuk menjamin (secara hukum) kesejahteraan dari keturunan dan pasangan suami istri. Dari sudut pandang psikologi, pernikahan menjadi sarana pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, dan sarana berbagi tanggung jawab dan  saling mendukung menjadi orangtua. Bahkan pernikahan yang bahagia turut berdampak pada kebahagiaan dan kesehatan individu yang menjalaninya.

Jadi, apakah manusia diciptakan sebagai makhluk monogamy? Singkatnya: Tidak. Tetapi, dalam konteks pernikahan, (beberapa) manusia memilih berkomitmen untuk monogami karena mereka mengikuti nilai-nilai tertentu.

 

3. Apa syarat/ketentuan berlangsungnya monogami yang ideal dan bertahan lama?

Pertama-tama, kedua belah pihak perlu punya persepsi yang sama tentang pernikahan, yaitu sama-sama memandang pernikahan sebagai komitmen untuk monogami (hubungan eksklusif, selain ikatan psikologis, juga ikatan seksual). Setelah itu, untuk menjaga komitmen, maka pasangan perlu memiliki skill untuk menjaga relasi pernikahan tetap berkualitas dan memuaskan. Skill yang bisa membantu antara lain: komunikasi (kemampuan mendengarkan, mengungkapkan perasaan), resolusi konflik, mengenali pasangan, life skills (kemampuan menjalani keseharian hidup: mempertahankan pekerjaan, menjaga kesehatan, dll), self management (mengenali kekuatan dan kelemahan diri), sex and romance, stress management.

4. Ketika monogami dilanggar, kenapa muncul rasa sakit hati dari pihak yang dikhianati?

Pada dasarnya, saat manusia saling tertarik dan mulai membina hubungan intim (yang monogamy), terbangun ikatan emosional (attachment) dengan pasangannya. Ikatan ini bukan sekedar perasaan (emosi) seperti bahagia, atau cinta saja, tapi juga melibatkan kerja hormon (misalnya hormon oksitosin). Dari sudut pandang evolusi, ikatan ini penting untuk membina rasa saling percaya, dan pada akhirnya mendapatkan rasa aman untuk bisa survive di dunia. Sehingga menjadi wajar, kita komitmen dilanggar, maka timbul rasa sakit hati karena kepercayaan dikhianati. Perasaan sakit hati ini bukan sekedar emosional belaka, tapi bagian otak yang “aktif” saat kita sakit fisik (misal terkena air panas) juga menjadi aktif saat seseorang mengalami penolakan sosial.

5. Siapa yang lebih cenderung melanggar komitmen monogami? Lelaki atau perempuan?

Laki-laki dan perempuan keduanya memiliki kemungkinan tertarik (secara emosional atau seksual) dengan orang lain ketika di dalam hubungan ekslusif. Tetapi, beberapa ahli di bidang evolusi, laki-laki yang cenderung melanggar komitmen monogamy. Salah satu penelitian menemukan bahwa 6.4% perempuan dan 9.8% laki-laki memiliki dua atau lebih pasangan dalam hubungan seksual. Survey di UK menemukan bahwa 15% laki-laki dan 9% wanita memiliki 2 hubungan dalam satu waktu yang sama.

(vem/zzu/ivy)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading