Sukses

Lifestyle

Ingin Cantik demi Pujian, Tapi Akhirnya Aku Dapat Sebuah Pelajaran

“Wah kamu cantik sekali.”
Dua puluh tahun aku menunggu kalimat itu dilontarkan untukku, dari orang lain bukan dari orangtuaku.

Aku seorang wanita mempunyai gigi yang posisi gigi atas lebih maju dari gigi bawah atau bisa disebut gigi tonggos. Tidak hanya tonggos, satu gigi atas yang berada di tengah tepatnya di bawah garis hidung posisinya lebih maju dari barisannya seperti komandan perang yang berada di depan siap menggiring pasukannya tempur.

Pasti semua tahu kan bagaimana tidak cantiknya punya gigi seperti gigiku. Belum lagi hidungku yang pesek dan mata yang sipit sayu sangat mengurangi estetika wajah. Bentuk tubuhku yang pendek dan gemuk, jauh dari ideal. Kulit yang hitam kusam tampak tak terawat.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Gara–gara bentuk wajah yang tidak proporsional ini aku mengalami gangguan psikis. Pengalaman menyedihkan sering aku terima sejak sekolah SD hingga aku dewasa. Aku di bully setiap hari dan aku menjadi anak yang tidak periang hingga sekarang. Sejak kecil penghinaan adalah temanku. Pengalaman yang tidak menyenangkan itu terjadi belasan tahun, karena itu aku sering menangis.

Aku tidak berani berbicara di depan orang banyak, suka menyendiri, tidak percaya diri, dan banyak masalah mental lainnya.
Selain permasalahan psikis aku juga mendapati permasalahan yang mempengaruhi aktivitas sehari–hari yang sering berdatangan karena wajah jelek. Ketika orang lain bisa unggah foto cantik di instagram aku hanya bisa membayangkan saja.

Meskipun banyak aplikasi handphone yang menampilkan gambar yang cantik tetap saja tidak bisa mengubah bentuk gigiku. Saat hari wisuda yang dinantikan, ketika ada sesi foto pelepasan, bingung harus berekspresi seperti apa. Kalau tidak senyum jelek kalau senyum giginya kelihatan tonggos. Sulit bergaul dengan anak–anak keren. Pakai baju bagus tetap saja jelek. Itu semua sangat menyedihkan bagiku.

Kondisi wajahku juga mempengaruhi penerimaan saat aku melamar pekerjaan. Syarat untuk berpenampilan menarik cukup sulit aku lewati. Amat menyedihkan bagiku, setelah aku tata dengan baik apa minat, kemampuanku, dan pekerjaaan yang paling aku harapkan bisa aku dapat tak bisa aku gapai. Karena aku tidak cantik semua impian itu sia–sia.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Mungkin jawabannya cukup sederhana saja, yaitu kenapa tidak mencari pekerjaan lain? Masalahnya jika sudah melamar ke beberapa pekerjaan dan tetap ditolak kemudian tetangga sebayaku selalu mengolok–olok bahwa aku tidak cantik, tidak punya kemampuan, dan tidak pantas untuk mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Bukankah beban psikisku semakin besar?

Jikalau saja kecantikan tidak menyumbangkan beban psikis untuk aku maka aku akan tetap bisa menikmati hidup ini apa adanya. Akan tetapi aku seorang wanita, bukankah seorang wanita menginginkan mempunyai wajah cantik? ahkan cantik yang ideal bagiku adalah ketika ada orang lain yang mengucapkan bahwa aku cantik. Maka aku telah sukses membuat diriku cantik dengan penilaian orang lain. Sehingga aku tidak akan mendengar olokan mereka lagi.

Berbagai masalah yang aku terima itu membuat aku terobsesi menjadi cantik. ingin cantik itu begitu terasa ketika aku menyukai lawan jenis. Cantik adalah alasan untuk aku mengajak berbicara kepada orang yang aku cintai. Jika tidak cantik aku hanya mampu memandang dia dari jauh. Sebab mana mungkin dia yang tampan menyukai wanita sejelek aku. Apalagi karakterku yang tidak percaya diri sudah terbentuk lama. Bagaimanapun caranya aku akan mengubah diriku menjadi cantik dan percaya diri agar permasalahan tentang wajah jelek tidak menimpaku lagi.

Aku menginginkan cantik maksimal. Sehingga orang–orang memujiku bahwa aku cantik, di itulah letak kepuasanku untuk membalas sakit hatiku yang telah lalu. Aku juga ingin menunjukkan bahwa aku yang dahulu dihina jelek dan diremehkan bisa menjadi cantik dan mengagumkan. Aku ingin menunjukkan kepada dunia bahwa aku mendapatkan pujian cantik dari orang yang aku cinta, teman, bos, dan lainnya.

Akan tetapi semua pengorbanan yang aku lakukan untuk menjadi cantik itu selalu saja gagal. Mungkin aku lebih berharga menjadi diriku sendiri daripada menjadi sok syantik. Atau Tuhan berkehendak lain melalui pemberian wajah dan tubuh ini. Pastinya banyak hikmah yang tersembunyi yang aku dapat dari perjalananku untuk menjadi cantik.

Berbagai cara aku lakukan untuk menjadi cantik, dan beginilah ceritanya. Saat itu solusi yang aku pilih pertama adalah memutihkan warna kulit terlebih dahulu. Karena cantik itu bagiku yang putih bersinar dan aku yakin semua laki–laki menyukai kulit putih mulus daripada hitam. Segala produk pemutih dari klinik kecantikan yang berharga mahal aku coba, sampai aku mengurangi  hobi makanku demi membeli produk kecantikan.

Demi menginginkan hasil yang lebih cepat tanpa menunggu proses, aku berganti menggunakan produk pemutih yang dosisnya lebih tinggi. Sayang sekali setelah menggunakan produk itu kulitku iritasi. Kulitku merah membengkak, aku baru menyadari ternyata kulitku cukup sensitif untuk memakai produk itu. Maka aku harus menghentikan memakai produk pemutih dan aku tidak jadi memiliki kulit putih. Di saat kulitku terluka, semakin banyak yang ditujukan kepadaku. Maka sampai kapanpun aku tak pernah berhenti untuk menjadi cantik.

Kedua, aku memfokuskan untuk mengecilkan badan agar ideal, sambil menunggu uang terkumpul untuk merapikan gigi. Olahraga rutin 20 menit setiap hari aku lakukan. Menghindari makanan berlemak, fast food, mengurangi karbohidrat dan makanan manis. Pernah sampai ekstrem menghindari karbohidrat sama sekali dan akhirnya sakit. Karena kekurangan makanan bernutrisi dan kekurangan istirahat, aku mengalami tekanan darah rendah yang sering dan mengganggu. Dietku yang tidak seimbang dan mengakibatkan aku sakit, akhirnya aku menghentikan hingga aku sehat kembali.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Selain itu aku juga memfokuskan untuk memperbaiki bentuk gigiku. Setelah aku lama mempersiapkan uang untuk konsultasi ke dokter, saat itu mama sakit. Karena membutuhkan uang untuk berobat akhirnya mama meminjam uangku yang harusnya untuk pergi ke dokter gigi. Sempat kecewa, tetapi karena aku sayang mama kesehatan mama lebih utama daripada gigiku. Akhirnya aku menunda untuk merapikan gigiku. Aku kembali menabung sekitar dua tahun.

Ketika uang sudah benar–benar terkumpul, dan niat sudah mantap untuk memperbaiki gigi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padaku. Aku mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Wajahku terbentur pada aspal tepat pada gigiku yang awalnya utuh jadi retak. Setelah sadar, di rumah sakit aku banyak bersyukur masih diberikan kesempatan hidup saat itu. Melihat orangtua yang sangat khawatir aku semakin sedih terhadap diriku sendiri yang bodoh.

Kejadian itu telah menampar wajahku dan mengingatkan atas kuasa Tuhan. Masih banyak di luar sana yang kondisi fisiknya kekurangan. Aku harus banyak bersyukur daripada mereka. Bahkan mereka yang kekurangan masih tetap bisa berkarya dan  menjadi bintang. Aku harus mampu menerima dengan ikhlas yang Tuhan tetapkan untukku, dan menjadikan kelebihan di gigiku ini menjadi kelebihan yang bermanfaat dan menginspirasi orang lain.

Setelah itu aku menyadari bahwa keinginanku untuk menjadi cantik itu keliru, karena manusia tidak ada yang sempurna. Karena ingin cantik aku melupakan Tuhan yang telah memberikan organ tubuh yang lengkap untuk aku yang lebih berharga daripada sebuah kecantikan. Cukup menjadi diri sendiri dan tidak perlu cantik maksimal jika aku bukan seorang model, artis, atau penyanyi. Menghargai apa yang dimiliki diri sendiri dan memaksimalkan potensi yang ada dengan demikian mereka yang mencibir akan dengan sendirinya merasa bersalah.







(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading