Sukses

Lifestyle

Mutiara yang Paling Indah adalah Cinta Tanpa Syarat Orangtua

Siapa pahlawanmu? Keluarga. Siapa yang paling berpengaruh di hidupmu? Keluarga. Siapa yang paling berarti dalam hidupmu? Keluarga. Iya keluarga segalanya bagiku. Lirik lagu yang menjadi soundtrack keluarga cemara mewakilinya.

Begini penggalan lirik yang mencerminkan ungkapan aku kepada keluargaku, "Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling bermakna adalah keluarga, mutiara tiada tara adalah keluarga."

Bagiku yang merupakan seorang disabilitas daksa, keluarga adalah pahlawan di hidupku. Tumbuh besar di keluarga yang memberikan kehangatan, motivasi, inspirasi, dan kreasi merupakan karunia terbesar di hidupku. Bagaimana tidak, aku yang seorang disabilitas daksa, tak pernah ditinggalkan walau sejengkal, tak pernah dibiarkan terpuruk walau seketika itu hidupku ambruk. Hingga aku bisa menyelesaikan studiku dan (masih berjuang) mendapatkan karir terbaikku.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Ayah, bak superman yang siap membangkitkan mentalku yang masih cemen kali itu. Dulu, ketika akan masuk ke jenjang SMA, hari-hariku terasa kelabu. Aku tidak diterima di SMA favorit yang aku inginkan, penyebabnya karena aku adalah disabilitas.

Saat itu, aku ngotot ingin masuk sekolah itu karena merupakan sekolah favorit, alumninya sukses-sukses, rata-rata diterima di PTN favorit. Aku menangis sejadi-jadinya memeluk ayah. Ayah berkata, di mana pun sekolahnya yang terpenting adalah harus bisa memaksimalkan ilmu yang didapat. Aku harus tetap semangat dan ayah juga berkata bahwa orang lain yang di sekolah favorit bisa sukses, maka aku juga bisa sukses. Selalu ada peluang di mana pun dan dalam kondisi apapun, asalkan kita mampu menangkapnya dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya serta diiringi ridho Allah SWT.

Selama SMA, aku diantar jemput ayah. Pernah kala itu ayah sedang sakit. Sakitnya lumayan berat. Ayah harus memakai alat bantu di kandung kemihnya untuk buang air, namun dengan keinginan yang kuat agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan, ayah tetap nekad antar jemput aku yang menggunakan kursi roda. Bahkan hingga aku duduk di bangku kuliah, ayah rela membantu menggendong aku naik ke lantai empat, di mana di situ aku harus melakukan praktikum dan sidang. Padahal seharusnya ayah lebih banyak istirahat. Ya, itu salah satu pengorbanan ayahku. Masih banyak pengorbanan lainnya.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Ibu, bak bidadari yang dengan kelemahlembutannya membuat aku selalu nyaman d ipangkuannya. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ibu rela antar-jemput aku sekolah dengan cara menggendongku hingga sampai di kelas.

Suatu hari, di sekolahku ada acara tour ke museum. Ibuku tak ingin anaknya hanya mendengarkan pengalaman mengunjungi museum dari teman-teman saja, ibu ingin aku merasakan dan menambah pegetahuanku seputar apa-apa saja yang ada di museum itu. Ibu rela naik tangga menuju lantai tiga sambil menggendong aku yang waktu itu masih kelas 5 SD. Peluhnya bercucuran, berulang kuminta untuk istirahat dulu, namun ibu dengan semangat yang menggebu terus naik menuju lantai 3 demi aku bisa menyaksikan berbagai koleksi di museum.

Saat itu, aku belum mempunyai kursi roda, karena latar belakang ekonomi keluargaku yang kurang beruntung. Kursi roda aku dapatkan dari seorang donatur ketika aku duduk di bangku kelas 6 SD. Oh iya, bapak donatur itu salah satu pahlawan di hidupku, karena sampai saat ini aku selesai kuliah S1, kursi rodanya masih aku pakai.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Ibu pejuang yang tak kenal lelah, berputar otak memenuhi kebutuhan aku dan adik-adikku dengan penghasilan ayah yang pas-pasan. Ayah petarung hebat, kaki di kepala, kepala di kaki, bertempur mencari sesuap nasi untuk anak istriya.

Meski hidup penuh keterbatasan, ayah ibuku tak patah arang, optimis tak pernah meringis. Berjuang menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya. Orangtuaku mengatakan jika luruskan niat karena Allah berani bermimpi lalu memperjuangkan, dan tak lupa doa, maka Allah akan wujudkan. Hingga akhirnya aku lulus S1 di salah satu PTN. Saat aku wisuda, ibu ayahku tersenyum bahagia. Semoga aku mampu membahagiakan mereka dunia dan akhirat. Aamiin. Terima kasih mutiaraku.




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading