Sukses

Lifestyle

Berbagi Pikiran untuk Keluarga dan Pekerjaan, Berat Tapi Ini Tanggung Jawab

Ada banyak hal yang harus dikerjakan saat harus membagi waktu dan pikiran untuk urusan keluarga dan pekerjaan. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini.

***

Aku tidak tahu harus berbicara apa tentang pengorbanan. Aku tidak begitu suka dengan kata itu. Sebuah pengorbanan otomatis ada yang dikorbankan. Semua yang aku lakukan penuh sukarela dan kebahagiaan. Bukankah kehidupan ini bukanlah sebuah pengorbanan? Melainkan sebuah berkah yang mesti kita syukuri. Aku lebih sepakat dengan kata pengabdian.

Aku seorang ibu dari dua orang putra putri yang sangat aku sayangi. Mengabdi pada seorang suami dengan kesetiaan dan penuh cinta. Aku seorang ibu rumah tangga dan pegawai di salah satu instansi pemerintah. Aku harus berbagi pikiran untuk keluarga dan pekerjaan. Berat memang. Namun aku jalani dengan penuh tanggung jawab.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Suamiku yang enggan menggunakan jasa pembantu membuatku harus lebih menyediakan tenaga untuk mengurus rumah. Sedangkan tugasku di kantor kadang memaksaku untuk lembur. Bahkan tak jarang aku mendapat tugas ke luar kota. Berat harus meninggalkan keluargaku.

Kadang saat di luar kota anak-anakku terpaksa tidak berangkat sekolah karena Ayahnya bangun kesiangan dan terburu-buru harus berangkat ke kantor. Tidak ada yang membangunkan mereka pagi hari, memandikan dan menyuapi si kecil, menyiapkan sarapan dan minum pagi hari. Tak jarang juga aku terlambat menjemput pulang sekolah karena ada rapat dengan pembahasan yang tak kunjung selesai.

Terbesit rasa bersalah namun aku harus bersikap profesional pada amanat tugas pekerjaanku. Seperti buah simalakama. Merasa serba salah. Terkadang kupandangi anak-anakku saat mereka tertidur pulas. Aku tidak bisa memberikan perhatian dan kasih sayangku secara maksimal. Namun tetap kupastikan kasih sayangku begitu besar pada keluarga.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Teringat saat pengabdianku berawal dari pernikahanku yang langsung mandiri dari titik nol. Banyak tangis yang menyertai awal langkah besarku dalam pernikahan.

Saat berat itu usaha suamiku mengalami ambruk dalam kebangkrutan hingga merugi. Karenanya suamiku menganggur dalam syok yang berat. Dalam kekalutan hatiku, aku harus memberinya semangat. Guna menopang kebutuhan keluarga, aku harus double pekerjaan.

Pagi hingga sore aku harus bekerja pada suatu instansi, selanjutnya selesai salat Maghrib aku harus bersiap berangkat bekerja sebagai medical representative yang harus berkeliling ke praktek dokter satu ke praktek dokter lainnya untuk memasarkan produk. Lelah raga dan jiwa begitu mendera. Aku ingin berteriak dan menangis keras. Namun tidak bisa aku lakukan.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Aku harus pandai menjaga hati suamiku. Akupun tak mau orangtuaku tahu deritaku. Puncaknya saat aku terlalu lelah hingga terjatuh dari kendaraan. Lengan tangan kiriku patah dan harus dioperasi pasang pen. Seminggu setelahnya pun aku harus bekerja kembali karena aku tidak mau diberhentkan dari pekerjaanku. Tak ayal penku patah di dalam karena terlalu sering mengendarai motor, hingga harus kembali menjalani operasi. Belum lagi cemoohan tetangga yang bilang kami “dunia terbalik”. Karena sementara aku dan suami harus bertukar peran demi kelangsungan keluarga.

Saat aku menulis ini, pipiku belum kering oleh basah air mata dalam doa salat sepertiga malamku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi esok. Aku hanya ingin anak-anakku tumbuh menjadi insan yang berguna, sholeh dan mampu dibanggakan. Mungkin aku bukan perempuan yang sempurna. Namun aku akan selalu berusaha menjadi istri dan ibu yang terbaik bagi keluarga.

Apapun perih, sakit, peluh dan lelah itu bukanlah sebuah pengorbanan bagiku. Aku hanya ingin mengabdi pada keluargaku sebagai wujud rasa syukurku yang teramat besar pada Sang Kholiq. Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dalam peranku.









(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading