Sukses

Lifestyle

Setiap Pengorbanan Akan Sebanding dengan Hasil yang Menanti

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.

***

Lulus dari perguruan tinggi ternama dengan jurusan yang menarik mampu memberikan kesempatan berkarir di salah satu perusahaan nasional di ibu kota. Gaji menjanjikan, kantor nyaman, nama terpandang, dan tinggal di ibu kota, merupakan mimpi bagi saya dan kebanyakan fresh graduate untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tetapi saya lebih memilih untuk pulang ke kampung halaman di Jawa Timur, saya memutuskan untuk tinggal bersama ibu di rumah. Tepat dua bulan sebelumnya ayah saya meninggal karena serangan jantung, sehingga hanya ibu seorang diri yang tinggal di rumah.

Waktu berlalu hingga satu per satu bermunculan foto dan kabar dari teman-teman yang memamerkan gaya hidup mewah di ibu kota. Serasa sakit hati dan berkata dalam diri, “Seandainya aku dulu tidak... , mungkin sekarang... ,” bisikan setan dalam hati karena rasa iri terus muncul yang menimbulkan kebencian hingga akhirnya saya menutup beberapa akun peribadi saya. Dan sekarang saya hanya menjadi benalu di rumah dengan predikat pengangguran, lulus sarjana dari kampus ternama hanya menjadi pengangguran begitu ucap sebagian orang sekitar.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Saya juga mencoba melamar pekerjaan di perusahaan sekitar, namun nasib belum kembali berpihak. Menjadi guru pengajar freelance ataupun menjadi guru les privat yang menyita banyak tenaga pun saya lalui selama hampir satu tahun. Sering jatuh sakit karena kelelahan dan angin malam, bekerja serabutan tidak mengenal waktu, direndahkan dan mendapat cibiran dari beberapa orang menjadikan rasa asam dalam hidup saya. Namun, hal itu tetap saya lakukan demi bakti ini kepada orangtua, kepada ibu yang mungkin bisa menjadi salah satu jalan menuju surga-Nya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Kehidupan saya saat itu tidaklah sepenuhnya berasa asam. Terkadang terasa manis karena adanya teman-teman baru, canda tawa siswa, dan melihat keberhasilan siswa yang mampu memberikan aroma segar dalam kehidupan saya. Sebelumnya saya memang telah memiliki pengalaman mengajar, mulai dari mengajar anak-anak hingga kakek nenek, mulai dari pelajaran mengaji hingga pelajaran ujian masuk perguruan tinggi, mulai yang tidak dibayar hingga dibayar jutaan rupiah, bahkan mulai dari daerah plosok yang sulit dijangkau kendaraan hingga kota metropolitan yang sering terjadi macet pun sempat saya lakoni sewaktu di bangku kuliah.

Meskipun saya tidak berasal dari kampus pendidikan, namun saya merasa nyaman di dunia pendidikan dan meyakini bahwa pendidikan merupakan gerbang menuju keberhasilan. Hanya saja tidak semua orang mampu mendapatkan fasilitas pendidikan yang sama, hal tersebut tergantung pada masing-masing uang yang dimiliki orangtuanya dan kemauan belajar setiap anak.

“Ilmu itu seperti halnya air, dia akan jernih jika terus mengalir. Biarkan ilmumu tetap mengalir dengan terus belajar dan mengajarkannya," begitu pesan salah satu guru saya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Bermodal basmalah dan pengalaman mengajar di berbagai tempat memberikan keyakinan bagi saya untuk mengubah rasa asam menjadi lebih manis dan lebih digemari banyak orang, yaitu dengan mendirikan Manggis. Manggis yang kepanjangan dari Matematika, Bahasa Inggris, dan Tahfidz merupakan lembaga bimbingan belajar yang saya dirikan.

Tujuan dan konsep dari lembaga belajar ini adalah untuk mewadahi beberapa permasalahan pendidikan dan lapangan kerja di desa, yaitu dengan program Desa Pintar dengan memberikan biaya terjangkau, program gratis belajar untuk anak yatim bagi warga di desa tersebut dan sekitarnya dan program Desa Mandiri dengan siswa, pengajar, staf dan pengelolanya berasal dari desa tersebut dan sekitarnya.

Manggis sendiri adalah bisnis bimbingan belajar semi otonom yang bekerja sama dengan desa untuk memfasilitasi peningkatan kualitas belajar anak-anak di daerah setempat. Saya beranggapan bahwa bisnis pendidikan adalah bisnis dunia dan akhirat, sehingga saya meyakini untuk terus menjalankannya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Tiga bulan setelah didirikan, Manggis terus mengembangkan mata pelajaran yang diajarkan. Hingga pada tahun berikutnya mampu membuka cabang di beberapa desa dengan tetap mengusung konsep Desa Pintar dan Desa Mandiri. Dari sini diharapkan lebih dari 20 anak yatim belajar gratis di Manggis, dan lebih dari sepuluh warga desa sekitar dapat bekerja di Manggis. Harapannya hampir setiap tahun Manggis dapat membuka cabang di berbagai desa lainnya agar semakin banyak anak yang pintar dan tenaga pengajar dari desa.

Rasa asam tidak selamanya masam, asam akan menjadi lebih nikmat dengan sedikit manis yang juga mampu memberikan kebermanfaatan untuk sekitarnya. Setiap pengorbanan akan sebanding dengan hasil yang menanti, tiada hasil yang mengkhianati usaha.

Saya bahagia sekian lama dengan pengorbanan dan asam hidup saya sekarang membuahkan kehidupan yang terasa asam manis berbuah Manggis, ini adalah alur terbaik yang saya lalui. Terima kasih Ya Rabb Kau selalu saja begitu, mengagumkan dengan setiap cara-Mu. Inilah pengorbananku yang aku pikir akan menderita selamanya, tetapi berbuah Manggis yang akan aku cinta selamanya.





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading