Sukses

Lifestyle

Tukang Pijat Ini Akhirnya Berangkat Haji, Kisahnya Menyentuh Hati

Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi umat muslim. Haji adalah rukun Islam ke lima dan bagi yang mampu melakukannya, diwajibkan untuk segera melakukannya. Adapun yang belum mampu baik secara fisik maupun materi, ia diperbolehkan menunda haji atau bahkan tidak melakukannya.

Bicara mengenai ibadah haji, ada banyak kisah menarik dan menyentuh hati dari para jamaah haji asal Indonesia. Salah satunya adalah kisah janda berusia 68 tahun bernama Aslikhah asal Jombang ini.

Melansir dari laman dream.co.id, perjuangan Aslikhah untuk menyambung hidup sepeninggal sang suami 31 tahun lalu tidaklah mudah. Jangankan untuk berangkat haji, untuk menyambung hidup sehari-hari dan menghidupi 7 anaknya bukan perkara mudah. Ditambah pekerjaannya saat itu adalah sebagai penjual jamu dan tukang pijat.

Setiap hari, Aslikhah akan keliling kampung dan menjajakan jamunya pada warga mulai pukul 05.30 sampai pukul 22.00. Sambil menjajakan jamu, ia akan menawarkan pijatan. Beruntung, banyak warga yang cocok dengan jamu dan pijatannya. Dari sinilah, ia mulai bisa menyambung hidup dan menabung untuk berangkat haji.

Aslikhah, tukang pijit yang akhirnya bisa pergi haji. (www.dream.co.id)

"Banyak yang cocok dengan pijatan saya. Saya butuh biaya untuk menghidupi 7 anak saya yang yatim. Bayaran pijatnya tidak menentu, kadang ada yang ngasih Rp50 ribu dan juga yang Rp15 ribu. Seikhlasnya saja," ungkap Aslikhah.

Untuk menguatkan hatinya saat bekerja, Aslikhah tidak henti membaca ayat Al-Quran. Kalau ia sedang lelah dan malas bekerja, ia akan membaca Al-Quran surat Al-Waqiah, Al Mulk, Ar Rahman dan awal serta akhir surat Al Baqarah.

Pada tahun 2014, anak bungsu Aslikhah meninggal dunia. Sepeninggal anak bungsunya ini, Aslikhah sudah berhenti keliling menjual jamu dan memijat. Ia kini memijat dari rumah. Untuk mendaftarkan diri naik haji sendiri, Aslikhah daftar di tahun 2010. Ia nekat mendaftar atas permintaan anak bungsunya.

Saat itu, ia memiliki tabungan sebesar Rp6,5 juta. Kekurangannya, ia menggunakan dana talangan. Dua tahun yang lalu dana talangan tersebut sudah dilunasinya, Akhirnya, melalui perjuangannya yang tak mudah, tahun ini Aslikhah berhasil berangkat ke tanah suci. Sepulang dari tanah suci, Aslikhah masih akan terus menjadi tukang pijat. Itu semua dilakukannya demi tetap menyambung hidupnya sehari-hari dan kebutuhan lainnya.

(vem/mim)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading