Sukses

Lifestyle

Jadi Perempuan Itu Wajib Dandan, Hm... Benarkah Begitu?

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.

***

Begitu banyak definisi tentang seperti apa perempuan itu, tapi pernah nggak sih sahabat Vemale merasa kalau diri kita ini perlu semakin diperhatikan? Hal ini yang pernah terjadi kepadaku sampai saat ini. Dibesarkan di lingkungan yang dipenuhi dengan anak laki–laki bisa jadi bukan hal yang menyenangkan bagi kebanyakan perempuan. Namun, sahabat Vemale harus tahu hal ini tidak berlaku untukku.

Tinggal dan hidup dengan semua teman dan saudara laki–laki tidak membuatku merasa aneh atau canggung. Tumbuh bersama mereka memang sangat menyulitkan karena harus mampu memainkan permainan yang mereka suka dan siap untuk berlari kapan saja tapi semuanya itu menyenangkan dan mereka semua telah menjadi bagian dari hidupku. Tampil seadanya, tidak berdandan, mengikat rambut sesimpel mungkin, dan selalu berkumpul dengan laki–laki. Kurang lebih seperti itu kehidupan yang aku jalani selama ini sampai predikat “tomboy” sudah ada dan selalu ada dalam diriku.

Suatu hari, saat aku bertemu dengan kawan baruku di kampus dia bertanya padaku, “Kapan kamu akan jadi cewek?” Saat mendengar pertanyaan itu aku sedikit kaget, akan tetapi di sisi lain aku menyadari bahwa bukan hanya dia yang pernah bertanya padaku terkait hal itu.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/andrew le

Dulu, saat aku awal masuk di sekolah menengah pertama aku dihampiri oleh teman baruku kala itu dan dia bertanya, “Kamu nggak pernah gitu risih terus–menerus dikelilingi teman–teman laki–lakimu? Kapan kamu bisa jadi feminin dan temenan sama cewek?” Saat itu aku tidak peduli dan menganggap itu hanya pertanyaan asal dari teman baruku yang memang tidak tahu menahu tentang hidupku. Aku sangat nyaman berada di sekeliling teman laki–laki, mereka tidak pernah mengecewakanku, mereka selalu mengerti dan ada untukku jadi untuk apa aku tidak nyaman ataupun merasa risih di sekitar mereka.

Saat aku melanjutkan ke sekolah menengah atas aku masih saja dengan sahabatku yang laki–laki bahkan saat di sekolah menengah atas aku dikenalkan dengan teman–teman sahabatku ini. Lengkaplah sudah, setiap haru aku bergumul dengan mereka bahkan sudah hafal kebiasaan mereka karena memang sudah berteman sejak kecil dan sekarang lingkaran pertemanan kami semakin besar karena aku dikenalkan dengan teman–teman mereka.

Jika kalian ingin menyebutknya “zona nyaman” aku tidak keberatan karena memang iya bersama sahabat laki–lakiku selama ini adalah zona nyaman untukku. Sudah tidak diragukan lagi selama di sekolah menengah atas hampir semua temanku laki–laki bahkan aku hanya punya 10 teman perempuan di antara puluhan teman laki–laki yang aku kenal dan bersahabat denganku.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/tyler nix

Pada suatu waktu saat ada pentas seni di sekolahku semua perempuan diharuskan untuk memakai kebaya atau dress untuk menghadiri acara itu dan yang laki-laki mengenakan jas. Kala itu aku sangat membenci segala bentuk pakaian yang dipakai perempuan karena aku memang hanya mempunyai kaos dan kemeja tidak pernah memiliki pakaian seperti dressatau kebaya.

Saat aku sampai di acara pentas seni itu salah satu teman laki–lakiku menghampiriku dan berkata, “Aku sudah menjadi temanmu bertahun–tahun tapi tidak ada satupun waktu di mana kamu terlihat feminin. Bahkan kamu tidak pakai make up hanya memakai bedak, eye shadow tipis, dan lipbalm.Kapan kamu akan menjadi perempuan?"  Aku hanya tertawa saat itu karena memang semua sahabatku pasti mengejekku seperti itu dan tidak pernah memikirkannya. Sampai pada suatu waktu hal ini menjadi bahan pemikiran yang mendalam untukku.

Aku sempat merasa apakah menjadi perempuan harus selalu berdandan, memakai pakaian yang lucu dengan warna cerah, harus berteman dengan perempuan saja bukankah tidak ada undang–undang yang mengatur harus seperti apa perempuan itu? Lantas apa yang membuat semua temanku selalu menanyakan kepadaku, “Kapan aku akan menjadi perempuan?” Apakah selama ini menjadi perempuan seperti caraku salah? Bukankah kita bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan?

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/zulmaury saavedra

Hidup ini bisa kulaluii dengan caraku bukankah aku tidak harus mengikuti apa kehendak orang lain. Perlu kalian tahu sahabat Vemale, tidak ada yang bisa membatasi perempuan harus seperti apa, tidak ada pula ketentuan harus secantik apa agar bisa dianggap sebaggai perempuan sesungguhnya. Sekarang ini adalah masa di mana kesetaraan hak antara laki–laki dan perempuan dikumandangkan seperti apapun kita, kita harus yakin di mata Tuhan kita semua sama.

Aku mencintai hidupku tapi tidak akan memilih untuk kembali lagi dan melalui sekali lagi kehidupan di dunia ini karena kehidupan selanjutnya jauh lebih tinggi. Aku mencintai semua orang baik itu kawan atau lawan, baik itu laki–laki atau perempuan. Inilah aku dan hidupku.

Aku sama sekali tidak keberatan dengan pertanyaan, “Kapan aku akan menjadi perempuan sesungguhnya?” atau “Kapan aku akan menjadi feminin?” aku sama sekali tidak keberatan. Semua ada waktunya, aku yakin Tuhan menciptakan makhluknya dengan kelebihan, jika memang sudah saatnya tanpa aku mengusahakannya aku mampu menunjukkan seperti apa perempuan yang sesungguhnya. Menikmatinya lebih mudah daripada menolak semua pertanyaan seperti itu karena dengan begitu tidak akan ada hati yang tersakiti. Menjadi apa yang kita inginkan bukanlah suatu kesalahan atau dosa. Jadilah diri sendiri dan tunjukkan kepada semua kita hanya akan menjadi seperti apa yang kita inginkan. 

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading