Sukses

Lifestyle

Kebersamaan dengan Keluarga adalah Berkah yang Tak Bisa Diukur dengan Uang

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Aku adalah wanita karier dengan tiga anak yang pintar dan lucu. Suami bekerja diĀ  perusahaan swasta yang tahun lalu dipindahtugaskan ke ujung Sumatera.

Kami akhirnya LDR. Baru kali ini semenjak menikah kami terpisah kota. Biasanya hanya tugas dinas yang hanya beberapa hari, tapi sekarang rasanya seperti kehilangan separuh sayap. Ada rindu, ada ketakutan dan selalu mencari kabar masing-masing.

Untunglah komunikasi tidak menghalangi. Jika anak-anak kangen, kami bisa video call. Tapi tetap saja tak sama, saat berteleponan dengan hadir langsung. Suami pulang setiap hari Jumat malam dengan jarak perjalanan 10 jam dan pulang lagi Minggu sore sungguh sesuatu melelahkan. Suatu pertemuan yang singkat bagi kami. Apalagi bagi anak-anak yang sangat dekat dengan ayahnya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/marco ceschi

Si bungsu yang biasa tidur bersama ayahnya kadang selalu bertanya kapan ayah pulang. Video call tak bisa mengobati rindunya, selalu menangis, "Ayah sini sama adek!" rengeknya saat bertelepon dengan ayah. Karena terlalu sensitif dan kangen, dedek sempat opname beberapa hari. Suamiku khawatir dan tidak bisa konsentrasi kerja. Akhirnya kami membuat keputusan yang begitu berat bagiku. Saat karierku sedang menanjak aku harus melepas posisi yang dari dulu kuimpikan. Ya, demi keluargaku dan buah hatiku tercinta.

Awal tahun 2015 aku dan anak-anak ikut ke daerah ayahnya bekerja. Senangnya keluarga kecilku berkumpul, tawa canda anak-anak dan suami bahagia dan tanpa beban. Namun aku merasa ada sesuatu yang kurang. Kebiasaanku, kerjaan, dan fasilitas berubah total. Aku yang biasanya hidup di rumah yang luas dengan dua asisten rumah tangga, beli keperluan banyak mall dan supermaket, saudara dan orang tua yang selalu membantu, sekarang semuanya harus aku dan suami yang melakukan bersama. Kami harus mandiri di daerah rantauan ini. Syukurlah anak-anak tidak bermasalah dan mengeluh. Mereka senang asal kumpul dengan kedua orang tuanya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/priscilla du preez

Sudah sebulan berlalu, aku sudah seperti terpenjara. Aku mengeluh dan menjerit dalam hatiku mana duniaku yang dulu. Aku rindu itu. Saat aku bisa santai dari pekerjaan kantor, di rumah ada asisten yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Saat anak-anak merengek ada si mbak yang mengendong. Si bungsu lagi nggak enak badan dari tadi menangis terus. Serba salah jadinya. Akhirnya aku gendong dia keluar.

Baru sekali ini aku keluar sengaja jalan sekitar rumah. Tadinya kegiatanku sehari-hari antar anak sekolah lalu ke pasar dan disibukkan kegiatan rumah. Tidak tahu siapa tetanggaku dan kehidupan mereka. Saat aku mengajak si dedek berjalan-jalan tetanggaku menyapa. "Eh, mbak yang tinggal di sebelah ya? Mampir mbak!" tawarnya sambil merapikan jualan makanan anak-anak. Aku mampir dan memperkenalkan diri.

Tetanggaku itu adalah seorang janda dengan empat anak serba kurang. Suaminya meninggal saat dia mengandung anak yang keempat. Tapi mereka hidup mandiri dan bekerja keras meski anaknya kecil-kecil ikut membantu ibunya berjualan. Suatu pelajaran rohani untukku yang berontak dengan keadaan sekarang. Mencoba berempati bagaimana jika di posisi mereka. Wah rasanya sedih dan nggak rela.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/jude beck

Terucap syukur di bibirku. Aku masih punya suami yang membahagiakan, melindungi, dan mencukupi kebutuhan hidup kami. Tidak harus banting tulang kerja serabutan.

Sejak saat itu aku berubah drastis. Aku menjadi super mom yang total dengan senang hati dan sangat ikhlas menjalani hidupku sekarang. Perasaan yang tadinya tertekan sekarang plong. Anak-anak detail aku urus. Hingga mereka sehat, bersih dan pintar.

Suami juga dengan senyum ceria dari pagi hingga pulang ke rumah selalu kupeluk dan kucium penuh sayang. Segala kebutuhannya dari makanan, pakaian dan urusan ranjang. Semua terpenuhi. Betapa kurasakan bahagianya keluargaku. Aku juga selalu kusempatkan mempercantik diri.

Aku adalah super mom. Aku dan tubuhku harus harus kuat agar bisa menjaga keluargaku yang seperti permata paling berharga di dunia ini. Seluruh hidupku hanya untukmu anak-anak dan suamiku tercinta.Semoga keluarga kami sakinah, rukun, dan damai selalu. Aamiin.





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading