Sukses

Lifestyle

Lebih Dari 250 Suntikan Harus Kuterima untuk Memiliki Anak

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Saya tidak pernah menyangka kalau saya dan suami harus melewati perjuangan panjang untuk memiliki buah hati. Kami menantikan buah hati selama lima tahun pernikahan kami. Kami menikah tahun 2011. Setelah menikah, Puji Tuhan karier kami berdua semakin cemerlang. Namun seiring berkembangnya karier kami, pekerjaan di kantor pun semakin menuntut kami berdua. Akhirnya di akhir 2012, saya memutuskan untuk berhenti dari kantor lama dan mencari pekerjaan yang tidak perlu pulang malam karena saya mau fokus memiliki anak dan mengurus rumah tangga. Dan keinginan kami pun terkabul.

Pada bulan Agustus 2013, saya hamil pertama kali. Saat itu, saya menemani suami saya ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan teman kami. Saat itu saya merasa seperti menstruasi namun darah yang keluar sedikit sekali dan keluar flek coklat. Jadi saya mencoba mencari tahu melalui internet dan jawaban dari internet bahwa itu salah satu gejala hamil.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/louis blythe

Saya pun kaget luar biasa dan memutuskan untuk melakukan test pack namun hasilnya negatif. Akhirnya sampai di Jakarta, saya memutuskan pergi ke laboratorium terdekat dari tempat tinggal kami dan hasil test lab adalah saya positif hamil. Suami dan saya rasanya senangnya bukan main. Besok paginya saya pergi ke dokter ginekolog, di mana dokter ginekolog juga mengonfirmasi bahwa saya positif hamil karena sudah kelihatan kantong kehamilan namun belum keliatan detak jantung.

Dokter menyarankan saya untuk disuntik penguat kandungan dan bedrest selama seminggu. Selama seminggu, saya bedrest dan menjaga kandungan saya dengan makan makanan bergizi. Setelah seminggu, saya kontrol ke dokter lagi. Dan pas di-USG, dokter tidak melihat adanya kantong kehamilan dan detak jantung. Perkataan dari dokter sungguh membuat saya sedih dan stres.

Saya pun tidak berhenti menangis ketika pulang dari dokter. Dan malam harinya terjadi kontraksi luar biasa yang membuat perut saya sakit sekali dan akhirnya banyak darah yang keluar. Besoknya saya pun dibawa ke dokter dan dokter mengonfirmasi bahwa saya telah mengalami keguguran. Saya teringat itu terjadi di awal September 2013. Rasanya dunia saya mau runtuh. Sedih sekali.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/mon petit chou photography

Sejak itu, tiap malam saya suka terbangun karena mimpi buruk. Dan saya pun sering menangis setelah terbangun. Rasanya hati saya sakit sekali kehilangan anak dan saya menyalahkan diri saya atas keguguran yang menimpa saya. Saya sering berandai-andai, andai saya tidak pergi ke Surabaya, andai saya menyadari lebih awal kalau saya hamil sebelum terbang ke Surabaya, andai saya tidak stress ketika dokter tidak menemukan kantong kehamilan dan detak jantung karena bisa saja dokter salah, dll.

Semenjak kejadian keguguran tersebut, kami pun semakin gigih ingin memiliki momongan segera. Namun, kami selalu kecewa ketika melihat hasil test pack yang negatif dan saya kembali menstruasi setiap bulan. Akhirnya kami pun jadi sering pergi ke dokter untuk mengecek kesehatan reproduksi kami. Kami pergi ke banyak dokter di Indonesia dan Penang. Dan hasil dari tes semuanya menyatakan bahwa reproduksi saya dan suami sehat sehingga diagnosis yang diberikan oleh dokter adalah “unidentified infertility”. Hal ini membuat kami justru sangat stres karena kami dinyatakan sehat namun belum juga dikaruniai anak. Dan belum lagi menghadapi perkataan orang yang menanyakan, “Kapan punya anak?” dan ada beberapa perkataan dari orang sekitar yang menyakitkan hati.

Tak terhitung uang, waktu, dan air mata yang kami keluarkan selama proses memiliki anak. Sampai suatu waktu suami dan saya memutuskan untuk bayi tabung. Walaupun hati saya terasa berat untuk melakukan bayi tabung karena saya merasa prosesnya itu terlihat tidak alami dan secara mental saya merasa kurang kuat menghadapi kalau saya harus diambil telurnya dan ditanam janin. Rasanya benar-benar berat untuk saya. Namun keinginan untuk memiliki anak pun lebih kuat dan akhirnya proses bayi tabung harus saya lalui. Dan setelah 2 minggu proses bayi tabung dijalanin, tibalah saat bagi raport dan hasilnya adalah saya positif hamil.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/ashton mullins

Untuk kedua kalinya saya merasa bahagia sekali. Dan ini terjadi lagi di bulan Agustus 2016. Namun setelah seminggu dinyatakan hamil, saya pun mengalami kontraksi hebat di awal September 2016 dan akhirnya mengalami keguguran lagi. Padahal saat itu saya sudah bedrest, tidak turun dari ranjang kecuali untuk buang air dan mandi. Rasanya saya benar-benar putus asa sekali. Saya bertanya, “Kenapa Tuhan? Saya salah apa Tuhan?”

Rasanya saya benar-benar down. Namun di saat saya sedih, saya memutuskan untuk berdoa. Dalam doa, saya mendengar kalau Tuhan berkata, “Jangan sedih, Saya ada untuk menghibur kamu."  Mendapatkan pengertian itu ketika saya berdoa membuat saya tidak berhenti menangis.

Saya bilang ke Tuhan, "Tuhan maafkan saya karena saya marah-marah sama Tuhan. Mulai sekarang saya mau pasrah dengan kehendak Tuhan." Saya pun akhirnya bisa ikhlas dan belajar untuk bersyukur sama Tuhan. Tanpa disadari, selama saya belum dikaruniai anak, saya merasa diri saya kurang. Dan akhirnya saya jadi lupa bersyukur. Mulai saat itu, saya pun sering berdoa dengan mengucap syukur. Saya imani bahwa rencana Tuhan itu indah. Saya percaya Tuhan akan memberikan keturunan kepada saya dan Dia akan selalu ada untuk saya.

Selama kontrol ke dokter kandungan di keguguran kedua, dokter mengatakan ke saya gejala keguguran saya seperti gejala orang yang mengalami kekentalan darah. Jadi saya dirujuk ke dokter hematolog/dokter ahli darah. Dan baru diketahui bahwa saya susah hamil dan mengalami keguguran berulang dikarenakan saya menderita kekentalan darah (APS).

Saya pun dikasih pengencer darah dan setelah 3 bulan dari keguguran yang kedua, saya diberikan karunia oleh Tuhan untuk hamil lagi. Pertama kali saya tahu saya hamil yaitu melalui test pack. Jam 4 pagi saya test pack dan hasilnya langsung menunjukkan positif hamil. Saya dan suami senang dan kaget luar biasa karena karunia kehamilan ini kami dapatkan dari proses pembuahan natural tanpa bantuan bayi tabung/dokter kandungan.

Selama proses kehamilan, demi kehidupan dan perkembangan anak saya, penderita APS seperti saya harus disuntik pengencer darah setiap hari agar darah saya tidak mengalami pengentalan sehingga oksigen dan makanan yang disalurkan melalui darah ke anak saya dapat berjalan dengan lancar.

Kurang lebih 250 suntikan harus saya lewati selama kehamilan. Itu belum termasuk ditusuk-tusuk jarum karena harus tes darah 2 minggu sekali dan harus meminum obat yang banyak macam setiap hari. Namun demi menjaga keselamatan anak saya, saya rela menjalani itu semua dengan perasaan bahagia. Setiap hari, saya berkomunikasi dengan anak yang ada di perut saya bahwa, "Mama baik-baik saja. Mama akan kuat menjalani ini semua asalkan dedek bayi bisa sehat dan selamat."

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/wes hicks

Karena saya disuntik pengencer darah, saya pun jadi gampang berdarah. Buang ingus saja terkadang bisa mengeluarkan darah. Habis disuntik di bawah perut, terkadang darah bisa ngocor tembus ke baju. Perut saya gampang membiru, memar dan sakit. Pernah suatu kali darah saya terlalu encer. Di bawah perut saya yang kena tusukan jarum mengeluarkan darah selama 12 jam sampai saya harus masuk UGD dan dirawat inap. Saya pikir hari itu saya akan meninggal. Saya sudah mengucapkan kata-kata perpisahan ke suami saya dan orangtua saya. Tapi saya bersyukur sama Tuhan, Tuhan melindungi janin saya dan saya. Akhirnya darah berhenti keluar dan kami berdua selamat.

Seberat apapun prosesnya, saya mau jalani karena saya sayang dan cinta anak saya. Saya tidak berhenti berdoa setiap hari kepada Tuhan meminta agar anak saya dapat bertahan dan berkembang dengan sempurna di dalam kandungan saya. Setiap hari saya elus perut saya.

Saya makan makanan bergizi agar buah hati saya berkembang dengan sehat dan tidak lupa perasaan hati saya selalu saya jaga supaya selalu senang dan tidak stress agar anak saya pun bisa bahagia ada di dalam kandungan saya. Dan akhirnya saat-saat yang dinanti telah tiba.

Saya bisa melahirkan anak saya dengan selamat di bulan September 2017. Bulan di mana dua kali air mata jatuh karena saya mengalami keguguran 2 kali di bulan September dan di bulan September pula Tuhan mengganti air mata saya dengan kebahagiaan tak terhingga. Akhirnya saya bisa cium dan peluk buah hati saya sendiri. Perasaan bahagia tak terhingga menyelimuti jiwa dan raga saya ketika saya menatap mata dan memeluk anak saya.

Saya berjanji kepadanya bahwa saya akan terus menjaganya dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang seumur hidup saya. Terima kasih Tuhan yang telah mengabulkan doa saya dan memberi karunia keturunan untuk suami dan saya.




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading