Sukses

Lifestyle

Selama Masih Ada Kenangan, Tak Perlu Meratapi Kehilangan

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Sewaktu SMP sampai SMA aku tinggal bersama kakek dan nenek. Mereka meminta kepada orangtuaku agar aku tinggal bersama mereka dan hidup dalam pengasuhan mereka. Sekali seminggu aku pulang ke rumah orangtua dan melepas rindu dengan adik-adikku.

Setelah lulus SMA aku melanjutkan kuliah keluar dari pulau Sumatera, tepatnya di Bogor dan hanya setahun sekali pulang ke kampung, itupun saat libur kuliah. Ketika sudah bekerja, waktuku semakin jarang pulang apalagi setelah nenekku meninggal. Dengan orangtuaku aku hanya menjalin komunikasi lewat telepon. Suatu hari, aku ditelepon adikku yang mengabarkan mama masuk rumah sakit karena diabetes, mendengar itu aku ambil keputusan untuk pulang. Dari bandara aku langsung menuju rumah sakit dan tak kuasa menahan tangis melihat kondisi mama, dampak terkena diabetes, kedua telapak kakinya mengalami luka berat dan nyaris diamputasi. Dia juga sudah tidak mengenaliku lagi akibat terkena stroke.

Setiap kali memegang tangannya dan menatapnya aku meneteskan air mata. Aku rindu mama, dia ibu yang sangat baik, tidak pernah memarahi kami hanya nasihat yang dia katakan kalau anak-anaknya salah, bahkan jika adikku-adikku nakal dia hanya menangis, karena dia tidak bisa marah, itulah uniknya mamaku. Dia mama yang paling pintar masak, setiap masakannya selalu enak dan anak-anaknya selalu puas dengan masakannya.

Copyright unsplash.com/qi bin

Aku merasa belum banyak merasakan kasih sayang mama karena hari-hariku lebih banyak bersama nenek. Aku rindu pelukannya, senyumnya,nasihatnya-nasihatnya. Belum cukup puas rasanya untuk menikmati kasih sayang nya.  Selama seminggu aku selalu berada dekat mama, bergantian dengan papa merawat dan menjaganya. Karena cutiku habis, mau tidak mau aku harus kembali ke Bogor. Berat rasanya meninggalkan mama dalam kondisi seperti itu. Aku hanya bisa berdoa untuk kesembuhan mama, berharap Tuhan masih memberikan waktu untuk kami saling menyayangi dan keinginan hatiku sebagai anak untuk memberikan bakti kepada orang tua.

Proses kesembuhan mama cukup lama memakan waktu berbulan-bulan untuk dia bisa berjalan dan berbicara. Tapi bersyukur dia mulai pulih walaupun tidak normal seperti dulu, karena beberapa ingatannya mulai menurun akibat stroke dan kosakatanya untuk mengucapkan beberapa kata-kata sangat terbatas. Setahun setelah mama sakit,  mereka memutuskan untuk tinggal di Bogor. Aku sangat senang karena bisa setiap hari bersama mama.

Suatu waktu, saat dini hari, tiba-tiba mama sesak napas, sehingga aku dan papa sangat panik, dan kami terus berjaga semalaman di sampingnya. Aku terus memeluknya hingga pagi harinya kami membawanya ke rumah sakit. Hasil diagnosa dokter mama terkena ginjal akibat komplikasi diabetes dan darah tinggi, sehingga diharuskan untuk cuci darah dua minggu sekali. Keluarga pasrah dengan keadaan ini, dan kami menjalani semua proses itu. Syukurnya, kondisi mama cukup membaik setelah rutin cuci darah.

Copyright unsplash.com/wang xi

Hari-hari kulalui untuk selalu dekat dengan mama. Setiap pulang kerja aku berusaha menyediakan waktu untuk ngobrol, bercanda dan memeluknya. Diakibatkan kondisi penyakitnya, maka mama lebih banyak berbaring di tempat tidur. Dia sangat senang setiap kali aku mengoles pipinya dengan krim malam, lalu memijatnya wajah, tangan dan kakinya. Sangat terlihat dari ekpresi matanya yang berbinar, senyumnya yang mengembang dan dia tidak pernah lupa selalu mengucapkan terima kasih padaku.

Aku selalu sukacita jika menyuapkan makanan ke mulutnya, bahkan saat aku memandikannya dan membersihkannya tubuhnya. Walau kondisinya tidak sehat lagi, namun kehadirannya memberikan kebahagiaan yang tak terlukiskan buat kami khususnya buatku. Kami bisa saling memberikan kasih sayang. Saat aku mengeluh tentang pekerjaanku yang berat, dia hanya mengelus kepalaku untuk memberi ketenangan bagiku.

Dua tahun menjalani cuci darah, akhirnya Tuhan memanggilnya. Aku sangat kehilangan mama, masih ingin terus bersamanya, rindu masih ingin merasakan kasih sayangnya. Selalu terbayang keseharianku berada di sampingnya, meskipun tidak cukup waktu untuk bersamanya, namun aku bersyukur selama mama sakit, aku masih dikasih kesempatan merawatnya, melayaninya, mengasihinya, membuatnya tersenyum dan tertawa. Mama, kasih dan cintamu luar biasa tak bisa tergantikan apapun, aku bangga sebagai anakmu.





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading