Sukses

Lifestyle

Demi Orang Tercinta, Aku Rela Melepas Sesuatu yang Penting di Hidupku

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Banyak orang berkata wanita adalah sosok lembut yang tegar, aku wanita yang terbiasa terjebak di lingkungan laki-laki menjadikan aku sosok tomboy dan menyukai film petualangan ala-ala pendekar saat masih bocah. Tertanam kuat di pikiranku pendekar adalah manusia yang kuat, mumpuni dan berjiwa kesatria alias menempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaannya sendiri.

Sempat kuliah di teknik perkapalan membuatku menjadi kaum minoritas dengan banyaknya mahasiswa dan dosen laki-laki di kampus makin membuatku bermental baja. Selepas kuliah merantau jauh ke Jakarta dengan berbekal ijazah D3, kerja sambil kuliah di perantauan bukanlah hal yang mudah.

Karier dilewati dengan sangat perlahan namun pasti, ijazah pun sampai S2. Saat sekian lama posisi di kantor pun sudah lumayan dengan besaran gaji yang bisa dibilang lumayan sehingga mampu menyisakan untuk tabungan dan investasi masa depan.

Namun manusia hanya bisa berencana, berikhtiar dan berdoa. Saat karier di kantor sudah bagus, networking di Jakarta sudah luas terjadi sebuah kejadian yang memaksaku harus mengambil keputusan penting.

Copyright pixabay.com/free-photos

Saat musim haji 2014 ayahanda dan ibunda pergi menunaikan ibadah haji. Ayahanda sakit dan meninggal di Mekkah sehingga otomatis ibunda pulang sendiri ke tanah air. Perasaan kami semua tak terkira sedihnya tidak bisa menyaksikan jenazah ayahanda dan jenazahnya pun harus dikebumikan di sana.

Di saat yang bersamaan anakku lahir, antara bahagia dan sedih tiada tara bercampur membuatku sangat bingung dan tidak bisa berkata-kata. Dukungan keluarga dan sahabat menguatkanku untuk bangkit dan bersemangat demi malaikat kecilku.

Copyright pixabay.com/kaboompics

Ibu yang setelah sebulan pulang dari Ibadah haji dan di rumah sendirian karena ayahanda meninggal menyampaikan lewat telepon kalau beliau mulai kesepian dan stres sendirian di rumah. “Nduk, kalau kondisi seperti ini terus mungkin nanti kalian jika ingin menemui Ibu harus ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Ibumu ini mulai stres." Hatiku luar biasa hancur dan galau karena menemani dan menjaga ibu berarti aku harus meninggalkan semua yang sudah aku rintis di Jakarta. Harus mencari pekerjaan baru, merintis lagi semuanya dari awal di samping aku harus memikirkan juga pengeluaran yang bertambah dengan kelahiran bayiku.

Alhamdulillah suami mendukungku untuk pulang dan menjaga ibunda, untuk pekerjaan nanti bisa dicari lagi karena niat kita tulus berbakti kepada orangtua. Akhirnya keputusan kita ambil, "Kita bakar kapal kita, mulai mencari kapal yang baru.”

Copyright pixabay.com/longleanna

Setelah menyelesaikan proses handover pekerjaan aku kembali ke kampung halaman. Memulai semuanya dari awal dan memang benar-benar tidak mudah.

Lowongan pekerjaan di kotaku ditambah dengan kondisi memiliki bayi membuatku harus selektif memilih pekerjaan, tabungan habis terkuras investasi kebun pun ikut terjual untuk bisa survive dan memenuhi kebutuhan hidup di saat belum mendapatkan pekerjaan.

Setelah dua tahun sejak kepindahan kami posisi di kantor alhamdulillah sudah mulai mendapatkan jabatan, bisa mendapatkan penghasilan dari beberapa pos yang lain. Memang Allah sangat baik tidak pernah meninggalkan kami sendirian.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading