Sukses

Lifestyle

Di Hidup Ini, Segala Sesuatunya Diciptakan Berpasangan

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Ada pepatah mengatakan bahwa hidup di dunia itu merupakan suatu ujian. Salah satu fase kehidupan yang bertujuan untuk menguji setiap makhluk hidup di muka bumi ini. Ada juga orang yang mengatakan bahwa ujian, hambatan, bahkan masalah sekalipun, akan terus kita peroleh sebagai makhluk hidup yang tinggal di muka bumi.

Ujian keimanan, hambatan dalam menjalani kehidupan terbaik, bahkan masalah hidup yang saling terkait akan selalu hadir dalam setiap langkah kehidupan ini. Beberapa orang diuji keimanannya, mulai dari melakukan hal yang dilarang agar dapat memuaskan nafsu duniawinya. Sebagian orang yang bekerja diberikan hambatan berupa penyakit-penyakit dalam hatinya. Beberapa lainnya menghadapi masalah, baik itu masalah individu dengan dirinya sendiri, permasalahan individu dan orang lain atau pun antara individu beserta Tuhannya.

Banyaknya ujian yang diperoleh, mestinya dapat kita gunakan sebagai bekal kita untuk fase kehidupan selanjutnya. Hambatan yang dihadapi, sebaiknya dijadikan satu pemicu diri agar bisa menjadi lebih baik. Sedangkan permasalahan yang muncul, entah itu dengan diri kita sendiri atau pun orang lain, kita gunakan sebagai pembelajaran hidup. Penumpul amarah, peruncing kesabaran. Bukankah dalam kehidupan itu, terdapat hal yang berpasang-pasangan? Susah-senang, baik-buruk, siang-malam, pria-wanita dan hal lainnya yang menjadikan hidup ini seimbang?

Ilustrasi./Copyright pexels.com/david mceachan

Ada ujian, berarti ada kebaikan di dalamnya. Ada hambatan, berarti ada jalan terbaik yang bisa diperoleh. Begitu pun masalah, berarti ada ilmu kehidupan yang kita dapatkan untuk menjalani sisa waktu di dunia ini. Namun apakah setiap orang memiliki pemahaman yang sama dalam menghadapi ketidaksesuaian jalan hidup? Kembali, bahwa nyatanya hidup ini akan selalu seimbang. Telah menjadi hukum alam bahwa ada yang paham dengan maksud kehidupan, juga ada yang tidak paham, bahkan cenderung berontak dan menyalahkan orang lain atas ketidaksesuain jalan hidup yang dihadapinya.    

Telah menjadi kodrat memang, untuk marah dan menyalahkan siapapun atas apa yang tak sesuai, namun bukan hal yang dibenarkan apabila kita lantas menyalahkan orang lain, atau bahkan menyalahkan Tuhannya karena hidup tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Jangan terlebih dulu menyalahkan orang lain. Sebelum itu, perlu bagi kita untuk melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/abd ulmeilk majed

Permasalahan seperti dikecewakan oleh seseorang, bisa dijadikan bahan evaluasi apakah kita telah menghargai kehadirannya atau tidak? Sudahkah kita berlaku baik dan mendorong untuk berbuat kebaikan baginya? Atau malah kita disibukkan dengan ego kita, melakukan semuanya hanya untuk diri sendiri dan menyakitinya berulang kali?

Sudahkah kita berempati pada apa yang dia rasakan? Atau kita mungkin tidak memedulikan bagaimana dia hidup? Lekas bertanya apa yang salah pada diri sendiri, sebelum kita menyalahkan orang lain. Karena sikap dan perilaku orang lain merupakan akibat dari hal yang kita sebabkan. Masih ingat dengan pepatah tak ada asap bila tak ada api? Bahwa telah menjadi suatu keniscayaan, jalan hidup terjadi karena hukum sebab-akibat. Jangan terlalu sibuk menyalahkan orang lain, selalu berbuat baik lebih diutamakan. Sebab, ada istilahnya siapa yang menanam, dia yang menuai. Maka jika kita menanam kebaikan, maka suatu saat kita akan menuai kebaikan pula.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/abd ulmeilk majed

Sekalipun menuai kebaikan tidak selalu bisa dilakukan dalam sekejap, tunggu kebaikan itu datang dengan sendirinya, karena manusia hidup memang untuk diuji. Diuji untuk menjadi manusia sabar, melalui sifat dan tingkah laku orang lain yang membuat amarah kita bangkit. Namun, jika kita merasa marah karena orang lain, cobalah untuk memaafkannya.

Jika kita menyalahkan orang lain, apakah kita mau disalahkan juga oleh orang lain? Maka, maafkan dan lupakan serta jadikan itu sebuah pelajaran yang berarti. Sebagian orang akan memiliki pendapat, bahwa orang yang bersalah haruslah meminta maaf, tapi kata maaf tidak harus selalu terucap dari mereka yang bersalah.

Lantas bagaimana bila diri kita sendirilah yang menjadi penyebabnya? Diri kita sendiri yang akhirnya menimbulkan permasalahan untuk hidup kita sendiri. Siapa yang akan meminta maaf bila nyatanya kita lah yang menyulutkan api dalam jerami kehidupan kita sendiri? Maka mulailah untuk memaafkan lebih awal. Membersihkan diri dengan memaafkan adalah hal yang indah.

Memaafkan untuk menumbuhkan kesabaran, merupakan hal yang amat baik dilakukan. Bersabar dengan masalah yang datang, membuat hati menjadi lebih bersih dan jernih dalam melihat makna kehidupan. Melihat bagaimana Tuhan masih peduli dengan kita, agar senantiasa membersihkan hati kita melalui kesabaran.

Bukankah Tuhan menyayangi siapapun yang bersabar atas apapun yang terjadi padanya? Setiap orang memiliki kesalahannya masing-masing, maka sudah sepantasnya kita tak menunggu permohonan maaf orang yang bersalah. Dan melalui ujian-ujian yang diberikan, kita belajar untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Baik untuk diri sendiri, orang lain beserta agamanya.   

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading