Sukses

Lifestyle

Kisah Nabi Yunus AS, Mengajarkan Kita Arti Amarah & Pentingnya Bersabar

Nabi Yunus AS merupakan seorang utusan Allah yang kisahnya tercantum dalam Al-Quran. Melalui dirinya, umat muslim diajarkan untuk menahan amarah, terus berdoa dan bersabar atas apa yang diperintahkan oleh Allah. Melalui dirinya, kita juga diajarkan bahwa pertolongan Allah pasti datang di saat yang tepat.

Suatu hari, Nabi Yunus AS ditelan oleh seekor paus raksasa dan ia pun tinggal dalam perut sang paus dalam beberapa waktu. Di dalam perut sang paus, utusan Allah ini tak henti-hentinya berdoa meminta petunjuk serta pengampunan dari Allah. Tubuhnya terombang-ambing di dalam perut paus dan ia pun dibawa sang paus mengarungi lautan hingga suatu saat tubuhnya dimuntahkan oleh si paus.

Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS.Ash- Shaaffaat:139-148)

Nabi Yunus marah kepada penduduk kampung dan meninggalkan mereka dengan baik kapal/copyright pexels.com/fancycrave

Kenapa Nabi Yunus ditelan paus dan hidupnya nyaris berakhir di perut ikan raksasa tersebut? Menurut para ahli tafsir, disebutkan bahwa Nabi Yunus mendapat perintah dari Allah untuk berdakwah di sebuah kampung yang disebut Ninawa, kampung yang berada di wilayah Mosul, Irak. Tapi, penduduk di wilayah ini rupanya tetap memilih untuk menyembah berhala dan menolak dakwah Nabi Yunus.

Tak hanya menolak, penduduk kampung bahkan menghina dan mengolok-olok Nabi Yunus. Nabi Yunus lalu menyampaikan wahyu dari Allah bahwa penduduk kampung akan mendapat azab jika mereka tak beriman. Tapi tetap, penduduk kampung mengabaikannya. Atas perlakukan penduduk kampung, Nabi Yunus menjadi marah dan meninggalkan penduduk kampung. Padahal Allah belum mengizinkannya pergi.

Setelah kepergian Nabi Yunus, penduduk kampung menyadari kesalahannya dan bertobat. Azab pun tak jadi diturunkan.

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “ Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)



Sementara itu, Nabi Yunus menuju arah pantai kemudian naik kapal. Di tengah lautan, ada badai besar yang menghantam kapal. Awak kapal kemudian membuang beberapa muatan agar kapal lebih ringan. Beberapa penumpang juga berunding untuk menentukan satu dari mereka untuk dibuang ke lautan. Saat dilakukan undian, Nabi Yunus yang harus dibuang ke lautan. Di undian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya hasilnya sama dan ia pun langsung menceburkan diri ke lautan.

Seekor ikan paus besar menelan Nabi Yunus dan membawanya mengarungi lautan/ilustrasi copyright pexels.com

Saat menceburkan diri inilah, seekor ikan paus besar menelannya yang beberapa waktu kemudian memuntahkannya. "Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (QS. Ash-Shaaffaat, 139-143).

Dari kisah Nabi Yunus, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita harus menahan amarah dan senantiasa berlaku sebagai pribadi yang sabar. Apapun garis takdirmu, sabarlah dan tetap berdoa meminta yang terbaik dariNya.

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS.Qalam:48-50)



Semoga kisah ini bermanfaat dan kita semua senantiasa menjadi pribadi yang sabar, tenang lagi mampu menahan amarah dengan baik. Karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Marhaban ya Ramadan, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.



(vem/mim)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading