Sukses

Lifestyle

Saya Pernah Tertekan Ketika Awal-Awal Menggunakan Hijab

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Hati manusia adalah wadah berpadunya cahaya dan gelap. Merasa paling benar atau kadang selalu salah. Sama saja. Segala sesuatunya kembali pada hati kita. Kepada keluarga dekat saja kadang bersinggungan hati, apalagi terhadap mereka yang tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali. Terkadang ada lelehan bara di dalam hati manakala kita merasa tidak membuat kesalahan tetapi begitu disudutkan. Maka mereka yang kenal hati dan dirinya paham, bahwa kekesalan orang-orang, kemarahan, ataupun cacian hanyalah salah satu mutiara yang bakal mempermanis kalung kepribadianmu.

Saya pernah merasa sangat sedih dan tertekan ketika awal-awal menggunakan hijab, berbagai anggapan mampir menguji keistiqomahan. Apa kata mereka? Hei, ada ninja. Wah, kalau sudah berjilbab sudah tidak akan nikah lagi tuh. Atau pergaulannya cuma itu-itu aja. Bahkan mungkin dia nggak bisa ke mana-mana karena ribet. Sakit hati? Nggak sih. Banyak istighfar dan memohon kepada-Nya untuk dilipatkan kesabaran agar tetap yakin dengan pilihan berhijab. Sebab diri dalam proses perbaikan, mengapa harus membalasnya?

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Saya tetap berdiskusi dengan saudara-saudara saya, teman-teman, sepupu-sepupu dan juga masyarakat sekitar. Ada yang bertanya bagaimana pengalaman pertama dalam  berhijab. Alhamdulillah kalau di kampung halaman saya sekarang jilbab menjamur, ke kondangan rasanya kurang pas kalau nggak pakai jilbab, saya yakin, kesabaran dan keikhlasan yang tidak perlu berbalas hinaan yang sama akan menjadi doa. Semoga tidak perlu ada hinaan atau cela mengapa seseorang memilih jalan hidup demikian.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Paling membahagiakan, ibu dan adik kandung saya juga sudah senang memakai jilbabnya jika hendak keluar rumah karena terkait kewajibannya sebagai muslimah. Dahulunya pernah ragu, mengapa saya mempertahankan pilihan saya dalam berbusana. Tanpa mengesampingkan penghargaan saya pada mereka yang belum seperti saya, kisah saya ini menitikberatkan capaian hati saya dalam memaafkan hinaan orang lain yang pernah menjadi ujian bagi pilihan hidup yaitu berbusana muslimah yang syar’i.

Semoga Ramadan kali ini, kita selalu memperoleh suntikan ketakwaan yang semakin bertambah lagi berkah, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Aamiin.




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading