Sukses

Lifestyle

Menikah Muda dan Mengalami KDRT, Memaafkan Justru Jadi Kekuatan

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Saya seorang wanita berusia 24 tahun, nama saya Siska saya berasal dari Kalimantan Barat. Saat usia  5 tahun saya sudah duduk di bangku SD maka pada usia 16 tahun saya sudah tamat SMA dan di usia 17 tahun saya memutuskan untuk menikah dengan lelaki yang baru 3 bulan saya kenal. Walaupun pada saat itu sempat ditentang mama karena usia saya terbilang masih sangat muda dan pekerjaan calon saya juga belum jelas.

Seperti pada umumnya di awal pernikahan pastilah masih sangat bahagia, bumbu-bumbu asmara masih tumbuh ibarat lem dan perangko yang susah lepasnya. Di awal tahun 2013 saya mengandung anak pertama saya, di situlah babak kehidupan dimulai dan perubahan suami saya sedikit demi sedikit terlihat. Ketika anak saya berusia 1 tahun semakin nampak semua keaslian dari dirinya, pertengkaran kecil menjadi pertengkaran besar dan saya sempat mengalami KDRT hingga jatuh talak.

Semenjak kejadian itu saya hanya berpikir untuk berjuang bagaimana saya menata kehidupan selanjutnya. Pekerjaan apa saja saya lakukan demi mencukupi kebutuhan anak, walau terkadang lelah tetap saya jalani. Sempat pada waktu itu saya memboyong anak saya yang masih kecil ke Malaysia untuk bekerja menjadi TKI, dengan gaji yang lumayan RM.900 saya dipekerjakan menjadi pelayan toko di sebuah supermaket. Tetapi itu tidak berlangsung lama hanya 3 bulan saya bekerja dis ana, karena anak saya mengalami sakit sehingga saya kerepotan mengatasinya sendiri.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Lalu saya memutuskan pulang ke Indonesia dan mendatangi rumah mama untuk meminta pertolongan. Selama ini saya memang cenderung tertutup apalagi perihal rumah tangga, sehingga saya tidak mempunyai keberanian untuk menceritakan kejadian yang saya alami karena sedari awal mama kurang menyetujui hubungan kami. Maka dari itu saya hanya menampakkan kebahagiaan di depan mama.

Mama menyambut saya, dan langsung mengambil anak yang saya gendong. Saya lalu bergegas ke dapur untuk mengambil air dan langsung mencuci kaki mama, sambil menangis saya menceritakan semua yang telah terjadi kepadanya dan memohon maaf sudah durhaka karena tidak mendengarkan nasihat-nasihat yang mama berikan. Kini nasi sudah menjadi bubur, apa yang diharapkan saya jauh dari kenyataan dan saya hanya bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi.

Mama lalu mengangkat tubuh saya dan berkata, “Sudahlah Nak, ikhlaskan apa yang sudah terjadi, tinggallah dulu di rumah Mama sampai kamu tenang." Di situlah rasanya kekuatan saya kembali. Singkat cerita mama juga menyarankan saya untuk melanjutkan studi di jenjang sekolah selanjutnya berhubung usia saya belum terlambat pada saat itu. Dan mendaftarlah saya di salah satu universitas dengan harapan ke depannya agar lebih baik lagi.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/terje sollie

Tahun 2017 saya mulai masuk dunia perkuliahan dengan sisa uang saya (bekerja di Malaysia) dan bantuan dana dari mama saya pun kuliah dan mengambil jurusan Akuntansi. Saya tidak melewatkan peluang kesempatan begitu saja, sambil kuliah saya berjualan kue mochi buatan saya sendiri di kelas dan dititipkan juga ke kantin-kantin fakultas demi menambah perekonomian saya.

Pada awal tahun 2018 mantan saya tiba-tiba datang ke rumah menemui mama, lalu dia mengutarakan permintaan maaf atas tindakan yang dia lakukan terhadap saya. Awalnya sangat sulit bagi saya untuk memaafkan, tetapi perlahan saya untuk mencobanya. Dan saya sempat membisu saat dia mengutarakan permintaan maaf di depan saya langsung.

Saya menangis tersedu- sedu karena mengingat rasa sakit itu  berdampak kepada psikologi saya. Akan tetapi saya berpikir dosa saya juga begitu banyak tapi dimaafkan sama mama, di maafkan sama Allah. Kenapa saya tidak bisa memulai memaafkan orang juga yang pernah bersalah kepada saya?  

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Batin saya lalu berbisik, “Ya saya harus coba, saya bisa." Dengan memaafkan akan menyembuhkan itu semua, dendam, sakit hati, amarah dan lain-lain. Saya pun mengucapkan kata, "Ya." Lalu ia menangis memeluk saya dan anaknya, ucapnya lirih terdengar di telinga saya, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah janji akan bertanggung jawab atas kehidupan kamu."

Kini hati saya jauh merasa lebih tenang. Hanya hikmah dari peristiwa ini yang dapat saya ambil untuk belajar lebih baik dalam menata kehidupan selanjutnya.  

Percayalah Allah tidak akan menyuruh hamba-Nya jika tidak ada manfaat untuknya  mulai sekarang ayo jangan ragu untuk meminta maaf ketika memiliki salah dan jangan berpikir  untuk memaafkan ketika orang bersalah kepada kita. Karena keduanya baik di mata Allah. Dan memaafkan adalah sumber dari kekuatan. Bersihkan hati, sucikan diri.


 (vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading