Sukses

Lifestyle

Berutang Mungkin Bisa Menyelesaikan Masalah, Tapi Juga Bisa Membawa Bencana

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Aku adalah gadis yang sudah terbilang tidak muda lagi. Aku tinggal bersama mamaku yang single parent. Aku dua bersaudara. Kakakku sudah beda rumah denganku, dia tinggal bersama suaminya. Di umurku yang ke-27 tahun ini harusnya aku ketar-ketir karena belum menikah. Tetapi tidak, aku malah disibukkan memikirkan bagaimana caranya membayar utang.

Rasa ingin menikah sama sekali tidak aku rasakan, dengan bisa membayar satu persatu utangku saja rasanya sudah sangat senang. Keadaan ini sudah aku alami setahun belakangan. Utangku sudah banyak dan bertumpuk dimana-mana. Dari mulai pinjaman online, kartu kredit, KTA sampai berhutang pada lintah darat pun aku punya.

Semua utang ini bermula dari gaya hidupku yang terlampau sosialita. Aku sering sekali pergi jalan-jalan. Tanpa memikirkan pemasukan gajiku yang hanya gaji standar seorang admin perkantoran biasa. Selain itu, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluargaku. Karena mamaku yang bekerja hanya sebagai guru TPA dengan gaji Rp300.000/bulan. Sehingga aku yang membiayai seluruh keperluan rumah tangga di rumahku. Tidak ada yang tahu atas semua utang-utangku ini, termasuk mamaku sendiri. Aku menyembunyikan darinya karena aku tidak mau beliau terlampau kecewa akibat sikapku ini.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/lucas dutra

Setiap harinya, aku memutar otak bagaimana mendapatkan pinjaman untuk menutupi pinjaman yang lainnya. Di awal-awal aku masih mendapatkan pinjaman. Sehingga aku bisa membayarkan beberapa utangku dengan cara berutang ke tempat lain. Hidupku kala itu masih cukup normal, meski gaya hidupku sudah agak sedikit berubah semenjak banyaknya utang. Aku jadi tidak pernah pergi jalan-jalan lagi. Mamaku pun kebingungan, yang biasanya aku selalu tepat waktu memberikan jatah uang bulanan, sekarang aku sering kali molor. Aku sangat sadar kalau ini sama saja aku menghambat rezeki mamaku, dan aku merasa sangat berdosa.

Hingga pada suatu waktu, aku tidak dapat membayar utang karena uangku benar-benar habis. Dan aku tidak bisa pinjam kemana-mana lagi. Aku bingung. Aku stres berat. Saat itu aku benar-benar malu karena pihak pinjaman online menghubungi beberapa kerabatku. Hidupku jadi tidak tenang. Sempat terpikir ingin mati saja. Tapi aku sadar itu tidak akan menyelesaikan masalah. Malah bisa jadi memberatkan mamaku.  

Hidupku semakin suram setiap harinya. Senyum yang terbingkai di wajahku hanya kamuflase belaka untuk menutupi kesedihanku karena begitu banyaknya utang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Di sela-sela kemuramanku yang terus-terusan ditagih hutang, beruntunglah aku masih diingatkan Allah SWT untuk bersimpuh pada-Nya. Aku menangis dalam salatku, aku mulai rajin melantunkan ayat suci selepas salat, aku berdzikir pada-Nya, aku berpuasa sunah Senin-Kamis. Dengan melakukan itu semua, aku menjadi sedikit lebih tenang.


Ilustrasi./Copyright pixabay.com
Aku pun menyadari, bahwa hanya Allah SWT yang dapat membantu aku. Bukan orang lain. Hanya Allah SWT semata yang bisa. Selain berdoa pada Yang Kuasa, aku masih terus berusaha mencari bantuan dana pada beberapa kerabatku. Doaku pun dijawab dengan segera. Temanku meminjamkan aku uang tanpa bunga. Dengan syarat mencicil setiap bulannya. Dia sangat ikhlas membantuku. Syukur alhamdulillah aku dapat membayar sebagian utangku. Walaupun uutangku belum lunas semua, setidaknya aku lebih bisa sedikit bernapas. Ya, aku sangat percaya Allah SWT selalu ada dengan orang yang mengingatnya. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan pada umat-Nya kalau umatnya tidak bisa melewatinya.

Aku tersadar, aku telah melakukan hal yang dibenci Allah SWT, yaitu mendukung riba. Tanpa aku sadari aku termasuk orang yang ikut berkontribusi terhadap orang yang memakan riba. Sungguh aku sangat-sangat menyesal dan aku sudah cukup jera. Semenjak kejadian ini, aku ingin selalu berada di jalan Allah SWT dan menjauhi segala larangannya.

Di bulan ramadan yang penuh pengampunan ini semoga dosa-dosaku diampuni dan aku bisa menjadi orang yang selalu istiqomah. Amin ya Rabbal alamin. Ini memang pengalaman pahit yang pernah aku alami sepanjang hidupku, akan tetapi ini pula yang menjadikan aku lebih dekat lagi dengan agamaku. Alhamdulillah.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading