Sukses

Lifestyle

Curahan Hati Penyanyi Berhijab Bertubuh Gemuk: Bangun dari Mimpi Buruk

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

“Penyanyinya kok kurang cantik?”

“Kenapa vokalisnya bukan yang langsing?”

“Kurang ‘artis’ ya vokalisnya.”

“Si vokalisnya anu ya,”

“Vocalisnya gini ya?”

“Itu orang apa truk?"

“Enak ya nggak perlu beli kasur. Sendiri aja empuk.”

Bla... bla... bla... .

Aku menjalani hidup sebagai perempuan obesitas yang kebetulan bekerja sebagai penyanyi. Dengan bentuk fisik yang ah, pasti kalian memahami bagaimana orang dengan obesitas pada umumnya diperlakukan. Dijadikan bahan candaan. Dianggap tidak punya perasaan sehingga orang bebas menertawakanku.

Aku sudah kenyang menghadapi bisikan orang-orang tak dikenal yang baru pertama kali melihatku bernyanyi. Bukan hal yang baru kalau orang memandang sebelah mata karena aku bukanlah perempuan yang masuk dalam daftar standar cantik masyarakat pada umumnya. Bukan aku sedang mencela diriku sendiri, tapi itulah yang terjadi. Bukan aku sedang mencela diriku sebagai ciptaan Allah, aku hanya sedang mempertanyakan hati mereka yang ringan sekali mencela dan memutuskan, “Kamu jelek," “Kamu cantik," “Kamu gendut," “Kamu nggak pantes."

Menjadi seorang penyanyi adalah hal yang menyenangkan. Aku mencintai pekerjaan ini dan aku dibayar untuk melakukan hal yang aku suka. Tapi sebagaimana kehidupan tidak selalu berjalan seperti semua yang kita inginkan. Selalu saja ada saat-saat di mana aku ingin menyerah, membenci diriku, menyalahkan diriku dan ingin menyakiti diriku sendiri karena hinaan orang terhadap fisikku.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/studio 7042

Ada satu hari yang sangat berbekas dan tidak mungkin aku lupakan seumur hidupku. Suatu hari aku mendapat pekerjaan menyanyi untuk sebuah acara pameran mobil. Tidak ada masalah apapun sampai saat sesi acara selesai. Saat istirahat, salah seorang panitia menghampiri dan menyampaikan bahwa aku tidak boleh bernyanyi lagi.

Anggota band harus mencari vokalis lain yang lebih cantik, tidak berjilbab dan tidak gemuk. Kalau tidak, kita semua harus bayar denda. Seketika aku ingin menangis. Bukan kali pertama aku mendapat perlakuan menyedihkan hanya karena aku gemuk, tapi hari itu aku merasa sangat menyedihkan. Aku mengalah. Aku pulang. Di luar sedang turun hujan yang sangat deras. Terima kasih ya Allah, orang lain tak bisa melihat aku menangis sepanjang jalan.

Setelah hari itu aku membenci diriku. Aku terjebak dalam keadaan bulimia tanpa ada orang yang mengetahuinya termasuk orangtuaku. Aku menderita karenanya. Aku meringis setiap kali aku mengingat betapa menyedihkan dan dangkalnya aku yang membenci diriku hanya karena orang lain menyepelekanku.

Aku beruntung memiliki teman dan keluarga yang amat sangat menyayangiku karena diriku. Bukan karena aku cantik, kaya atau populer. Dukungan dan doa yang tak pernah putus dari ibuku lah yang berhasil mengembalikan rasa percaya diriku. Yang membuatku kembali meyakini bahwa untuk menjadi seorang penyanyi, syarat utamanya adalah mampu bernyanyi. Bukan sekadar “cantik”.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/antas singh

Aku bangun dari mimpi buruk. Bercermin selama yang aku mampu. Memperhatikan setiap inci dari tubuhku. Alhamdulillah. Allah menciptakanku sempurna. Tubuhku tidak memiliki kekurangan fungsi. Aku bercermin untuk menyadarkan diri bahwa tidak ada yang salah dengan diriku. Allah tidak menciptakan makhluk gagal. Yang gagal hanyalah segelintir pikiran manusia yang jauh dari rasa syukur.

Bagaikan diguyur hujan setelah kemarau, aku merasakan perasaan berdebar. Menangis betapa kufurnya aku yang mengutuk diriku sendiri. Lupa bahwa dalam keadaanku yang “seperti itu” Allah tidak mengingkari rezeki-Nya yang diberikan untukku. Pekerjaan menyanyiku selalu lancar. Selalu saja ada orang yang mengatakan, “Suaramu indah sekali, Mbak."

Ternyata dibanding yang menghina, sepertinya lebih banyak yang menyukai. Tidak adil bukan jika aku hanya memberi “perhatian” pada mereka yang mencemooh saja? Jadi aku lebih suka untuk mengucapkan terima kasih kepada kalian yang selalu bersamaku dalam keadaan apapun. Tidak terhingga terima kasihku untuk cinta tanpa pamrih dari Allah kepadaku yang telah memberiku karunia serta bakat indah yang bisa aku bagi dengan orang banyak.

Jika hari ini aku masih “aku yang dulu”, aku sendiri tidak yakin aku bisa menemukan kata-kata yang pas untuk dirangkai dan dibagikan seperti sekarang. Puji syukur, aku yang hari ini adalah aku yang ingin mencintai diriku seperti apapun bentukku. Aku membuat standar cantikku sendiri.

Orang lain tak perlu repot-repot meluangkan waktunya untuk menentukan seberapa cantik aku karena aku pun tak mau menyakiti orang lain dengan menghakimi kedangkalan mereka. Ayo kita dobrak “aturan standar” yang sudah ada. Selama hidup kita hanya perlu menjadi orang yang baik dan bahagia. Itu saja.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Urusan cantik/tampan itu bonus dari Tuhan dan itu sangat relatif. Kita tidak harus membunuh rasa percaya diri orang lain untuk menghidupkan rasa percaya diri kita sendiri. Cukup doa saja agar Allah membukakan pintu hati kita semua agar kita terjaga dari lisan dan pikiran yang jahat dan menyakitkan untuk orang lain. Satu hal untuk menghadapi semua masalah adalah proses.

Aku hanya ingin berbagi proses bahwa menjadi “aku yang baru” ternyata sangat menyenangkan. Apalagi yang dipertanyakan ketika nikmat yang Allah berikan sungguh terpampang nyata. Pekerjaan yang lancar, dikelilingi orang-orang yang tulus, diberi kesempatan untuk memperbaiki diri menjadi aku yang sekarang yang sangat mencintai diriku.

Gemuk, kurus, hitam, putih, tinggi, pendek, seperti apapun bentuk tubuhku kelak aku tetap mencintai diriku. Aku bukan lagi si “gendut” yang suka mengasihani diri sendiri. Aku yang sekarang adalah WANITA BAHAGIA. Sudah bahagiakah, kalian?

Teruntuk kalian semua yang sudah bersedia bersamaku dalam keadaan apapun, terima kasih. Terima kasih.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading