Sukses

Lifestyle

Kejiwaan Kakak Terganggu karena Penyalahgunaan Obat Terlarang

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Aku ingin membagikan sepenggal kisah hidupku yang sangat berharga. Kisah yang menguras tenaga dan air mata, kisah pahit yang tidak akan pernah terlupa. Semoga saja, kisah ini dapat dijadikan pengalaman dan pelajaran berharga, bagi siapapun yang membacanya.

Aku tahu, sejak kecil, hubunganku dengan kakak tertua sangat tidak baik. Perlakuannya yang kasar membuatku menanam kebencian, menarik diri darinya, dan diam-diam menaruh dendam. Tapi, sebenci apapun aku padanya, ia tetap kakakku kan? Sekesal apapun padanya, tetap ada rasa simpati dalam hati. Tetap ada air mata apabila terjadi sesuatu yang buruk menimpanya.

Kesibukan dan kebencian membuatku tidak peduli padanya. Selama bertahun-tahun, komunikasi kami tidak berjalan dengan baik. Dia ada, tapi aku tidak lagi menganggap kehadirannya. Aku tidak peduli apa yang sedang dikerjakannya, aku tidak tahu apa yang tengah bergelayut di pikirannya, aku tidak tahu apa masalah yang sedang menimpanya, intinya aku tidak tahu apa-apa tentang dia.

Aku tidak tahu sampai berita itu terdengar di telingaku. Orangtuaku bilang, ada sesuatu yang aneh menimpa kakak. Gelagatnya tidak seperti orang pada umumnya. Bicaranya mulai ngelantur, tidak jelas, dan perilakunya aneh. Awalnya, aku tidak percaya, hingga aku melihatnya sendiri. Aku pun mulai sadar, beberapa tahun ke belakang ada yang tidak beres dengan dia. Kakak mulai menarik diri dari lingkungan, dan hanya berdiam diri di kamar.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/kat jayne

Apa yang terjadi dengannya? Awalnya aku hanya mengira-ngira hingga akhirnya kuputuskan untuk berkonsultasi dengan dokter tanpa membawa kakak. Dokter menduga kakak mengidap gangguan kejiwaan dan menyarankan untuk segera membawanya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Bagaimana perasaanku saat itu? Hancur! Begitupula dengan orangtuaku. Saat itu perasaan bersalah terus menyelimutiku, membayang-bayangiku kemanapun aku pergi. Dalam hati memaki, kemana saja aku selama beberapa tahun ke belakang ini sehingga tidak tahu apa yang menimpa kakak. Kebencian yang telanjur menguasai membuatku tidak mempedulikan kehadirannya. Aku menyesal. Tapi, apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan tidak akan membuat segalanya kembali seperti dulu.

Ilustrasi./Copyright pexels.com/luizclas

Dan hal yang paling menyakitkan dalam hidupku adalah ketika menyaksikan kakak dibawa secara paksa oleh para suster dengan cara dibius. Rasanya sakit sekali. Apalagi ketika harus merelakan kakak tinggal di yayasan RSJ dengan para pasien lainnya. Aku tahu ini sangat berat untukku, untuk kedua orangtuaku, dan berat untuk kakak. Tapi, demi kesembuhan kakak, kami harus benar-benar berlapang hati.

Dari kejadian ini aku tersadar, sangat buruk menyimpan dendam dan benci. Terlebih pada kakak sendiri. Sebesar apapun kesalahan yang sudah dibuat seseorang, alangkah mulia jika kita memaafkan. Tidak hanya demi kebaikan orang tersebut, tapi juga demi kebaikan diri sendiri, demi ketentraman hati. Saat ini, aku yang patut minta maaf, maaf karena sudah mengabaikan kakak, maaf karena sudah terlalu lama menyimpan amarah dan benci.

Apa penyebab kakak hingga terkena gangguan kejiwaan? Penyalahgunaan obat terlarang.

Semoga Allah SWT lekas memberikan kesembuhan kepada kakak. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kakak, dan dosa kami semua.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading