Sukses

Lifestyle

Jadi Pengusaha Hebat Tanpa Kuliah, Pulang dari Arab Bisa Buka Salon Sendiri

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Untuk sukses pasti harus ada pilihan dalam hidup, dan pilihan dalam hidup harus dijalankan dengan kegigihan dan penuh keyakinan pasti hasilnya akan memuaskan.

Perkenalkan namaku Raisya Dwi Putri, biasa dipanggil Ica. Ya, aku kelahiran 22 Oktober 1992 dan saat ini usiaku 26 tahun. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Tentu saja menjadi anak pertama bukanlah sebuah beban yang ringan. Karena aku yakin akan ada banyak kisah haru di balik wajah–wajah hebat anak pertama.

Begitu pun denganku, aku hidup di keluarga yang bisa dikatakan kurang mampu. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa, sedangkan ayahku hanyalah seorang pengawas pada sebuah pabrik yang tak jauh dari rumahku.

Sekolah Sambil Bekerja
Tentu saja menjadi seorang buruh biasa yang bekerja menjadi seorang pengawas di sebuah pabrik tidaklah memiliki gaji yang besar. Berkecukupan untuk makan dan kehidupan sehari–hari pun sudah sangat bersyukur rasanya. Saat usiaku mulai menginjak 15 tahun dan masih duduk di bangku SMP, aku ingat betul ketika aku baru saja pulang sekolah kala itu tiba–tiba aku mendapati ibuku sedang menangis di kursi meja makan kami. Dengan sangat terkejut tentu saja aku berulang kali menanyakan apa yang menyebabkan ibu menangis. Dengan wajah sendunya ibu mengatakan bahwa keluarga kami sedang ditimpa masalah karena papa mengalami sebuah kesalahan dalam pekerjaannya yang mengharuskan papa untuk mengganti kerugian perusahaan yang aku tahu saat itu jumlahnya tidaklah sedikit.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Aku cukup tertegun dan sempat ikut merasakan sedih yang ibuku rasakan. Dan dari masalah keluarga yang menimpaku saat itu aku mulai mencoba mengambil sebuah keputusan dan tampaknya memang dalam hidup ini harus ada pilihan pikirku. Ya, aku memutuskan untuk mencoba bekerja sambil sekolah untuk sedikit mengurangi beban keluarga kala itu.  

Keesokan harinya sepulang sekolah aku izin pada ibuku untuk bermain namun kumanfaatkan waktu itu untuk mencoba–coba mencari pekerjaan dari toko–toko yang ada di kota tak jauh dari rumahku. Tak putus asa aku terus mendatangi toko satu ke toko lain untuk mencoba melamar pekerjaan yang mau menerimaku sebagai status seorang pelajar. Dan syukurlah, Tuhan sedang berpihak baik padaku kala itu. Ada sebuah salon yang mau memakai jasaku walau aku masih seorang pelajar kala itu.

Aku diizinkan bekerja di tempatnya sepulang sekolah dan hingga jam 9 malam. Ya, salon tersebut memanglah sebuah salon yang cukup terkenal dan ramai di kota tempat tinggalku. Aku sangat bahagia kala itu, dan pulang untuk memberitahukan orang tuaku, awalnya ibuku tidak mengizinkanku untuk bekerja di usiaku yang masih sangat belia menurutnya. Namun aku memohon dan karena memang niatku yang sudah kutanam di hati untuk membantu keluarga, akhirnya ibu mengizinkannya.

Ya, saat itu tampaknya aku harus menjalankan kehidupan baruku dengan sekolah sambil bekerja. Bagiku ini bukanlah sebuah beban yang ringan untuk bisa dipikul oleh anak usia 15 tahun. Namun karena aku anak pertama aku mampu merasakan beban keluargaku yang di ujung tanduk kala itu. Kujalani hari–hariku yang awalnya bagiku sangat berat kujalani sekolah sambil bekerja. Namun lama kelamaan aku terbiasa dan dengan senang hati kujalani pekerjaanku di salon.

Mengubur Keinginan untuk Kuliah
Aku ingat betul saat itu tahun 2011 aku berhasil menyelesaikan sekolahku dengan baik walau sambil bekerja. Kuliah tentu saja menjadi impian setiap siswa yang baru tamat sekolah kala itu seperti semua teman-teman sekelasku. Tapi tidak denganku. Keinginan untuk kuliah saat itu harus kukubur dalam–dalam karena memikirkan perekonomian keluargaku yang masih goyah. Sedih pastinya. Saat itu juga di saat semua teman–temanku sibuk dengan mencari fakultas terbaik untuk melanjutkan kuliah, aku justru memutuskan tetap bekerja di salon dan memilih mendalami semua ilmu salon yang sudah aku jalani selama 4 tahun saat itu.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Tahun demi tahun berlalu, keadaan keluarga pun mulai pulih dan membaik. Aku ingat betul saat itu tepat 8 tahun aku bekerja di salon tersebut, berpikir sudah cukup mengantongi ilmu salon yang kujalani selama ini dan sudah cukup rasanya aku menelan pahitnya kehidupan menjadi seorang pekerja, aku mulai berpikir untuk membuka usaha salon sendiri. Dan saat itu juga secepatnya aku mengundurkan diri dari salon tersebut dan memutuskan pergi ke Arab untuk hijrah bekerja di sana agar bisa mendapatkan gaji yang besar untuk ditabung berharap bisa membuka salon.

Buka Salon Sendiri
Ilustrasi./Copyright pexels.com

Berkat kegigihan dan keyakinanku yang kuat akhirnya aku berhasil bekerja di Arab selama dua tahun dan mengumpulkan modal untuk membuka usaha salon. Sekarang aku memiliki salon yang dapat dikatakan cukup besar dan memiliki enam karyawan. Aku bersyukur pada Tuhan atas semua ujian yang diberikan Tuhan 11 tahun lalu pada keluargaku yang akhirnya menjadikan aku anak perempuan yang kuat dan gigih hingga akhirnya aku sukses menjadi pengusaha salon.

Untuk kalian yang memang merasa ujian Tuhan adalah beban berat yang harus kalian jalani, stop untuk mengeluh. Jadikan ujian Tuhan tersebut untuk membuatmu menjadi orang yang kuat dan tak tumbang diterpa badai ketika kalian mencari celah jalan kesuksesan kalian yang sesungguhnya. Intinya jangan mudah menyerah, karena kegigihan dan keyakinan serta usaha yang kuat tidak akan pernah membohongi hasil.

 



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading