Sukses

Lifestyle

Wanita Cerdas Nggak Akan Menyalahkan Keadaan Saat Diberi Kesulitan

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Saya akan menceritakan apa yang sudah saya alami, saya capai dan apa yang masih dalam proses pencapaian. Perkenalkan, nama saya Fery Nina. Saya lahir di Jakarta, 07 September 1990. Saya seorang yang terlahir dari keluarga yang sederhana terdiri dari papa, mama, satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan.

Sejak kecil setiap anak pasti memiliki impian seperti pada umumnya, demikian juga dengan saya. Dahulu saya bercita-cita ingin menjadi presenter. Saya senang berada di depan banyak orang dan di keramaian. Seiring waktu, niat saya menjadi presenter mulai menghilang. Perkembangan dan pergaulan membuat saya mulai belajar mengenali karakter, kemampuan dan kecintaan saya.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Ketika saat saya duduk di bangku SMP, saya mulai menemukan gairah di bidang ekonomi dan matematika. Saya merasa tertantang untuk menilai, mengukur dan mendapatkan hasil yang akurat. Selama sekolah, saya termasuk dalam peringkat 5 besar. Hal tersebut menjadi suatu rasa syukur buat saya secara pribadi. Selesai dari bangku SMP, saya berpikir untuk masuk salah satu sekolah negeri. Namun saat itu karena keluarga mengalami masalah keuangan, orangtua saya mendaftarkan saya di sekolah kejuruan dengan harapan setelah selesai sekolah saya langsung bekerja. Hal ini cukup membuat saya sedih karena saya berharap dapat melanjutkan pendidikan hingga sarjana. Keputusan orangtua saya tetap saya jalankan, saya sekolah di salah satu sekolah kejuruan swasta.

Selama masa SMK, saya tetap berusaha melakukan yang terbaik, saya belajar, mengikuti beberapa kursus dan saya mulai aktif dalam kegiatan keagamaan serta kegiatan sosial. Kebanggan lagi buat saya, di SMK saya termasuk dalam peringkat 3 besar. Saya cukup percaya diri untuk ke depannya ketika saya lulus, saya dapat pekerjaan demi meringankan beban orang tua saya. Suatu ketika, terpikirkan lagi oleh saya untuk melanjutkan kuliah.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Saya tertarik dengan juruan hubungan internasional di salah satu universitas negeri. Saya infokan hal tersebut kepada orang tua saya, saya ingin mencoba kuliah melalui jalur SPBM, harapan dapat melanjutkan kuliah dengan biaya yang terjangkau. Namun manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Saya tidak lolos ujian SPBM. Hal ini sempat membuat saya berkecil hati, terhadap kemampuan saya dan mungkin belum waktunya melanjutkan pendidikan sarjana. Kemudian saya mempersiapkan keperluan untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahan.

Suatu ketika, teman saya meminta untuk menemaninya mengembalikan formulir pendaftaran di salah satu universitas swasta yang sangat terkenal dan info bahwa universitas tersebut cukup mahal. Saat menemani teman saya ini, saya menanyakan mengenai jurusan-jurusan yang menyediakan beasiswa kemudian saya diarahkan untuk mengikuti ujian umum. Apabila ujian ini lulus, saya diizinkan untuk melanjutkan pengajuan beasiswa ke jurusan yang saat itu menyediakan beasiswa hingga 100%.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Tahap awal seleksi, saya dinyatakan lulus. Serangkaian diskusi kejuruan, saya diarahkan untuk mengambil jurusan keperawatan untuk mendapatkan beasiswa 100%. Saya kurang tertarik ketika mendengar hal itu, karena saya berharap dapat mengambil jurusan matematika. Saya berpikir cukup lama sampai akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan tahap seleksi di jurusan keperawatan. Selesai seleksi itu, saya cuma berdoa kepada Tuhan, ini bukanlah apa yang saya harapkan dan inginkan tetapi jika ini jalannya untuk melanjutkan pendidikan, saya meminta beasiswa 100%, bukan 75%, bukan 50% atau 25% karena pada saat itu ternyata ada beberapa list jumlah beasiswa yang diberikan. Beberapa hari kemudian, saya menerima telepon dan diinfokan saya mendapat beasiswa 100%. Saya sempat bingung untuk bersyukur atau menyesal. Kemudian saya infokan ke orang tua saya dan tidak disangka bahwa jurusan keperawatan itu merupakan cita-cita mama saya sejak dulu, namun dikarenakan beberapa hal mama saya tidak dapat melanjutkan pendidikan keperawatan.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Beberapa hari kemudian, saya memutuskan untuk menerima beasiswa tersebut. Saya melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan di salah satu universitas swasta yang cukup terkenal. Beberapa tahun selama masa kuliah, bukanlah hal yang mudah untuk saya jalani. Saya yang memiliki latar belakang pendidikan SMK harus memulai dari nol untuk belajar materi anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Selain dari materi pembelajaran, saya juga merupakan satu-satunya anak SMK yang menerima beasiswa 100% sedangkan mahasiswa lain latar belakang pendidikan SMA dengan jurusan IPA tidak mendapatkan beasiswa. Hal-hal tersebut tidak mematahkan semangat saya, ketekunan membuat saya tidak berhenti berusaha sehingga untuk membuktikan memang saya pantas mendapatkan beasiswa tersebut. Proses belajar yang cukup berat, tidak menghilangkan kecintaan saya untuk berada di depan banyak orang. Semasa kuliah, saya senang mengikuti kegiatan sosial dan membaur di tengah-tengah masyarakat.

Saya menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya, baik itu program sarjana keperawatan maupun program NERS, tetapi saya masih bergumul dengan profesi baru ini. Saya tidak tahu apa yang dapat saya berikan saat bekerja. Kecintaan saya terhadap profesi ini masih belum sepenuhnya. Akhirnya saya meyakinkan diri saya kembali dan percaya tidak ada yang mustahil untuk dikerjakan. Saya tetap berusaha dan melakukan yang terbaik pada apa yang dipercayakan kepada saya.

Tahun 2013, saya mulai bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Saat itu, saya berpikir bahwa kita kerjakan yang terbaik apa yang menjadi pemberian Tuhan dalam hidup kita. Beberapa bulan kemudian, salah satu teman saya mengajak untuk mendaftar menjadi tim bedah jantung di rumah sakit tempat saya bekerja, sebelumnya saya bekerja di ruang rawat inap. Awalnya saya tidak tertarik sampai akhirnya teman saya ikut mendaftarkan nama saya. Setelah mengikuti proses pembelajaran, akhirnya saya masuk dalam tim bedah jantung sebagai asisten perfusionist, tapi sayangnya teman saya tidak masuk karena beberapa hal. Teman saya tidak berhenti memberi semangat untuk saya melanjutkan profesi ini.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Profesi yang saya tekuni mungkin tidak banyak masyarakat umumnya tahu, bahkan saat saya sebagai perawat pun, saya tidak familiar dengan kata perfusionist. Perfusionist merupakan bagian dari dari bedah jantung yang bertugas mengoperasikan mesin jantung paru manusia di mana mesin ini mengambil fungsi jantung sementara selama operasi. Profesi ini masih sangat langka, hanya ada beberapa puluh orang yang bekerja di bidang ini dengan jumlah pasien penyakit jantung yang terus meningkat. Hal ini menjadi suatu kebanggaan buat saya.

Ketika saya diterima dalam tim ini, saya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengikuti berbagai seminar di luar kota dan luar negeri. Selain itu, saya mendapatkan kepercayaan ikut dalam tim riset keperawatan untuk mengikuti lomba dan rumah sakit kami memenangkan lomba ini 2 tahun berturut-turut. Saat ini, posisi saya sekarang masih menjadi asisten perfusionist karena untuk menjadi seorang perfusionist saya harus mengikuti pelatihan kurang lebih 1,5 tahun. Sekarang yang saya kerjakan, saya sedang menjalani proses pelatihan tersebut.

Pekerjaan yang saya lakukan ini sungguh di luar dari apa yang saya pikirkan. Saya tidak hanya mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan sarjana dan profesi NERS, tetapi saya mendapat kesempatan untuk mengambil spesialisasi sebagai perawat khusus jantung dan sebagai seorang perfusinonist. Bila saya menoleh ke belakang, saya tidak dapat percaya. Saya memiliki latar belakang yang sebenarnya tidak masuk kriteria, namun saya memiliki pemikiran bahwa tidak ada yang mustahil bila kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan tekun dalam doa. Proses hidup saya masih belum selesai, saya yakin masih banyak hal yang tidak mungkin didepan saya yang menjadi bagian dalam hidup saya dan saya mempunyai impian mengenalkan profesi perfusionist ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia.




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading