Sukses

Lifestyle

Gadis yang Seragamnya Pernah Dibakar Ibu Itu Kini Jadi Pelatih Karate

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Awal mulanya aku mengenal olahraga beladiri ini sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dari yang tadinya hanya ikutan melihat-lihat saja di lapangan yang ada di dekat rumahku, sampai akhirnya aku masuk SMP dan dengan senangnya aku tahu kalau di sekolah ini ada ekstrakurikuler karate, Karena sudah pernah melihat kakak di dekat rumahku berlatih karate aku juga ingin sekali lebih mendalami ilmu bela diri ini. Memang dari kecil aku sedikit tomboy, mungkin banyak anak wanita di luar sana yang suka main boneka, masak-masakan, tapi aku lebih suka main di alam terbuka, misalnya main layangan, cari kadal di hutan, juga kadang main kelereng.

Akhirnya aku memilih ekstrakurikuler karate di sekolahku ini dan mendaftar dan masih belum memberitahu orang tuaku. Setelah minggu pertama latihan pelatihku memberitahu agar aku membeli baju beladiri karate ini (Karate-Gi) akhirnya aku dikasih dulu oleh pelatih karena beliau melihat aku sangat cepat paham dengan jurus-jurusnya dan tidak pernah absen latihan, dan selanjutnya aku membawa baju (Karate-Gi) tersebut ke rumah dan memberitahukan kepada orang tuaku sekaligus memberitahukan mereka agar membelikan aku baju karate ini.

Rupanya bukan kabar baik dari orangtuaku yang aku dapatkan justru larangan keras buatku untuk mengambil ekstrakurikuler beladiri karate ini. Sampai-sampai ibuku mengambil bajuku dan memasukkannya ke dalam kompor yang sedang menyala, aku sedih dan langsung mengambil baju tersebut yang masih belum terbakar dan masih bisa dipakai. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap ikut beladiri ini, dengan cara menyisihkan sebagian uang sakuku untuk menyicil membayar baju karate ini agar bisa tetap ikut latihan di sekolah.

Enam bulan berlalu akhirnya aku bisa naik sabuk kuning dari awalnya sabuk putih, dan setelah itu aku didaftarkan oleh pelatihku untuk bertanding di salah satu markas TNI AD di kotaku. Kali ini aku beritahu ibu, ayah, dan juga nenekku, dan akhirnya mereka mau menyaksikan aku bertanding. Saat itu lawannya adalah anak-anak sekolah dari daerah lain seperti dari Pekanbaru, Riau, Padang, Sumbar, juga ada dari Jambi. Tiga kali bertanding akhirnya aku masuk ke babak final, aku mendengar suara ibuku yang memberikan semangat dari pinggir lapangan, sangat terharu dan aku berkata di dalam hati, “Aku janji Mak, aku akan kasih yang terbaik dengan membawa medali emas untuk kalian dan juga untuk sekolahku," dan akhirnya aku menang dan mendapatkan medali emas seperti yang aku inginkan.

Ibuku memelukku dan meminta maaf dulu aku sempat dilarang untuk ikut olahraga yang mungkin bagi seorang wanita ini cukup kasar dan berosiko, dari sinilah timbul niat di hatiku untuk terus giat berlatih beladiri sehingga bisa jadi atlet yang mengharumkan nama daerah, dan aku ingin beda dari wanita lain dan aku akan tunjukkan kalau wanita pun bisa menjadi seseorang yang di andalkan.

Banyak pertandingan yang telah aku ikuti selama aku kuliah, mulai dari Pekan Olahraga Kota (PORKOT), setelah lolos di PORKOT naik lagi ke kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) selanjutnya masuk ke PRA PON, hingga PON yang telah aku lalui, sampai sekarang telah banyak medali, mulai dari medali emas, perak dan perunggu yang terpajang di dinding rumahku, juga piala-piala menjadi juara best of the best putri. Akhirnya di 2015 aku telah lulus kuliah menyandang gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dengan IPK 3,45 juga dengan predikat lulusan tercepat di antara teman-teman sekelasku.

Menjadi pelatih./Copyright Wanodya Ayu Tama

Setelah lulus kuliah aku mendapat tawaran dari pelatihku untuk menjadi pelatih. Ya, sekarang aku telah memakai sabuk hitam DAN 2, banyak DOJO dalam bahasa Jepang yang artinya tempat latihan karate yang aku pegang. Hingga beberapa sekolah yang aku ajari beladiri ini, aku suka sekali dari hobiku ini bisa menghasilkan rezeki buatku. Ratusan murid (KOHAI) yang sudah aku ajar dan sekarang aku juga sudah memiliki asisten pelatih yang aku ambil dari anak-anak SMK yang telah menyandang sabuk coklat. Kini menjadi seorang pelatih telah menjadi pekerjaan utama buatku, dalam satu minggu itu ada 10 Dojo yang harus aku datangi untuk melatih anak-anak dan mengajarkan mereka jurus jurus karate, dalam satu hari ada yang jadwalnya pagi, sore dan malam.

Mengajar./Copyright Wanodya Ayu Tama

Di awal tahun kemarin aku juga sedang belajar menjadi seorang wasit untuk pertandingan yang mana aku lah satu-satunya wanita yang menjadi wasit. Aku selalu yakin wanita adalah makhluk yang kuat dan multitasking. Wanita juga bisa melakukan semua pekerjaan lelaki, tetapi tidak semua lelaki bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, karena bagiku wanita tangguh itu adalah dia yang tidak maja atau ingin dimanja.

Wanita haruslah menjadi pribadi yang cerdas dan mandiri, kemandirian dalam diri wanita bukan hanya terlihat dari permukaan aktivitas hariannya, tetapi lebih kepada kemandirian dari dalam pikiran dan hatinya. Dari situlah kita sebagai wanita bisa meraih kebahagiaan. Tapi wanita tangguh juga butuh pria idaman semoga secepatnya aku bisa menemukan lelaki itu, setelah banyak yang minder dengan profesiku ini.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading