Sukses

Lifestyle

Memberi ASI kepada Anak Tak Menghalangi Pekerjaan dan Dinasku ke Luar Kota

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Apapun pekerjaan kita, sekalipun itu berat tetap tidak akan menghalangi kita untuk bisa terus memberikan ASI asal kita memiliki tekad sekuat baja.

Menjadi seorang ibu dan bekerja merupakan pengalaman yang luar biasa bagiku. Rasanya bahagia sekali ketika melahirkan seorang putri cantik dan sehat. Namun rasa bahagia itu harus dilalui dengan sebuah perjuangan.

Sejak hamil, aku dan suami sudah memutuskan untuk bisa memberikan ASI kepada anak kami nantinya sampai dua tahun sehingga kami berdua akhirnya mengikuti kelas edukasi menyusui. Rasanya saat anak kami lahir, aku sudah percaya diri bahwa ASI bisa langsung keluar. Namun ternyata teori tidak semudah itu untuk dipraktikan. Tekanan dari keluarga yang memaksa untuk tambah sufor namun aku tetap menjelaskan bahwa untuk saat ini ASI aku masih cukup untuk anakku. Payudara bengkak, meriang, dan dipompa sesering mungkin namun ASI tetap masih saja sedikit.

Puncaknya adalah ketika seminggu setelah pulang ke rumah ternyata anakku harus masuk NICU karena bilirubinnya tinggi dan dokter memintaku untuk bisa memompa ASI sampai 600 ml dalam sehari untuk membantu menurunkan bilirubin anakku. Aku bingung dan terdiam sambil memikirkan bagaimana caranya aku bisa mendapatkan ASI sebanyak itu sedangkan setiap memompa hanya dapat 40 ml. Tanpa berpikir panjang aku hanya pasrah saja dan melakukan apa yang diminta oleh dokter.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Saat anakku terbangun aku menyusui dan saat dia tidur aku mompa walaupun hasilnya tidak sebanyak yang dibutuhkan. Suami tetap menyemangatiku, setia menemani dan akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di hotel sebelah rumah sakit agar setiap saat bisa mengantarkan ASI.

Setelah 2 hari masuk NICU akhirnya anakku kembali sehat dan bilirubinnya sudah normal tanpa bantuan susu formula. Dokter memutuskan untuk tetap lanjut ASI saja. Aku bahagia sekali mendengarnya ternyata apa yang aku sudah lakukan selama dua hari ini, walaupun setiap mompa keluarnya hanya sedikit tetapi bisa memenuhi kebutuhan anakku.

Pasca pulang dari rumah sakit, alhamdulilah ASIku lancar. Ujian selanjutnya adalah ketika aku mulai melakukan persiapan kembali ke kantor. Anakku tergolong anak yang cukup kuat minum susu, ketika setelah menyusui secara langsung tetap harus tambah ASIP. Selama cuti aku terus berpacu mengumpulkan ASIP walaupun akhirnya tetap langsung diminumkan oleh anakku. Setiap hari power pumping, rutin mompa setiap 2 jam sekali dan akhirnya tetap hanya bisa mengumpulkan 20 botol ASIP sampai sehari sebelum aku kembali bekerja. Setiap harinya anakku minum 800 ml ASIP selama 8 jam aku tinggal kerja, sedangkan aku setiap pulang kerja hanya membawa 400 ml sehingga kekurangannya selalu aku kejar di tengah malam ketika anak sudah tertidur dan pagi hari sebelum berangkat kerja.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Hari-hari kulalui dengan menyenangkan sebagai seorang ibu menyusui dan ibu bekerja. Pola yang aku jalani cukup nyaman dan tidak mengganggu ritme pekerjaan walaupun aku rutin mompa di kantor. Hingga suatu hari aku sakit karena terlalu lelah bekerja dan produksi ASI menurun drastis. Setiap hari harus selalu mengambil stok beku ASIP karena aku tidak bisa memenuhi target mompa 800 ml setiap hari sampai suatu ketika aku tidak memiliki stok ASIP sama sekali dan aku memutuskan untuk memakai jasa antar jemput asi. Hasil mompa siang di kantor langsung aku kirim ke rumah dan ini terjadi selama dua minggu sampai produksi ASIku kembali banyak.

Memasuki usia 5 bulan bersamaan dengan 2 bulan aku kembali bekerja, atasanku mulai menanyakan kapan aku bisa dikirim untuk dinas ke luar kota. Akhirnya apa yang aku takutkan selama ini terjadi juga. Pekerjaanku di bidang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (LK3) atau biasa disebut dengan departemen EHS membuatku tidak selalu bisa kerja di belakang meja saja tapi juga harus sering ke lapangan. Adakalanya aku harus pergi kunjungan ke cabang atau site di luar Jakarta untuk melakukan audit atau development ke area-area tersebut. Akhirnya aku menjawab pertanyaan tersebut dengan meminta waktu tambahan 1 bulan untuk bisa mengumpulkan ASIP selama aku dinas nanti.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Dengan keinginan yang kuat untuk selalu memberikan ASI untuk anakku dan tetap profesional dalam menjalankan pekerjaan, waktu tambahan yang diberikan oleh atasanku tidak aku sia-siakan. Setiap pukul 14.00 dan 17.00 melakukan power pumping, di kantor selalu rutin pompa 3x di jam yang sama, pulang selalu tepat waktu agar tidak mengurangi stok ASIP, mencoba semua booster ASI mulai dari suplemen makanan, minum susu kedelai dan makan sayur katuk setiap hari dan berdoa tanpa henti agar selalu diberikan asi yang cukup untuk anakku. Semua itu terus aku lakukan sampai akhirnya waktu dinas itu tiba. Rasanya tidak menyangka, dari yang aku tidak memiliki stok ASIP sama sekali bisa akhirnya menyewa freezer ASI karena stok ASIP akhirnya berlimpah. Awalnya ragu untuk memutuskan dinas ke luar kota akhirnya aku mantap memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Tepat anakku usia 7 bulan, aku meninggalkannya untuk dinas ke daerah Kalimantan, ini adalah dinas pertama setelah setahun dari mulai hamil aku belum pernah lagi dinas ke Kalimantan. Rasanya sedih harus meninggalkan anak, namun sebagai seorang pekerja aku tetap harus menjalankan tugasku tanpa meninggalkan hak anakku untuk minum ASI. Perjalananku hanya seminggu namun perjuangannya luar biasa karena aku masih menjadi seorang ibu yang menyusui anaknya.

Tugasku dimulai dengan melakukan audit di Banjarmasin, jadwal yang cukup padat namun aku masih tetap menyempatkan untuk pompa ASI. Pompa ASI pun bukan di ruang khusus karena di sana tidak menyediakan ruang laktasi, sehingga mencari-cari tempat kosong, mushola atau bahkan di mobil dan penyimpanan ASIP pun dilakukan di pantry. Setelah dari Banjarmasin, aku melanjutkan perjalanan ke Satui (salah satu pertambangan di daerah kalimantan) yang kurang lebih menghabiskan 6 jam perjalanan dan aku melakukan 2 kali pompa ASI di dalam mobil. Semakin ke area tambang semakin jauh dari yang namanya kenyamanan untuk pompa, semakin sulit mencari-cari tempat untuk pompa, menyimpan ASI, namun aku tidak putus asa sampai bisa menemukan semua itu.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Setelah dari Satui lanjut ke Batulicin dan terakhir ke Rantau. Perjalanan yang cukup melelahkan, setiap hari pindah-pindah hotel, pindah tempat kerja, lama dalam perjalanan dan beberapa kali skip pompa karena jadwal pompa digunakan untuk meeting. Setelah sampai hotel larut malam, rekan kerja sudah langsung istirahat sedangkan aku masih sibuk pompa ASI, mencuci semua peralatan pompa dan merapikan hasil pompa untuk dititipkan ke pihak hotel karena di dalam kamar tidak sedia freezer. Seperti itulah yang aku lakukan selama perjalanan dinas setiap harinya. Lelah? Tidak, aku bahagia bisa melakukan semua itu.

Sudah seminggu waktu berlalu dan saatnya aku kembali ke rumah, rasanya sangat bahagia. Membawakan oleh-oleh untuk si kecil 55 kantong ASIP yang terbagi dalam 2 cooler box. Semua kantong ASIP tersebut sampai dengan selamat dan dalam posisi beku tidak ada yang cair sehingga sesampainya di rumah langsung aku pindahkan ke freezer dan juga langsung memeluk anakku dan menyusuinya langsung.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Rasa capek dan lelah langsung hilang seketika ketika anakku memelukku dengan erat. Aku belum menyangka bahwa aku mampu melakukan ini semua. Menyelesaikan pekerjaanku dengan baik, tetap profesional menjalankannya tanpa menolak sedikitpun keputusan atasan, dan anakku tetap mendapatkan haknya untuk bisa minum ASI. Sampai dengan saat ini usianya menginjak 1 tahun 2 bulan, anakku masih full ASI dan aku tetap masih sering ke luar kota untuk dinas.

Memberikan ASI kepada anak tidak akan menghalangi pekerjaan kita dan apapun pekerjaan kita, sekalipun itu berat tetap tidak akan menghalangi kita untuk bisa terus memberikan ASI asal kita memiliki tekad sekuat baja. Pekerjaan lancar, anak sehat, mama senang, papa senang, keluarga senang dan semua bahagia. Ya, saya bisa. I’M POSSIBLE.     




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading