Sukses

Lifestyle

Merantau Tak Cuma Mengubah Nasib, Tapi Menemukan Kehidupan Baru

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Inilah sepenggal kisahku.

Merantau, kata yang mungkin terdengar biasa tapi tak mudah menjalaninya. Apalagi ketika di perantauan mengalami hal-hal yang kadang tak terduga juga. Sungguh tidak mudah hidup di tempat yang jauh dari rumah kita.  

Aku yang sedari lulus SMA langsung pergi ke sebuah kota yang lumayan besar tempatnya dan peluang kerjanya ini masih di sini bahkan sampai sekarang. Dulu sekali waktu masih sekolah punya banyak cita-cita yang ingin dicapai, dari dokter lah, polwan, pegawai kantoran, PNS, bahkan yang paling aku suka menjadi suster. Itu cita-cita lumrah sekali dalam anak sekolahan ketika belum lulus karena di pikiran mereka profesi itu sangatlah mudah di sebut tanpa tahu bagaimana prosesnya. Semua tak mudah dan semua akan hilang di pikiran ketika tahu bagaimana sulitnya cita-cita itu dicapai.

Ketika tiba saat lulus, aku dan teman baikku membuat janji dengan cita-cita kita menjadi suster dan berkuliah di tempat yang sama.  Betapa semangatnya ingin itu kala waktu itu. Tibalah saatnya aku berpisah di kampung yang dari kecil hingga besar di tempat itu untuk pergi ke kota yang kebetulan di kota itu ada kakak perempuan aku yang bekerja di sana dan waktu itu aku berangkat tidak sendiri, aku diantar mama karena tujuan aku ke kota untuk kuliah. Sedih dan juga belum terbiasa dengan keadaan dan suasana baru itu membuat aku sedikit gelisah waktu sampai di kota ini. Karena di sini ada kakak, lama-kelamaan jadi terbiasa juga.

Tujuan utama sebenarnya ke kota ini untuk kuliah karena nanti dibiayai kakak. Tiga hari kemudian temanku datang untuk mengajak ke kampus yang telah kami rencanakan untuk kuliah Akper waktu itu, pergilah kita di kampus tersebut untuk mengambil formulir dan mengikuti tes persyaratan dasar untuk seleksi mahasiswa baru.  Kami berdua lulus dan pulang membawa formulir yang harus di isi dan nanti kembali untuk diserahkan di administrasi kampus.  Dengan semangatnya aku mengisi formulir itu dengan hati yang senang.  Besoknya mau kuantar, tiba-tiba kakak bilang kalau kuliahnya dibatalkan saja dan aku lebih baik kerja dulu. Sedih, kecewa dan bingung waktu itu jadi satu, entah mau ngomong apalagi hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Beberapa bulan kemudian, kakak menyuruhku mengurus berkas untuk melamar kerja di toko tempat dia kerja.  Aku iyakan saja maunya kakak tapi sambil berdoa semoga tidak di terima, karena masih ada rasa kecewa di hati. Alhasil aku tak diterima karena waktu itu lumayan banyak juga yang melamar. Lagi yang kedua kali aku pun melamar kerja di sebuah perusahaan ekpedisi di tempat saudara dan masih doa yang sama dan tampangnya wajah aku yang tak ada semangatnya waktu sesi wawancara dan lagi aku tak di terima.  

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Ada rasa puas di hati karena tak kunjung juga diterima karena itu kakakku yang resah sampai akhirnya dia suruh aku untuk kursus komputer.  Setelah kursus dalam jangka tiga bulan akhirnya aku ditawari pekerjaan di sebuah toko baru yang mencari kasir yang menguasai komputer.  Kebetulan di tempat aku kursus, pemiliknya dan pemilik toko itu berteman jadi aku dan teman-teman cewek yang barusan selesai kursus waktu itu langsung di tawari kerja di bagian kasir tanpa harus memasukkan berkas-berkas dan mengisi lamaran kerja lagi.

Pertama kali kerja awalnya masih rada heran dengan suasana apalagi baru kerasa seperti itukah kerja. Waktu itu karena toko baru awal buka jadi aku dan teman-teman kerja fulltime tiap hari dan hampir tak pernah ada off, dan kupikir kalau kerjaan sebegini fullnya berarti nanti gaji pun agak lumayan nantinya.  Hm... hanya bisa bergumam ketika gajian pun tiba dan sempat syok dengan gaji waktu itu hanya Rp 500.000,- (tahun 2007) tapi alhamdulillah disyukuri karena gaji pertama aku ya walaupun sedikit mengecewakan tak apalah. Setahun kerja di toko dengan gaji yang serupa tak pernah ada perubahan sampai satu ketika aku pun bolos kerja pas toko lagi sibuk-sibuknya dan aku pun di pecat dengan alasan bolos kerja.  Menyesal? Oh tidak, kurasa mungkin dengan berhenti itu yang terbaik.

Seminggu sudah aku pengangguran, tak tahu harus mencari kerja di mana lagi sedangkan aku paling malas untuk urusan mengurus berkas dan menulis lamaran kerja. Tiba-tiba instruktur komputer di tempat aku kursus waktu itu menelpon dan bertanya kabar, entah kenapa tiba-tiba dia bertanya apakah aku masih kerja dan jawabku, “Tidak lagi." Tak disangka dia menawarkan pekerjaan untuk aku sebagai asisten di tempat kursusnya, tak perlu berpikir lama akupun mengIyakan pekerjaan itu.  

Tanggal 01 Agustus 2008 jadi awal aku menjadi asisten pengajar computer di tempat kursus aku dulu. Memulai lagi yang dari awal sampai bisa mengajar sendiri untuk setiap siswa walau masih face to face, dari menjadi pengawas sampai bisa tampil di depan layaknya seorang pengajar handal dengan background sarjana pun akhirnya aku bisa tampil percaya diri walau aku tahu aku hanya seorang lulusan SMA dengan dasar komputer yang standar. Yang kukuasai hanyalah materi standar kursus yang disediakan di sini, Microsoft Office.  

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Sekarang 10 tahun pun berlalu dan aku masih betah di tempat ini, masih bertahan di tempat ini menjadi seorang pengajar komputer untuk semua kalangan dan bukan sebagai asisten lagi.  Dan untuk masalah gaji, tak seperti gaji waktu di toko dulu ataupun sekarang tentunya, tak seperti gaji kantoran tentunya dan tak seperti gaji PNS.  Karena di sini sistemnya penggajiannya mengikuti banyak dan sedikitnya siswa yang kursus, tapi selalu aku syukuri itu karena dengan mencintai pekerjaan beban lain akan terasa ringan.

Pernah ada rasa minder, pernah juga ada rasa iri dan pernah ada rasa tak percaya diri karena tak berkuliah dan tak bekerja di tempat yang bagus dengan menggunakan seragam yang cantik.  Semua rasa itu selalu timbul ketika ketemu teman sekolah yang dulu pernah mau berjuang bersama dan sekarang dia menjadi suster yang cantik, teman yang menjadi guru, teman yang menjadi pns bahkan teman yang menjadi polisi.

Pernah juga dikucilkan teman sendiri walau tak secara langsung dan pernah juga hilang kontak dengan mereka. Tapi seiring berjalannya waktu dan semakin dewasa, aku sadar semua pekerjaan itu mulia dan tak boleh berkecil hati apapun profesi kita karena masih banyak di luar sana yang mungkin menginginkan pekerjaan seperti kita.  Selalu tunjukkan semangat dan senyum biar semua orang tahu kita selalu bahagia dengan keadaan kita dan jangan mengeluh karena Allah selalu ada untuk kita dalam susah, suka, maupun duka. Semangat!




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading