Sukses

Lifestyle

Wanita Anak Pertama Itu Bahunya Sekuat Besi dan Hatinya Setegar Karang

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Wanita anak pertama itu bahunya harus sekuat besi dan hatinya harus setegar karang di laut.

Perkenalkan namaku Eka Dinda Lestari dan ini adalah kisah dan perjalanan hidupku sendiri. Aku anak pertama dari 4 bersaudara dan aku kelahiran 10 Agustus 1992. Ya aku memiliki dua orang adik perempuan dan seorang adik laki -laki. Saat ini usiaku sudah 25 tahun dan saat ini aku sedang berada di Vietnam. Di sini aku kerja sendiri sementara keluargaku di Medan. Sebelumnya aku belum pernah sama sekali yang namanya merantau sejauh ini apalagi pisah dari mama dengan waktu yang cukup lama. Namun keadaan ini yang memaksaku harus menjalaninya dengan kuat dan juga ikhlas.

Ketika aku masih duduk di bangku SMP aku begitu bahagia tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang sudah beranjak dewasa dan mengenal cinta monyet. Singkat cerita aku mulai duduk di bangku SMA dan di situ keadaan keluarga mulai drop karena papa mengundurkan diri dari perusahaannya disebabkan ada sedikit kesalahpahaman terjadi pada rekan kerjanya dan papa yang mengalah dengan mengundurkan diri. Dimulai dari saat itu keadaan keluargaku mulai drop dan semakin menurun, satu per satu barang yang ada di rumah mulai dijual untuk menyambung hidup. Sebagai anak pertama tentu saja aku mulai merasa terbebani dan mulai berpikir membantu keluarga untuk mencari uang.

Berjuang menyambung hidup./Copyright pixabay.com

Kala itu aku duduk di kelas X SMA, aku mulai mencoba bertanya–tanya pada teman–teman sekelasku apakah ada pekerjaan yang bisa aku kerjakan di usiaku yang masih belia dan masih berstatus pelajar kala itu. Dan Puji Tuhan, salah satu teman sekelasku menawariku bekerja pada salah satu salon tidak jauh dari rumahku. Di situ aku coba melamar dan diterima dengan baik dan diperbolehkan bekerja sambil sekolah karena memang salon tersebut memang salah satu salon yang cukup terkenal dan ramai, sehingga membutuhkan banyak karyawan. Saat itu tentu saja aku sangat begitu bersyukur aku bisa bekerja di situ dan aku sangat nyaman setidaknya aku bisa sedikit membantu keluargaku.

Setelah papa setahun menganggur akhirnya papa mendapatkan pekerjaan serabutan yang bergaji tidak seberapa. Sebagai anak pertama, aku berusaha bertahan tiga tahun sekolah sambil bekerja untuk bisa menghasilkan uang untuk bisa memenuhi kebutuhan keluargaku. Tahun demi tahun sudah berlalu dan aku sudah tepat 7 tahun masih bertahan kerja di salon itu. Tentu saja selama itu aku bukan tidak disertai dengan badai yang kuat. Hinaan, caci maki dan direndahkan tentu saja sudah menjadi makananku sehari–hariku. Namun, aku tetap tegar menjalani semuanya dengan baik hanya untuk satu alasan, yakni keluargaku.

Tegar menjalani semua./Copyright pixabay.com

Pada tahun kedelapan tampaknya aku dan keluargaku sedang diuji lagi karena papa diharuskan berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja dikarenakan perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan. Dan akhirnya papa pun kehilangan kerjaan, hari demi hari berlalu papa belum mendapatkan pekerjaan barunya dan juga tampaknya memang tidak bisa hanya mengandalkan gajiku di salon yang memang tidak seberapa besar berhubung memang namanya hanya salon di sebuah daerah kecil saja. Sebagai anak pertama tentu saja aku kembali berpikir bagaimana agar aku bisa menyelamatkan keluargaku. Aku pun sigap mencari informasi dan tak lelahnya bertanya–tanya untuk meminta batu loncatan alias pekerjaan baru yang bisa mendapatkan gaji lumayan.  

Aku masih ingat betul saat itu tepat tanggal 25 januari 2016 aku ditawari pekerjaan baru di Vietnam oleh salah satu tetanggaku yang kebetulan memiliki keluarga di sana. Aku pun dengan sigap mengiyakan untuk mau bekerja di sana. Tepat awal Februari aku berangkat dengan berat hati karena memang sebelumnya aku belum pernah merantau dan jauh dari mama namun demi mereka juga aku kuatkan tekadku untuk berangkat.

Sampailah aku di Vietnam dan mulai bekerja pada 2 Februari 2016 sebagai salah satu pembantu rumah tangga dengan gaji Rp5 juta perbulan. Majikanku memang baik sekali namun menurutku dia keterlaluan memberikan pekerjaan yang terlalu banyak dan berat bagiku. Berhubung karena aku dikontrak dengan syarat bila sebelum satu tahun di sana aku sudah pulang maka akan dikenakan sanksi atau denda sebesar Rp10 juta rupiah, aku berusaha bertahan.

Semua demi keluarga./Copyright pixabay.com

Dengan berat hati aku lalui semua pekerjaan berat dan banyak itu sendiri, terkadang cacian, makian dan direndahkan oleh majikan pun harus kuterima karena sebuah kesalahan atau ketika aku ingin meminta waktu beristirahat dikarenakan badanku yang tidak enak. Tak jarang air mataku sering menemani hari–hariku, tapi aku mencoba tegar tiap kali menelepon keluarga di kampung.

Ketika mama, adik dan papa menanyakan kabar, aku selalu berusaha menahan air mataku dan mengatakan aku sangat bahagia di sini. Kebohongan–kebohongan pun terpaksa kubuat demi keluargaku. Aku selalu mengatakan aku sangat bahagia di sini. Aku tidak pernah sakit karena banyak waktu istirahat yang aku dapatkan pada pekerjaanku di sini.  Dengan begitu maka keluargaku pun bisa dengan tenang menerima gajiku untuk dipakai di kampung.

Hari-hari yang berat di sini aku lalui dengan tekanan batin dan air mata yang selalu menemaniku. Namun satu yang selalu membuatku mampu bertahan dan kuat selama ini, yaitu aku di sini bertahan demi keluarga dan untuk keluarga. Untuk anak-anak pertama yang sedang berjuang di luar sana, jika ingin menyerah maka ingatlah bertahan untuk keluarga dan demi keluarga.

Bayangkan saja jika kalian mundur dan menyerah, tentu saja kalian akan membuat keluarga kalian sedih dan bingung untuk menyambung hidup. Nah, dikarenakan aku anak pertama maka tampaknya inilah caraku membuktikan bahwa memang anak pertama itu bahunya harus sekuat besi dan hatinya harus setegar karang.




(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading