Sukses

Lifestyle

Kuliah Sambil Berdagang, Tak Perlu Malu Menjalaninya

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Tahun akhir merupakan masa-masa tersulit bagi makhluk bernama mahasiswa. Bagaimana tidak? Pada masa itu, tidak hanya pikiran yang bekerja untuk merangkai kata-kata menjadi kalimat, lalu menjadi paragraf-paragraf, hingga menghasilkan output berupa laporan tugas akhir atau yang dibahasakan secara umum dengan istilah skripsi. Tenaga, waktu, dan biaya juga merupakan hal yang sangat urgent untuk dimiliki mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhirnya.

Skripsi bagi banyak orang adalah cikal bakal memperoleh pekerjaan, karena dengan menyelesaikannya, orang akan mendapatkan ijazah kemudian menggunakannya untuk memperoleh kerja. Tentu kerja yang layak yang diharapkan bisa mencukupi kebutuhannya. Tapi saya berbeda. Saya menyukai dunia bisnis terutama dalam bidang perdagangan dan kewirausahaan. Perlu diingat, ada perbedaan makna antara perdagangan dan kewirausahaan.

Ketika saya belajar semasa S1 dulu, saya memahami kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Jika perdagangan adalah proses memindahkan barang, maka kewirausahaan adalah bagian dari cara menghasilkan atau memproduksi atau menginovasi suatu barang. Well, saya akan bercerita mengenai persepsi-persepsi saya selama kuliah hingga kisah-kisah yang bagi saya itu menjadikan untuk tetap kuat sebagai perempuan.

Berjuang untuk kuliah./Copyright pexels.com

Saya perempuan bersuku Batak Mandailing, terdaftar di Universitas Andalas pada tahun 2013 sebagai mahasiswi jurusan Sosiologi. Saya anak bungsu dari 7 bersaudara, tapi orang tua memberlakukan kami samarata. Tidak ada anak yang ‘paling’ dalam keluarga kami. Semuanya memiliki peluang dan dukungan-dukungan yang sama. Saya kuliah menggunakan beasiswa bidikmisi dari pemerintah, dan kedua orangtua bekerja sebagai guru mengaji. Hebat bukan? Bagi saya, mereka bukan hanya mendapatkan sisi-sisi duniawinya, tapi juga sisi akhiratnya, dan itu jarang sekali didapatkan oleh orang-orang.  

Sejak pertama kali masuk kuliah di kampus tersebut, saya mengikuti 4 organisasi sekaligus secara berkala dan saya selalu ditempatkan pada bidang yang bisa disebut sebagai ‘pemberdayaan perempuan’. Kami mengangkatkan agenda-agenda seminar khusus pada tiap minggunya untuk kaum perempuan. Tidak hanya berkecimpung dalam organisasi, saya juga menggiati dunia berdagang untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sebagai perantau.

Saat itu, saya suka berdagang roti goreng ke asrama mahasiswa. Saya menggunakan fasilitas bus ke pabrik rotinya, dan membawanya lagi dengan bus untuk dijual ke asrama mahasiswa. Saya menyenangi dunia berdagang ini karena dengannya saya banyak mengenal orang-orang. Dengan berdagang, memampukan saya beradaptasi banyak hal. Dengan berdagang pula, saya memiliki beberapa teman dari negara lain sebab mereka adalah pelanggan-pelanggan saya. Menjalani ini, bagi sebagian orang tentu cukup sulit. Katakanlah, perasaan malu atau takut barang dagangan tidak terjual, dan banyak faktor lagi yang menyebabkan orang tidak mau berdagang hal-hal sepele seperti roti goreng. Saya bisa membeli sambal dengan menyisihkan untung dari jual roti goreng. Dan perasaan saya saat itu adalah bahagia, sebab dapat memperoleh uang untuk keperluan perut dengan cara dan jerih payah sendiri.

Cari ide memenuhi kebutuhan sendiri./Copyright pexels.com

Terlepas dari itu, di semester ke-6 karena tuntutan akademik untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) sayapun berhenti melakukan aktivitas berdagang karena daerah KKN ditentukan oleh kampus. Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Setelah KKN, saya mulai dipanggil oleh dosen-dosen untuk melakukan penelitian yang didanai oleh pihak kampus maupun luar kampus. Dan itu lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup per bulannya. Sangat lumayan. Selain menambah ilmu dan pengalaman, juga menambah penghasilan.

Melewati masa-masa tahun akhir untuk menyelesaikan skripsi ditambah kesibukan penelitian-penelitian bersama dosen tentu manajemennya tidak mudah. Saya punya kewajiban untuk segera tamat tepat waktu dan tetap mengerjakan penelitian-penelitian dosen. Pada saat yang bersamaan, saya mencoba bisnis lagi, dengan memulai bisnis selempang. Karena jika menilik pasarnya mahasiswa, trennya adalah menggunakan selempang setelah ujian kompre selesai.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan./Copyright pexels.com

Saya menjual selempang dengan harga Rp 55.000 dengan modal bahan dan bordirnya sebanyak Rp 30.000. Di saat orang lain menjual dengan harga di atas saya, saya memilih untuk menetapkan harga segitu saja. Saya ‘hidupkan’ bisnis ini di media sosial dan mempromosikannya pada junior-junior di jurusan. Bisnis ini terus berjalan hingga saat ini dan alhamdulillah saya sudah memiliki toko dengan nama ‘Toko Sarjana’ walaupun hanya toko kecil saja, tapi saya berharap ini terus berkembang.

Waktu terus berjalan, alhamdulillah berkat yakin saya lulus dengan predikat Dengan Pujian (Cumlaude) dan masa studi 3 tahun 8 bulan. Lalu saat ini, saya sedang menjadi mahasiswa magister sosiologi di kampus yang sama. Apa yang ingin saya sampaikan adalah, pengalaman-pengalaman yang sudah saya bagikan di atas, yakni tentang mimpi-mimpi yang terasa sulit dicapai, tentang waktu yang perlu dikondisikan, tentang materi yang harus diminimalkan, sebenarnya untuk mengajak pembaca semua bahwa yakin dan usaha adalah modal hidup. Ketika sudah melewatinya, saya bahkan tidak ingat masa-masa tersulit yang pernah saya hadapi dulu. So, di mana ada kemauan, di situ kita buat jalan.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading