Sukses

Lifestyle

Surveyor, Pekerjaan Penuh Tantangan yang Membuatku Jadi Wanita Tangguh

Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.

***

Jangan takut untuk mencoba pekerjaan yang penuh tantangan, justru dari situ kau akan menemukan dirimu yang sesungguhnya, seberapa besar dan seberapa tangguh dirimu dalam menghadapi tantangan dan ancaman saat bekerja.

Menjadi surveyor bukanlah cita-citaku dari awal. Waktu duduk di sekolah dasar yang terbesit di pikiranku adalah menjadi guru. Ketika SMP cita-citaku berubah menjadi seorang dokter dan ketika SMA kembali bertransformasi menjadi seorang dosen. Sama sekali tidak pernah terbesit dan terpikir di benakku untuk menjadi seorang surveyor. Bahkan ketika duduk di bangku kuliah aku sempat blank ketika ditanya akan menjadi apa nantinya. Maklum mungkin masih dalam proses pencarian jati diri hehe.

Well, kata surveyor mulai kukenal ketika aku tengah berada di tahap akhir perkuliahanku. Waktu ujian skripsi alias kompre telah kuselesaikan dengan mulus dan tinggal menunggu jadwal wisuda, aku mulai berpikir untuk mencari pekerjaan sekadar untuk nambahin uang jajan berhubung perkuliahan sudah tidak ada lagi dan jatah uang bulanan yang dikirim pas-pasan. Aku mulai sering browsing dan tanya teman-teman tentang info lowongan kerja.

Hingga akhirnya salah seorang teman menawarkan ikut kegiatan survey selama 3 hari untuk melakukan interview pada masyarakat terkait masalah pemilu. Masing-masing orang harus mengisi sebanyak 10 angket kuisioner dan 1 angketnya di hargai 50.000. Belum termasuk uang makan dan transportasi sebesar 600.000 jadi gaji survey selama 3 hari adalah RP 1.100.000. Jumlah uang segitu belum tentu aku dapatkan jika aku hanya duduk diam di rumah, lebih baik menambah masukan daripada menambah pengeluaran, bukan? Akhirnya di menit itu juga aku menerima tawaran temanku. Di situlah pertama kali aku mendengar kata surveyor dan pertama kali aku menjadi seorang surveyor hingga hari ini.

Menjadi surveyor ternyata banyak tantangannya./Copyright Nursittah

Menjadi surveyor tidak semudah yang kubayangkan, tadinya kupikir awalnya hanya duduk bercakap-cakap dengan responden sambil menanyakan poin-poin pertanyaan. Namun, ternyata sama sekali jauh dari anggapanku. Kita tidak bisa memilih sendiri daerah mana yang akan kita tuju, rumah siapa saja yang akan kita datangi, dan responden mana yang akan kita wawancara. Semuanya diacak melalui metode perhitungan yang juga kita lakukan sendiri berdasarkan KK dari desa terpilih. Bayangkan terlebih dahulu kita harus menyusun ratusan KK berdasarkan abjad dari A-Z, dari situ baru lah kita bisa menentukan responden yang akan diwawancarai dengan syarat harus berumur 17 tahun ke atas.

Baiklah itu masih permulaan, tantangan-tantangan selanjutnya satu per satu mulai terpampang di depan mata. Akses menuju lokasi terkadang hanya bisa dilakukan dengan transportasi sungai karena rata-rata kegiatan survey khusus untuk proyek pembangunan pedesaan dilakukan di daerah-daerah terpencil dan terpelosok. Jadilah aku berangkat ke lokasi survey dengan menggunakan speedboat atau perahu getek.

Pernah suatu kali aku dan tim survey lainnya berada di atas perahu ketek dan didekati oleh seekor buaya, can u imagine that? Mungkin bagi teman-teman itu hal yang biasa tapi bagiku itu adalah pengalaman pertamaku bertemu buaya liar (bukan di kebun binatang) dengan jarak yang cukup dekat. Dan tantangan yang paling besar menurutku adalah bagaimana caranya mengajak masyarakat (khususnya masyarakat desa) untuk mau terbuka dengan orang baru yaitu dengan kami para surveyor apalagi beberapa poin pertanyaan yang akan kami ajukan cukup sensitif untuk diberitahu. Melakukan pendekatan secara instan kepada masyarakat tidaklah mudah, karena mindset dari kebanyakan masyarakat pedesaan adalah takut dan tidak mau untuk membuka diri kepada orang baru.

Ada banyak suka dukanya./Copyright Nursittah

Suka duka menjadi seorang surveyor telah kurasakan selama hampir setahun ini. Beragam penolakan sering kuterima dari responden yang tidak mau atau tidak bersedia untuk diwawancarai. Mulai dari responden yang tidak mengakui namanya sendiri, responden yang hanya mengintip dari kaca jendela tanpa mau membukakan pintu, responden yang hanya menjawab “tidak tahu” dan beragam ketakutan dan kebohongan yang berujung penolakan untuk diwawancarai. Namun sebagai surveyor aku tidak boleh memaksakan diri untuk tetap bersikeras melakukan wawancara pada responden yang tidak bersedia, kita tetap harus senyum sopan dan pamit dengan baik-baik ketika ditolak.

Nah, justru di balik duka ini aku banyak belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang memiliki watak yang berbeda-beda. Ini merupakan tantangan tersendiri bagiku, di mana dulunya aku adalah seorang pemalu dan pendiam yang kurang pandai berbicara di depan umum. Namun semenjak menjadi surveyor aku banyak belajar dan mau tidak mau harus berani mendekatkan diri dengan responden dan siap-siap pasang muka tembok jika ditolak.

Pergaulan makin luas./Copyright Nursittah

Sukanya menjadi surveyor adalah pergaulan kita menjadi luas dan memiliki banyak kenalan dari berbagai daerah karena banyak dan beragamnya daerah yang kita datangi yang tentunya memiliki adat, budaya, kebiasaan, serta makanan khas yang juga beragam dan ini tentu saja menambah pengetahuanku. Beberapa responden yang ramah sampai sekarang masih menjalin komunikasi denganku seperti Bu RT, Ketua RT, ketua RW, dan lain-lain.

Sampai detik ini aku adalah seorang surveyor dari sebuah lembaga penelitian di perguruan tinggi negeri di Kota Palembang. Entah sejak kapan aku bercita-cita menjadi surveyor ataukah ini hanya sementara, namun aku bangga menjadi surveyor karena tidak hanya uang yang aku dapatkan namun lebih dari itu ialah beribu-ribu pengalaman yang tak ternilai harganya seperti menjalin hubungan kekerabatan yang tentu saja tak bisa kubeli dengan uang.

Menjadi surveyor artinya kau harus siapkan mental dan tekad untuk menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan terburuk yang ada but I’M POSSIBLE aku ada, aku berkarya dan aku berdaya. Salam survive dari kami para surveyor!



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading