Sukses

Lifestyle

Sosok Guru yang Baik Hati dan Sepotong Hati yang Kembali Ceria

Kisah cinta tak melulu soal hubungan pria dan wanita. Bisa juga antara murid dan guru. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.

***

Cerita saya bukanlah roman percintaan antara seorang wanita dan pria, namun lebih merupakan penggalan suatu kisah dari masa kecil yang terjadi antara saya dan salah satu guru saya, Pak Dodi namanya. Beliau adalah pengajar sekaligus wali kelas saya saat kelas tiga SD. Masa kecil saya diisi dengan berpindah-pindah mengikuti tugas Bapak.  

Saya lahir di Tual, Maluku Tenggara, mengenyam pendidikan Taman Kanak-Kanak di Lombok, masuk Sekolah Dasar hingga kelas dua di Semarang, dan naik kelas tiga, kami sekeluarga pindah lagi ke Padalarang, Jawa Barat.

Adaptasi menjadi proses yang luar biasa sulit bagi saya, karena pembawaan saya yang cenderung pemalu. Selama beberapa waktu di sekolah baru ini, saya tidak bergaul sama sekali. Seingat saya, saya seringkali menyendiri di kelas, selalu duduk di pojok dan kemana-mana sendirian. Hal yang sering saya lakukan adalah membawa selembar kertas dan pensil, mencari tempat duduk di dekat kolam sekolah dan mulai menggambar apa saja yang saya lihat. Itulah satu-satunya hiburan saya saat itu.

Suatu hari, Pak Dodi memergoki saya yang sedang menggambar. Beliau bertanya kenapa saya tidak ikut bermain bersama teman-teman lainnya. Saya tidak bisa menjawab, karena walaupun sebenarnya saya ingin bergabung bersama mereka, saya tidak tahu caranya. Pak Dodi juga memperhatikan bahwa saya suka menggambar, beliau pun mulai mengajak saya mengobrol mengenai gambar ikan yang saya buat. Beliau memuji hasil karya saya, bahkan memberi nilai sepuluh di kertas yang saya bawa.  

Saat itu saya begitu pemalu./Copyright pixabay.com

Saya ingat sekali betapa bangganya saya saat itu, karena ada yang memuji bahwa gambar saya bagus, saya ingat pula betapa menyenangkannya perasaan dihargai orang lain. Dan untuk pertama kalinya sejak kepindahan saya ke sekolah tersebut, saya pulang dengan hati gembira dan penuh semangat.

Keesokan harinya ketika jam pelajaran Pak Dodi, tiba-tiba para siswa disuruh berdiri. Pak Dodi meminta kami membawa dua lembar kertas kosong dan pensil, lalu beliau meminta kami untuk mengikutinya ke luar kelas. Anak-anak tampak kebingungan karena tidak biasanya kami diizinkan meninggalkan kelas saat pelajaran tengah berlangsung.

Pak Dodi ternyata membawa saya dan siswa lainnya ke kolam sekolah. Di sana kami diminta untuk menggambarkan hal-hal menarik yang ada di sekeliling secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri dari empat orang dan semuanya harus menggambar benda yang sama. Saya mendapatkan dua orang siswa perempuan dan seorang siswa laki-laki sebagai teman sekelompok. Karena gambar kami harus menggunakan tema yang sama, kami tentunya harus saling berinteraksi untuk memutuskan hal ini.  

Kembali bahagia./Copyright pixabay.com

Dalam ingatan saya, teman-teman sekelompok saya adalah anak-anak yang ceria dan aktif. Namun mereka juga ramah dan cepat akrab dengan orang baru. Mungkin inilah alasan Pak Dodi menunjuk mereka untuk menjadi rekan satu kelompok saya, yaitu untuk membantu saya yang kesulitan bergaul. Teman-teman sekelompok saya sejak saat itu menjadi teman-teman pertama saya juga.  Dengan mengenal mereka, masa sekolah saya menjadi jauh lebih menyenangkan.

Kejadian ini memang terjadi lebih dari dua puluh tahun yang lalu, dan tentunya memori saya pun tidak sejernih sebelumnya. Namun jika menoleh ke belakang, saya akan selamanya berterima kasih pada guru saya, Pak Dodi, yang telah berbaik hati menolong saya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Beliau tidak segan-segan meluangkan waktu untuk merengkuh anak didiknya yang tengah dalam kesulitan. Beliau adalah seorang guru teladan di mata saya, yang mencintai profesinya dengan sepenuh hati dan berdedikasi terhadap siswanya.  

Saya sendiri tidak berkesempatan diajar oleh beliau hingga lulus SD, karena saat kelas enam lagi-lagi saya harus pindah ke kota lain.  Walaupun demikian, kebaikan Pak Dodi akan selalu saya ingat sampai kapan pun. Di mana pun Pak Dodi berada sekarang, semoga beliau selalu ada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.  

Pak Dodi mungkin tidak akan mengingat saya, tetapi saya ingin mengatakan bahwa kebaikan yang beliau berikan saat itu telah mengubah masa suram seorang gadis kecil menjadi lebih berwarna. Terima kasih!


 


(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading