Sukses

Lifestyle

Langkah Terakhir yang Begitu Berat, Tapi Aku Harus Wisuda Tahun Ini

Apa resolusimu tahun ini? Apakah seperti resolusi sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba New Year New Me ini yang ingin bisa wisuda tahun ini?

***

Perjalanan pulang dengan kapal laut kali ini memberiku suatu pelajaran yang berarti. Di ruang tunggu keberangkatan kulihat peluh menetes dari tubuh para porter yang dengan sigap mengangkut barang-barang penumpang menuju kapal. “Mau dibantu angkat tasnya Kak, Pak, Bu?” tanyanya sambil berkeliling. Kardus di lengan kanan kiri, ditambah tas yang menggantung di pundak, tak lupa pula sekaligus dengan menarik koper di sisi kanan kiri tubuhnya. Dengan kencang ia berlari keluar masuk kapal dengan harapan bisa kembali mendapat permintaan angkutan barang.

Kuperhatikan mereka sejenak maka muncul pertanyaan dalam diriku, “Untuk siapakah mereka berjuang seberat ini? Kenapa mereka tertahan di pekerjaan ini, apakah karena pendidikan atau memang tak ada kesempatan?”

Jika kubandingkan dengan diriku, bisa kukatakan aku jauh lebih beruntung dari bapak-bapak porter ini. Aku tidak perlu bekerja, bisa berkuliah, dilengkapi uang saku yang cukup. Tapi semua kemudahan yang kudapat nyatanya tak kusyukuri. Begitu banyak keluhan yang keluar dari mulutku.

Sering menunda-nunda./Copyriht pexels.com

Waktu yang sudah Tuhan sediakan pun kubuang dengan percuma terkhusus berkaitan dengan skripsiku. Tugas akhir ini tak kukerjakan dengan sungguh-sungguh. Waktu pengerjaan sering kuulur bahkan kutunda-tunda. “Nanti bisanya itu, masih ada banyak waktu." Dan dampaknya pun kurasakan sekarang. Usia makin bertambah tapi tak juga bisa menamatkan diri dari kampus.

Perasaan tidak mampu, tidak beruntung, dan hal-hal negatif lainnya pun kian menggerogotiku. Pertanyaan kapan lulus menjadi momok baru dalam hari-hariku. Sempat terbesit keinginan untuk berhenti saja dan keluar dari kampus.

Aku sudah menjadi orang yang begitu egois. Dengan mudahnya aku ingin menyerah dan berhenti berjuang untuk tanggung jawab yang sudah seharusnya ku kerjakan dengan baik. Aku mungkin bisa menghindar dari pertanyaan orang sekitar namun bagaimana dengan keluargaku, terkhusus ibuku? Dia memang tidak pernah memaksaku untuk lulus dengan cepat, “Kerjakan Nak, sebisamu,” katanya. Kulihat segurat kesedihan di matanya tatkala sekitar menanyakan tentang perkuliahanku.

Tahun ini harus wisuda./Copyriht pexels.com

Butuh perjuangan keras bagiku yang dengan kemampuan biasa ini untuk bisa masuk ke universitas ini. Bolak-balik bimbel, coba try out berulang-ulang, menghafal rumus dan segala kiat yang katanya jitu pun kulakukan. Aku akhirnya bisa mendapatkan satu kursi. Posisi yang diperebutkan itu bisa kuraih. Ingatan tentang ini yang harus tetap kupelihara. Tinggal selangkah lagi, dari semua proses yang dilewati, aku sudah di ujung jalan. Aku harus berubah, sudah saatnya aku bersyukur dengan cara melakukan yang terbaik dalam hidupku untuk hal apapun itu.

Aku ingin lulus, aku mau wisuda. Ini resolusiku untuk tahun 2018 ini. Terima kasih bapak porter sudah menyentilku bahwa aku manusia yang tidak bersyukur, lemah semangat juang dan terlalu terlena dengan kenyamanan pribadi. Aku mau menyelesaikan skripsi ini tahun ini.

Terbitnya seulas senyum bangga di wajah ibu menjadi janjiku. Aku juga ingin memulai menjadi manusia yang mampu menjadi berkat dan terang untuk orang-orang sekitarku.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading