Sukses

Beauty

Rokok Bisa Menyebabkan Kematian Mendadak

Sebuah studi di Amerika Serikat baru-baru ini mengungkapkan bahayanya merokok bagi kesehatan jantung wanita.

Peneliti memeriksa efek merokok dan berhenti menghisapnya terhadap sudden cardiac death (SCD), kematian mendadak, dari 101.018 wanita yang terdaftar dalam Nurses' Health Study, selama lebih dari 30 tahun.

SCD menyebabkan kematian 300 ribu hingga 400 ribu jiwa setiap tahun di AS dan terjadi ketika jantung mendadak berhenti berdetak yang kebanyakan meninggal dalam waktu satu jam.

Selama penelitian, 351 orang peserta meninggal akibat SCD.

Selain menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan kanker, wanita perokok berisiko hampir dua setengah kali terserang SCD dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

Mantan perokok juga memiliki potensi terserang hampir dua kali dibandingkan wanita yang tidak pernah merokok.

Tidak satu pun dari wanita yang diteliti awalnya memiliki penyakit jantung, maupun sejarah penyakit stroke dan kanker ketika penelitian dimulai pada 1980.

29% dari wanita itu perokok, 26,4% mantan perokok, dan 44,5 tidak pernah merokok. Para wanita berusia 30-55 tahun saat studi dimulai.

Jumlah rokok yang dihisap dan periode merokok juga berkaitan langsung dengan risiko SCD. Perokok ringan hingga moderat, mereka yang menghisap satu hingga 14 batang rokok per hari, berisiko dua kali lipat dibanding mereka yang tidak pernah.

Sementara mereka yang merokok hingga 25 batang per hari berisiko lebih dari tiga kali lipat. Sebagai tambahan, setiap lima tahun seorang wanita merokok, terdapat peningkatan risiko SCD sebesar 8 persen.

Bila berhenti merokok, menurut para peneliti, risiko SCD menurun hingga ke level para non-perokok dalam kurun waktu 15-20 tahun. Wanita yang tidak memiliki penyakit jantung turun resiko SCD kurang dari lima tahun setelah lima tahun berhenti merokok.

"SCD seringnya menjadi tanda pertama penyakit jantung di antara wanita, jadi, perubahan gaya hidup penting untuk menurunkan risiko," kata Roopinder K. Sandhu, M.D, M.P.H, peneliti dari Mazankowski Heart Institue, University of Alberta, di Edmonton, Alberta, Kanada, seperti yang dikutip dari LiveScience.

(vem/ant/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading