Sukses

Parenting

Susan Bachtiar & Roger van Tongeren First Anniversary Di Rumah Impian

Putaran waktu mempertemukan cinta mereka. “I marry my best friend,” kata mereka berdua di anniversary pertama Desember tahun ini.

Oleh Asteria Elanda.

Tidak mudah bisa memasuki rumah Susan Bachtiar (39). Ia terkenal sebagai selebritas yang tidak suka wilayah pribadinya diusik. Baginya, menjadi selebritas hanyalah profesi. Di luar pekerjaannya, ia ingin memiliki hidup nyaman seperti layaknya banyak orang. GH Indonesia tak hanya bisa memasuki rumahnya, namun juga bisa melihat dari dekat kesehariannya dengan suaminya, Roger van Tongeren (39), laki-laki dengan darah campuran Belanda, Indonesia, Armenia dan cina. Menikah Desember 2011 lalu di Bali, pasangan berwajah rupawan ini, masih terus menata tempat tinggal mereka untuk menjadi sebuah hunian ideal.

SELALU BERSAMA

Rumah dua lantai itu didesain unik, naik turun tangga. Jendela kaca dibiarkan bersih tanpa gorden. Ruang tamu dihiasi furniture kayu dengan desain klasik. Living room di dekat kolam renang ditata lapang dengan udara bebas. Mereka lebih banyak menggunakan kipas angin daripada air conditioner. Sepanjang malam pun mereka nikmati tanpa pendingin udara. Sofa besar berwarna hitam yang sangat nyaman, adalah tempat favorit mereka. Di sofa ini mereka menghabiskan waktu. Susan seorang  movie freak, Roger pun demikian. Tapi seringkali siapapun yang lebih dahulu tiba di rumah, harus menunggu satu sama lain untuk nonton bersama. Mereka juga biasa tidur siang di sofa tersebut. “Lucunya, meskipun sofa itu besar sekali, kami selalu duduk berdekatan. Hmm, sebenarnya di mana saja selalu begitu. Ibaratnya di rumah kami hanya ‘terpisahkan’ saat saling memijat kaki,” kata Susan sambil tertawa.

Rumah itu masih terus disempurnakan. “Kami suka sekali udara terbuka, sayangnya halaman rumah ini tidak terlalu luas. Kami berencana akan membesarkan teras di lantai atas untuk bersantai,” kata Susan yang selama ini sering mengundang keluarga dan para sahabat untuk pesta barbecue di sekitar kolam renangnya.

Di rumah, Susan sering masak sendiri. Masakan mudah seperti pasta, sampai masakan sulit seperti quiche. “Saya berusaha membuat makanan kesukaan Roger,” kata Susan.

“Tapi saya justru suka masakan Indonesia. Saya suka sekali soto ayam dan tempe goreng,” kata Roger yang senang hidup di Indonesia.

Begitu sukanya pada makanan Indonesia, saat harus keluar negeri, Roger akan merindukan nasi dan soto ayam. “Saya juga suka masakan Padang dan nasi begana yang sering saya sebut sebagai ‘nasi bagaimana’,” kata Roger. Roger juga tak bisa menyebut kue kesukaannya, dadar gulung isi gula kelapa. Ia selalu menyebutnya ‘green stuff’. Susan dan Roger menikmati makanan di meja makan kayu yang dibawa dari kediaman Roger di Vietnam (ia lama tinggal di Vietnam). Tapi semua barang-barang itu ia miliki ketika bekerja di Indonesia.

Di salah satu bagian tembok ruang atas, berjajar foto-foto keluarga. Pernikahan ini memang membahagiakan dua keluarga besar. Seluruh keluarga Roger dari Belanda datang ke Bali. Keempat kakak-kakak Susan (tiga diantaranya tinggal di Amerika dan Australia) pun berkumpul. Pernikahan dengan tamu sangat terbatas itu dilakukan di pinggir pantai.

Tak ada kesulitan berarti dalam hubungan mereka. Roger adalah pekerja keras, saat ini menjabat General Manager Marketing & Communications Starbucks Indonesia. Jadwal hidupnya teratur. Susan masih setia menjadi guru TK, Pemimpin Redaksi Majalah Hello Indonesia, aktif menjadi model iklan, presenter TV, dan MC di berbagai acara. Susan juga masih menjadi duta Yayasan Jantung Indonesia dan duta SK-II. Susan dan Roger seolah menyatukan dua kehidupan. “Roger menyukai istrinya bekerja,” kata Susan senang. Roger sering tampak di acara-acara yang Susan hadiri, atau tertawa dengan teman-teman Susan. Susan juga sering berada di acara-acara resmi kantor, maupun dengan teman-teman Roger. Teman memiliki arti penting bagi keduanya. Nilai ini pula yang menyatukan mereka. ‘Bertukar teman’ membuat kehidupan mereka tak pernah membosankan.

PEMUJA LIBURAN

Meski sehari-hari berkomunikasi dalam bahasa Inggris, keduanya berusaha mempelajari bahasa masing-masing. Susan sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa Belanda. Sebab (anehnya) beberapa saat sebelum bertemu Roger, ia tertarik untuk kursus bahasa Belanda. “Bahasa ini tak sulit saya pelajari karena memang saya minati. Sebab sebagian keluarga dan beberapa sahabat saya bisa berbahasa Belanda,” kata Susan.

Berdekatan dengan pasangan ini akan ikut merasa berbahagia. Mereka selalu bertukar sorot mata penuh cinta dan bergenggaman tangan. Termasuk selama pemotretan berlangsung. Siapa yang lebih romantis? “Pastinya Roger. Saya ngga seromantis Roger. Diperlakukan begitu awal-awalnya saya merasa risih. Setiap kali saya di luar rumah, pesannya selalu sama, saya harus segera pulang karena dia rindu,” kata Susan sambil tertawa. Roger dengan wajah ingin tahu berusaha menebak-nebak kalimat istrinya. Selain gemar menatap Susan dengan mesra, salah satu ‘kesenangan’ Roger adalah berbuat jahil pada istrinya dengan berbagai cara.

Hidup ini memang tak pernah tertebak kemana arahnya. Dahulu, Susan tak pernah tertarik pria berkebangsaan lain. Susan sulit menjabarkan mengapa ia jatuh cinta pada Roger. “Roger seorang gentleman. Ia mudah mengakui kesalahannya, dan menghargai wanita. Ia pria Belanda yang dibesarkan dengan adat timur. Sifat dan gaya Roger banyak mirip dengan almarhum ayah saya. Hal itu terasa aneh tapi membahagiakan,” lanjut Susan. Sedangkan Roger memuja Susan sebagai seseorang yang memiliki gabungan kecantikan dan nilai-nilai positif perempuan.

Persamaan untuk dua orang yang saling mencintai adalah ‘kekayaan’. Keduanya senang berolahraga. Selain berolahraga hampir setiap hari, di akhir pekan mereka selalu bersepeda dari Kemang ke kawasan Sudirman.

Susan dan Roger juga penggemar traveling. Ada tanggal merah dua hari saja, mereka akan mengangkat koper. Bali, sudah pasti tujuan favorit, meski hanya untuk bersantai membaca buku di pinggiran pantai, di pinggir kolam renang, atau mencoba restoran baru. Namun tempat-tempat yang menantang pun mereka jalani. Mereka sama-sama penggemar sinar matahari, senang berjalan kaki, dan mau mencoba berbagai makanan. “Roger teman jalan-jalan yang sangat menyenangkan,” kata Susan bangga.

Selalu seindah itukah hubungan mereka? Tidak juga. Sesekali ada pertengkaran kecil diantara keduanya. Apalagi pasangan ini masih menyatukan berbagai kebiasaan. Susan yang sangat terencana dan detail, seringkali disebut tidak fleksibel oleh Roger. Setelah bersama Roger, Susan menyebut dirinya lebih fleksibel, Plan B diterimanya tanpa keluhan.

Susan orang yang sangat rapi dan teratur. Tak jarang Roger ditegurnya karena beberapa hal. Kalau sedan kesal karena ditegur, Roger mengatakan, “Hey, honey, saya bukan murid kamu.” Keduanya tertawa mengingat-ingat peristiwa-peristiwa yang menghangatkan pernikahan mereka.

Tapi Susan mengaku ingin belajar dari Roger yang mudah memaafkan. “Tak ada masalah yang berlarut-larut untuk Roger. Sedangkan saya selalu butuh waktu untuk melupakan sebuah masalah,” kata Susan.

Cinta memang milik mereka. Saat berdua hampir tak pernah ada jeda untuk berdiam diri. Ada saja yang mereka bicarakan. Mereka hanya diam ketika tidur, membaca dan menonton film. Pasangan ini juga memiliki kebiasaan unik. Di akhir pekan, seringkali mereka duduk di sebuah kafe di Plaza Indonesia. Roger memesan kopi dan Susan memesan teh. Mereka sengaja duduk di posisi yang bisa melihat orang-orang lewat. Lalu mereka berdua akan saling berkomentar tentang apa yang mereka lihat (yang lucu atau aneh). “Kami berdua sangat menikmati waktu santai tersebut,” kata Susan sambil tertawa.

Source : Good HouseKeeping, Edisi Desember 2012, Halaman 51

(vem/GH/dyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading