Sukses

Parenting

Heboh GIF Porno Whatsapp, Apakah Memblok Jadi Penyelesaian Masalah?

Teknologi dan informasi saat ini bisa dibilang mengarus sangat kencang. Betapa kemudian adanya internet dan berbagai platform-platform yang diciptakan untuk mempermudah komunikasi, bermunculan dan sangat sulit dibendung.

Sekarang, bukan hanya orang dewasa yang mampu menggunakan gadget. Anak-anak pun bisa mengoperasikan gadget dan perangkatnya dengan baik. Bahkan, dari buku Grown Up Digital karangan Don Tapscott yang saya baca, generasi milenial hingga net-generation adalah generasi yang nggak lagi memerlukan buku manual untuk mengoperasikan peralatan elektronik. Dua generasi ini cenderung "learning by doing" dan menemukan cara-cara tersendiri dalam mempelajari hal baru, terutama gadget dan internet. Nggak heran 'kan kalau anak-anak kecil zaman sekarang bisa mencari video Youtube favoritnya, padahal mereka belum bisa fasih membaca?

Jika zaman saya dulu berkomunikasi dengan teman via telepon adalah setinggi-tingginya kekerenan generasi masa itu, anak-anak usia SD zaman sekarang malah punya smartphone sendiri. Dulu? Boro-boro, pakai HP saja pinjam orang tua cuma untuk telepon sekian detik (zaman itu pulsa mahal banget 'kan).

Geger GIF porno di Whatsapp

Geger GIF porno di Whatsapp/Copyright: pexels.com

Dengan kesempatan anak-anak zaman sekarang yang punya smartphone sendiri, beserta aplikasi-aplikasinya, tentu menambah PR orangtua agar lebih update. Kemarin sebuah pesan broadcast menjadi viral menyoal fitur GIF di Whatsapp yang membuka kesempatan anak-anak untuk mengakses pornografi dengan mudah. Hanya dengan mencari dengan kata kunci "sex" atau "porn", maka gambar-gambar bergerak yang sensual pun tampil dengan mudahnya.

Sejak semalam, pesan itu bergulir begitu cepat di kalangan orangtua, khususnya. Wajar jika orangtua khawatir terhadap fitur ini. GIF alias gambar bergerak memang sudah tersedia di Whatsapp sejak awal tahun 2017. Tapi, walaupun menjadi bagian dari fitur Whatsapp, ternyata sumber GIF ini diambil dari layanan bernama Tenor GIF yang kemudian menjadi bagian dari library GIF di Whatsapp.

GIF-GIF yang paling banyak dicari dan digunakan, akan muncul di bagian teratas. Atau jika ingin mencari GIF yang spesifik, masukkan saja kata kuncinya.

Hal inilah yang dikhawatirkan orangtua. Karena sekalipun orangtua sudah memasang filter di website pencarian atau Youtube, hingga saat ini Whatsapp belum memasang fitur untuk block keyword tertentu. Apalagi secara khusus mem-block keyword GIF tertentu yang berbahaya untuk anak-anak.

Kalau fiturnya nggak bisa di-block di Whatsapp, harus bagaimana?

Jangan hanya mengandalkan filter dari mesin dan script saja/Copyright: pexels.com

Lalu, jika fitur GIF yang memberi kesempatan anak untuk mencari hal terkait pornografi ini nggak bisa diblock di Whatsapp, apakah ini akhir dunia?

Well, Mom, pada dasarnya rasa ingin tahu anak-anak itu selalu akan berkembang. Setiap zaman punya caranya sendiri untuk mencari celah terhadap apapun yang dilarang orangtua. Yang di sini di block, mereka tetap punya cara lainnya.

Pada dasarnya, setiap apps dan platform media komunikasi yang tersedia saat ini punya terms and condition masing-masing. Terutama untuk batasan usia, minimal 13-15 tahun. Saat banyak anak-anak usia SD-SMP awal diberikan gadget oleh orangtua, dan diberi akses untuk membuka akun social media atau messengernya sendiri, di situlah orang tua secara tak sadar membukakan pintu anak-anaknya sendiri ke dunia maya yang kompleks, sebelum waktunya.

Memang, anak-anak dan remaja ini sudah pintar menggunakan fitur demi fitur aplikasi di smartphonenya. Mereka BISA tapi belum BIJAK. Saat sesuatu jatuh di tangan orang yang tidak tepat, belum tentu juga yang salah adalah obyek 'benda'nya, tapi semua bergantung subyek yang menggunakannya.

Sekarang mari melihat secara menyeluruh. Bukan melulu soal GIF porno di Whatsapp, jika anak-anak (dan remaja) mau, mereka bisa mencari yang lebih daripada sekedar GIF di Whatsapp. Sad, but truth.

Tugas orangtua untuk mengarahkan anak-anak supaya tidak menjadi adiktif. Mengapa supaya tidak adiktif? Untuk usia remaja, nggak bisa dipungkiri dorongan hormonal dan rasa ingin tahu yang besar akan mengarahkan mereka untuk mencari jawabannya. Yang menjadi masalah adalah jika mereka secara diam-diam mencari, mengkonsumsi tontonan porno terus-menerus dan menjadi kecanduan.

Melempar petisi, block Whatsapp, apakah menyelesaikan masalah?

Mencari "penyelesaian" masalah/Copyright: pexels.com

Lalu bagaimana cara orangtua berkompromi dengan hal ini? Menurut saya, melemparkan petisi kepada Whatsapp untuk mem-block keyword berbau pornografi di GIF, bukanlah satu-satunya cara. Apalagi mem-block aplikasinya. Jangan sampai lah "nila setitik, rusak susu sebelanga." Toh, aplikasi ini juga berfaedah untuk mereka yang menggunakannya secara tepat. Begitu pula konten seks, bermanfaat untuk mereka yang memang sudah pada waktunya.

Maka itu:

  • Arahkanlah anak-anak untuk punya kegiatan yang bisa menyalurkan energi dan menyibukkan pikirannya, karena keinginan untuk mengakses pornografi biasanya datang saat seseorang sedang 'kosong'.
  • Jelaskan, jangan menutup-nutupi. Posisikan diri "Mama tahu lho tentang ini", agar anak tidak sembunyi-sembunyi mencari sendiri.
  • Berikan gadget dan aksesnya di usia yang tepat, dan pantaulah apa yang sehari-hari anak-anak lakukan dengan gadgetnya.

Orangtua lah yang harusnya menjadi filter dari anak-anaknya sendiri, bukan sekadar mengandalkan kemampuan di balik mesin-mesin dan script platform apps di smartphone atau website. Social media dan smartphone bisa menjadi belati dua sisi. Masih banyak orangtua yang menganggap hal ini hanya "halah, cuma main social media aja, apa salahnya?". Padahal, dunia maya tidak sesederhana dan "se-halah" itu.

Marilah kita semua bijak dalam ber-social media maupun berinteraksi sosial melalui penggunaan teknologi masa kini. Berikan contoh baik dan jangan menutup diri tentang apapun keingintahuan anak-anak dan remaja di usia serba ingin tahunya ini. Biarkan anak-anak dan remaja mendengarkan langsung penjelasan dari orang yang tepat, yaitu orangtuanya, bukannya mencari jawaban dan pembenarannya sendiri di luar.

 

 

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading